Mohon tunggu...
Brillie Andiny Condro Dinar
Brillie Andiny Condro Dinar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Ksatria Airlangga 2021

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Suikersyndicaat sebagai Penopang Industri Perkebunan Hindia Belanda Tahun 1870-1941

6 Maret 2024   09:32 Diperbarui: 6 Maret 2024   09:37 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang diketahui bahwa perekonomian Hindia Belanda banyak bergantung pada industri gula, utamanya yang berlokasi di Pulau Jawa karena memiliki tanah yang subur dan struktur tanah yang sesuai sebagai lokasi ditanamnya tumbuhan tebu. Selain faktor alam, ditunjang pula dengan sumber daya manusia yang ada di Pulau Jawa lebih maju dibandingkan wilayah lainnya di Hindia Belanda. Adapula faktor lainnya yaitu banyak kemudahan terdapat di Jawa, yaitu kemudahan mobilitas dan transportasi. Sejak berlakunya liberalisme, Pemerintah Hindia Belanda banyak melakukan pembangunan infrastruktur seperti irigasi, jembatan, gedung -- gedung, rel kereta api, jalan raya, pelabuhan. 


Karena majunya perekonomian di Hindia Belanda, banyak pengusaha dari luar negeri berminat untuk mendirikan perusahaannya yang berakibat jumlah penduduk di kota -- kota industri seperti Surabaya, Semarang, Batavia dan Pekalongan mengalami pembengkakan. Pada masa itu, gula menjadi pendorong utama perusahaan sehingga memerlukan modal yang lumayan besar untuk impor mesin yang lebih canggih dan perbaikan industri supaya semakin meningkat pesat. Sementara itu, produksi kopi di Pulau Jawa pun tetap berjalan lancar dan kuat bahkan hasil produksi kopi melampaui juta. Selain kopi, ada tembakau yang juga beriringan dalam industri sehingga produksi industri periode 1870 dan 1850 membawa kejayaan bagi pemilik perkebunan dan perusahaan yang mengelolanya.


Namun, pada tahun -- tahun berikutnya mulai mengalami penurunan produksi, dimulai tahun 1878 yaitu perkebunan kopi yang terserang wabah penyakit. Tahun 1883, wabah penyakit sereh (serehziekte) mulai menjangkiti perkebunan tebu di Karesidenan Pekalongan. Iklim di Hindia Belanda yang tropis dan panas menyebabkan virus cepat menyebar hingga Jawa Timur. Akibatnya, banyak perusahaan mengalami kerugian yang tidak sedikit karena tebu tidak dapat diolah menjadi gula. Selain itu, perusahaan harus menghadapi persaingan impor gula bit dari Eropa yang kualitasnya lebih baik dan harga yang lebih terjangkau. Jatuhnya harga yang tiba -- tiba menghancurkan seluruh sistem ekonomi antara tahun 1877 -- 1883.


Sebagai solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan sebelumnya, para pengusaha berkumpul untuk berunding dan menghasilkan suatu kebijakan yaitu mendirikan suatu organisasi yang bernama Algemeen Syndicaat van Suiker Fabrikanten in Nederlandsch Indie (ASSI) pada April 1894. Organisasi ini didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda dan para pengusaha gula swasta dengan dukungan kredit oleh de Javasche Bank. Organisasi ini didirikan karena tiga alasan yaitu :


a. Wabah penyakit sereh (serehziekte) pada tahun 1883 yang menyerang hampir seluruh Pulau Jawa
b. Munculnya impor gula bit dari Eropa
c. Turunnya harga bahan baku yang berakibat gejala krisis malaise dan anjloknya nilai ekspor gula.


Organisasi ini memiliki tujuan untuk melindungi harga gula, menjaga kualitas gula, dan membantu maksimalkan keuntungan dari industri gula. Awalnya beranggotakan 115 PT dan 180 pabrik gula. Sistem suikersyndicaat dibagi berdasarkan wilayah kerjanya, Pemerintah menunjuk suikersyndicaat untuk membeli gula dengan uang pinjaman dari bank yang kemudian disalurkan ke pasaran nasional maupun internasional. Hal ini memiliki tujuan untuk memudahkan Pemerintah dan swasta untuk menyalurkan antara pabrik gula dengan konsumen di tiap wilayah pemasaran domestik ataupun internasional.


Solusi untuk meningkatkan kualitas produksi gula Hindia Belanda, suikersyndicaat mendirikan sekolah gula dengan nama Bondssuiker School di Surabaya, siswa di sekolah ini difokuskan untuk penelitian kualitas gula dan penyakit sereh. Pendirian sekolah gula dibarengi dengan lembaga penelitian Syndicaats Examenvoor Chemiker yang bergerak di bidang riset dan penelitian gula dan semakin berkembang menjadi Proefstation Oost Java (POJ) pada 1917.


Tahun 1895, langkah awal suikersyndicaat untuk membuka lahan perkebunan sebagai lahan penelitian sekaligus laboratorium penelitian di Pasuruan. Ditunjuklah seorang ahli botani adal Belanda, Dr. W. Gelpke sebagai peneliti utama. Segala upaya yang dilakukan suikersyndicaat membuahkan hasil yang sangat memuaskan, wabah penyakit segera teratasi sehingga kualitas tebu kembali stabil. Bahkan, Dr. Gelpke berhasil menemukan jenis tebu berkualitas unggul dengan melakukan kawin silang antar jenis tebu.


Suikersyndicaat memiliki pengaruh kuat di Pemerintahan sehingga menjadi sasaran tuntutan demo para buruh industri gula yang menuntut kenaikan gaji dan rasionalisasi jam kerja buruh. Pendirian organisasi ini sangat berarti dan penting bagi upaya penguatan industri gula di Pulau Jawa namun sikap borjuasi para suikersyndicaat membuatnya kurang disukai masyarakat pribumi. Suikersyndicaat membangun kantor administrasi di Ketanggoengan West dengan arsitektur Eropa yang elegan dan mewah, sikap yang mendominasi tanah milik masyarakat inilah menimbulkan konflik mengenai kesepakatan harga sewa tanah.


Di samping konflik tersebut, peran suikersyndicaat dalam kestabilan dan penguatan industri gula utamanya di Pekalongan -- Tegal menjadi industri yang besar dengan peralatan yang canggih. Lahan perkebunan semakin luas, ekspor semakin tinggi. Suikersyndicaat sejak akhir tahun 1939 hingga pertengahan 1940 melakukan perluasan wilayah perkebunan Bandjaratma, dalam menjalankan usahanya tak jarang terlibat konflik dengan masyarakat pribumi utamanua mengenai upah sewa tanah dan gaji buruh pribumi. Namun hal tersebut diabaikan oleh para suikersyndicaat sehingga dianggap arogan dan borjuasi, nyatanya yang diinginkan pengusaha hanya bagaimana mendapatkan keuntungan sebanyak -- banyaknya.

 Dengan dibukanya perkebunan Bandjaratma, banyak mengundang pekerja Eropa terutama Belanda untuk menjadi tenaga ahli/administrator perkebunan. Suasana kapitalis nampak karena banyak berdiri bangunan tempat tinggal khusus para pekerja Eropa sehingga berkembang menjadi pemukiman eksklusif yang terdiri dari kantor suikersyndicaat beserta loji -- loji milik pekerja Eropa dengan pabrik gula Ketanggoengan West dan perkebunan Bandjaratma sebagai pusat kegiatan ekonomi.

Referensi
Mutiara. 2016. Suikersyndicaat Hindia Belanda 1870 -- 1941. AVATARA : e-journal Pendidikan Sejarah. 4(3). Hlm 656 - 663

#unairhebat #ekoperA #sejarahunairkeren

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun