Mohon tunggu...
Brillie Andiny Condro Dinar
Brillie Andiny Condro Dinar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Ksatria Airlangga 2021

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ternyata Sejarawan Juga Bisa Melakukan Kesalahan Loh!

19 November 2021   22:57 Diperbarui: 15 Desember 2021   19:20 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kesalahan yang Sering Dilakukan Sejarawan

Seperti yang kita tahu bahwa manusia tidak pernah luput dengan yang namanya kesalahan, kesalahan pun kadang dilakukan oleh sejarawan yang notabene terkenal dengan sumber - sumber sejarah yang wajib ada dalam menuliskan narasi sejarah. Tetapi, ternyata ada juga sejarawan yang melakukan kesalahan dalam menuliskan narasi sejarah dan rekonstruksi sejarah. Dalam buku berjudul "Pangantar Ilmu sejarah" yang ditulis oleh Bapak Kuntowijoyo memaparkan bahwa kesalahan - kesalahan yang sering dilakukan sejarawan secara sengaja maupun tidak sengaja terbagi atas lima kesalahan. Yaitu :

1. Kesalahan dalam Memilih Topik, memilih topik adalah pekerjaan paling awal seorang sejarawan dalam menuliskan narasi sejarah. Tetapi, dalam memilih topik sejarawan harus berhati - hati karena ada kemungkinan kesalahan ketika memilih topik. Kesalahan Memilih Topik masih dibagi lagi menjadi lima kesalahan yaitu :

a. Kesalahan Baconian : Francis Bacon, seorang empiris Inggris yang percaya bahwa pengetahuan yang benar hanya mungkin dicapai melalui empiri, atau pengalaman, atau penginderaan, atau pengamatan. Sejarawan melakukan kesalahan jika beranggapan bahwa tanpa teori, konsep, ide penelitian tetap dapat dilakukan.

b. Kesalahan terlalu banyak pertanyaan : dalam satu tulisan, tidak boleh menanyakan beberapa hal sekaligus, cukup satu pertanyaan utama tetapi dapat menjabarkan secara lengkap suatu sejarah.

c. Kesalahan pertanyaan yang bersifat dikotomi : terkadang sejarawan berpikir suatu peristiwa sejarah atau tokoh pada dua kemungkinan.

d. Kesalahan metafisik : jika sejarawan mengangkat topik - topik filsafat, moral dan teologi yang sulit dalam membuktikannya.

e. Kesalahan topik fiktif : jika sejarawan mengangkat topik tentang pengandaian, tidak dapat dilakukan dalam penulisan sejarah karena harus didasarkan pada sumber faktual.

2. Kesalahan Pengumpulan Sumber ( Heuristik ), merupakan langkah paling penting dalam rekonstruksi sejarah karena tanpa sumber, sejarah tidak dapat ditulis. Sehingga harus berhati - hati ketika mengumpulkan sumber supaya terhindar dari kesalahan.

a. Kesalahan Holisme : kesalahan ketika memilih satu bagian yang penting dan menganggap satu bagian tersebut sudah mencakup keseluruhan. Contohnya saja revolusi di Medan dengan revolusi di Surabaya tidak dapat digeneralisasikan.

b. Kesalahan Pragmatis : jika untuk tujuan tertentu, sejarawan memilih sumber yang mendukung tujuan tersebut sehingga pengumpulan sumber sering tidak tuntas.

c. Kesalahan Ad Hominem : ketika pengumpulan sumber sejarah, sejarawan memilih orang, otoritas, profesi, pangkat, atau jabatan. Jika sejarawan memilih wawancara satu  orang, sangat memungkinkan terjadi kesalahan ad hominem. Sehingga perlu dilakukan pengumpulan setidaknya tiga sumber.

d. Kesalahan kuantitatif : karena kebanyakan orang percaya dengan data - data yang memuat angka padahal tidak sedikit angka statistik yang mungkin menipu atau mengecoh.

e. Kesalahan estetis : jika sejarawan hanya memilih sumber - sumber sejarah yang mungkin mempunyai efek estetis ( keindahan ).

3. Kesalahan Verifikasi, sejarawan sering terganggu dengan istilah relativitas yang menyebabkan orang ragu terhadap kemampuan terhadap pengetahuan dan metode sejarah dalam mencapai objektivitas suatu penulisan sejarah.

a. Kesalahan pars pro toto : jika sejarawan menganggap bahwa bukti yang sebenarnya hanya berlaku sebagian, tapi dianggap berlaku untuk keseluruhan. Contohnya saja keluhan R.A. Kartini bahwa setiap Wanita selalu dipingit, padahal hal tersebut hanya berlaku untuk gadis bangsawan. Sedangkan, tidak berlaku untuk gadis desa dan justru sering dinikahkan ketika masih usia remaja.

b. Kesalahan toto pro pars : kebalikan dari pars pro toto, bahwa sejarawan mengemukakan seluruhnya sedangkan bukti hanya berlaku Sebagian. Contohnya sejarawan menggambarkan seolah - olah Angkatan 1928 semua pemuda adalah nasionalis, semua mahasiswa adalah demonstran.

c. Kesalahan menganggap pendapat umum sebagai fakta : contohnya saja, banyak orang selalu menganggap bahwa orang - orang China merupakan pedagang dan kaya. Sedangkan kenyataannya tidak sedikit orang - orang China di Singkawang banyak yang menjadi petani atau asisten rumah tangga yang miskin.

d. Kesalahan menganggap pendapat pribadi sebagai fakta : sejarawan yang menganggap pendapat dan kesenangan pribadi berlaku secara umum dan menjadi fakta sejarah. Contohnya pada tahun 1910, ada seorang Wanita yang mahir bermain musik Barat di Surakarta. Sedangkan hal tersebut tidak dapat dijadikan sebagai bukti sejarah bahwa para Wanita pada zaman tersebut sudah mahir bermain musik.

e. Kesalahan perincian angka yang presis : banyak dari data tradisional yang tidak mungkin diperinci angkanya karena dapat menimbulkan pertanyaan.

f. Kesalahan yang spekulatif : sejarah sebagai ilmu yang empiris sehingga tidak boleh ada bukti sejarah yang di luar jangkauan sejarah. Contohnya : tidak ada bukti sejarah yang dapat membuktikan bahwa Bendera Merah Putih sudah berusia 6000 tahun, seperti yang dikatakan oleh Moh. Yamin.

4. Kesalahan Interpretasi, sejarawan terkadang lupa bahwa terikat oleh logika yang terdapat dalam semua ilmu sehingga harus seimbang antara pengumpulan sumber dan kemampuan untuk menjelaskan.

a. Kesalahan tidak membedakan alasan, sebab, kondisi, dan motivasi : karena perbedaan diantara keempatnya adalah kedekatan dengan suatu peristiwa.

b. Kesalahan post hoc, propter hoc : jika sejarawan berpendapat bahwa ketika peristiwa A terjadi lebih dulu dari peristiwa B sehingga peristiwa A dianggap sebab dari peristiwa B tanpa memperhatikan faktor yang lain, padahal peristiwa tersebut disebabkan pula oleh faktor lain.

c. Kesalahan reduksionisme : sejarawan yang berideologi yaitu menyederhanakan gejala yang sebenarnya sangat kompleks.

d. Kesalahan pluralisme yang berlebihan : akibat takut dengan terjadinya reduksionisme sehingga tema - tema besar dan jangka panjang sering terjadi pluralisme ( bersifat umum ), banyak sejarawan tidak menyebutkan faktor yang menentukan.

5. Kesalahan Penulisan, terbagi dalam tiga kesalahan yaitu :

a. Kesalahan narasi : kesalahan dalam penyajian, misalnya pembahasan menggunakan Bahasa yang emosional, kalimat tersebut sering meloncat dan tidak menyambung. Kesalahan narasi terbagi menjadi 3 yaitu : kesalahan periodesasi, kesalahan didaktis, kesalahan pembahasan.

b. Kesalahan argumen : pemilihan kata yang kurang tepat, kesalahan konseptual seperti menggunakan istilah yang memiliki 2 atau lebih makna yang membuat pembaca terkecoh. Kesalahan substantif jika sejarawan mengemukakan argumen yang tidak relevan atau tidak rasional.

c. Kesalahan generalisasi : jika generalisasi disertai banyak pengecualian, jika sejarawan menganggap generalisasi sejarah bukanlah hukum universal yang pasti.

Maka dari itu, setiap orang khususnya para sejarawan harus lebih berhati - hati dan teliti sebelum melakukan rekonstruksi sejarah dan menuliskan narasi sejarah. Karena ketika memilih topik pun dapat menimbulkan kesalahan walaupun sekecil apapun. Selalu melakukan penelitian sejarah dengan metode sejarah dan memahami macam - macam kesalahan yang telah dikemukakan di atas supaya terhindar dari kesalahan yang membuat suatu tulisan sejarah tidak bernilai sejarah. 

Sumber: 

1. Kuntowijoyo, 1995. Kesalahan - Kesalahan Sejarawan. In: Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, pp. 129 - 145.

2. Penjelasan Prof. Purnawan Basundoro M.Hum., Dosen Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sejarah Universitas Airlangga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun