Mohon tunggu...
Brilliant Yotenega
Brilliant Yotenega Mohon Tunggu... wiraswasta -

Tidak pernah sekalipun pernah bermimpi untuk menjadi penulis, namun semenjak kuliahnya di Desain Produk Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya tidak rampung, ia memutuskan untuk terus ‘bersekolah’ melalui banyaknya buku yang ia baca. Kini, ia merasa telah berhutang banyak kepada buku, karena itu ia berjanji untuk menulis setidaknya satu buku setahun selama hidupnya. Pada akhir tahun 2010, berhasil mewujudkan impiannya mendirikan nulisbuku.com, sebuah perusahaan layanan online selfpublishing pertama di Indonesia, yang kini anggotanya mencapai puluhan ribu orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Pada tahun 2012, karena kecintaannya kepada buku mengantarkannya untuk memiliki kutukutubuku.com sebuah toko buku online yang telah berdiri sejak tahun 2006.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sepakbola, Cinta dan Obsesi

16 April 2013   01:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:08 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Namun, kefanatikan saya terhadap sepak bola berubah pertama kali ketika ada seseorang yang bertanya kepada saya dengan sebuah pertanyaan sederhana, “Ega, apakah kamu mencintai sepak bola?” Seseorang itu adalah guru yang saya hormati.
Langsung saya menjawab dengan tegas, “Tentu saja! Lihat, saya sudah mengorbankan banyak hal untuk membuktikan cintaku kepada sepak bola, bahkan saya sanggup menyebutkan hampir semua pemain yang bertanding di liga Seri A dan semua pemain nasional Indonesia, saya menonton semua pertandingan Mitra Surabaya di Tambaksari.”
“Iya, aku tahu tentang hal itu.” jawabnya dengan tenang, lalu menambahkan “namun, cinta sejati itu bukan seperti itu”
“Hah? Apa maksudnya?”
“Cinta sejati tidak dilakukan dengan membabi buta, jika kamu mencintai sepakbola, kamu tidak akan terobsesi dengannya.”
Seketika itu juga suasananya menjadi hening beberapa saat. Saya juga tidak mengatakan sepatah kata pun, bukan karena saya sudah mengerti apa yang ia maksudkan, namun karena saya benar-benar tidak bisa memahami maksud pernyataannya.

Sejak saat itu, setiap kali saya menyaksikan pertandingan sepak bola di mana pun, pernyataan itu selalu membayang-bayangi dan kembali membuat saya merenungkannya. Selalu.

Beberapa tahun kemudian, Sedikit demi sedikit saya mulai mengerti apa artinya mencintai tanpa terobsesi. Saya tidak akan menjelaskan secara ilmiah perbedaan dari mencintai dan terobsesi karena saya ingin pertanyaan yang sama ini dapat menjadi renungan dan sebuah perjalanan untuk menemukan jawabannya, dan saya yakin jawaban yang akan ditemukan oleh masing-masing orang akan berbeda.

Yang jelas, yang saya rasakan sekarang adalah, sampai saat ini saya masih menyukai sepakbola dengan segala pernak-pernik yang menyertainya, tentu saja. Namun kini saya tidak pernah menyesal dan marah-marah lagi jika tidak bisa menyaksikan satu pertandingan penting yang disiarkan di televisi-untuk pertandingan final Piala Dunia sekali pun, saya tidak merasa berhutang jika tidak menyaksikan detik-detik terjadinya sebuah gol penentu kemenangan dari klub kebanggaan saya, dan yang paling melegakan adalah, bahkan saya juga tidak merasa sedih atau kecewa jika tim favorit saya pada akhirnya tidak membawa gelar juara di akhir kompetisi, serta, kini saya sanggup memberikan ucapan selamat dengan tulus kepada tim rival yang memenangkannya.

Lebih daripada semuanya adalah kini saya sanggup menikmati permainan sepakbola lebih daripada yang pernah saya lakukan sebelumnya. Saya mencintai sepakbola dengan perasaan bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun