Mohon tunggu...
BrilliantPWKUniversitasJember
BrilliantPWKUniversitasJember Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Selamat berkunjung warga kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hinterland Penopang Ekonomi Regional Kabupaten Kediri

7 September 2023   04:32 Diperbarui: 7 September 2023   04:34 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pembangunan suatu wilayah ditujukan untuk mencapai keseimbangan untuk menciptakan keuntungan dari interdependensi yang efisien antara berbagai sektor. Akan tetapi, mayoritas pembangunan masih tidak seimbang karena terpusat pada sektor tertentu yang mempertinggi peluang pembangunan yang memusat untuk mengefisiensi potensi sumber daya yang tersedia di wilayah tersebut.

Kediri sendiri merupakan kabupaten penunjang Kota Kediri dan Metropolitan Malang Raya yang memiliki berbagai sektor campuran dalam ekonomi wilayahnya. Tiga sektor terpenting yang menunjang ekonomi wilayah Kabupaten Kediri adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang 22,48% PDRB. Lalu, sektor Industri Pengolahan dengan sebesar 21,94%, serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan 20,20%. 

Kondisi geografis wilayah yang dekat dengan kawasan metropolitan menyebabkan aspek spasial keruangan kawasan ini berkembang mengikuti kecenderungan tarikan ekonomi. Mayoritas pusat kegiatan di luar pusat kegiatan utama memiliki fungsi sebagai hinterland yang menopang perekonomian dua kawasan besar, yaitu Malang dan Surabaya. 

Hinterland merujuk pada kawasan yang menjadi pen-supply dari pusat kegiatan utama. Aspek spasial Kediri yang dipisahkan oleh pegunungan Arjuna-Kawi menyebabkan adanya hambatan spasial dalam hal transfer ability dengan kedua wilayah. Akan tetapi, hal tersebut juga memiliki potensi sebagai kawasan pertanian yang subur karena berada di wilayah dengan kondisi tanah aluvial dan vulkanis.

Sektor pertanian mengambil andil besar dalam basis perekonomian Kabupaten Kediri. Terdapat kawasan agropolitan (kota pertanian) dengan sumber daya alam yang baik di bagian selatan Kabupaten Kediri. Saat ini, terdapat empat kawasan yang menopang ketahanan pangan di Kediri, yaitu Pakancupung, Segobatam, Ngawasondat, dan Palempari. Keempatnya merupakan akronim dari seuatu kesatuan wilayah yang homogen.

Pakancupung merupakan akronim dari empat kecamatan, yaitu Pare, Kandangan, Puncu, Kepung. Segobatam merupakan akronim dari Kecamatan Semen, Grogol, Banyakan, Tarokan, dan Mojo. Ngawasondat merupakan akronim dari lima kecamatan, yaitu Kecamatan Ngancar, Wates, Plosoklaten, Ringinrejo, dan Kandat. Palempari merupakan kesatuan wilayah di utara yang terdiri atas Kecamatan Pare, Plemahan, Papar, Purwoasri. 

Kawasan agropolitan Ngawasondat merupakan daerah subur yang diapit oleh dua gunung besar, yaitu Gunung Kawi di sisi timur dan Gunung Kelud di sisi barat. Kawasan Ngawasondat memiliki komoditas unggulan Nanas dan Pepaya. Agropolitan Pakancupung merujuk pada wilayah bagian timur yang dekat dengan lereng Gunung Arjuna. Kawasan ini menjadi sentra produksi cabai, bawang merah, dan sayuran. 

Palempari merupakan kesatuan wilayah di utara Kabupaten Kediri dengan komoditas padi dan palawija. Wilayah ini didominasi oleh dataran rendah dan dilewati DAS tengah sungai brantas, sehingga memiliki tanah aluvial yang cocok untuk persawahan. Agropolitan Segobatam berada di bagian barat Kabupaten Kediri dengan komoditas unggulan mangga podang, kopi, jeruk, dan ubi kayu. Segobatam memiliki potensi tanaman keras karena m=berada di sekitar Gunung Liman dan Gunung Wilis.   

Mayoritas agropolitan di Kediri dilintasi oleh Sungai Brantas, sehingga aspek hidrologis dalam kawasan menjadi berlimpah. Wilayah ini dijadikan kesatuan kawasan berdasarkan kesamaan/homogenitas corak ekonomi dan spasial yang ada. Sebagai wilayah homogen, kawasan ini memiliki fungsi penopang sirkulasi ekonomi di Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Gerbangkertasusila, hingga Malang Raya. 

Kawasan Agropolitan menjadi lumbung padi utama di kesatuan wilayah Kediri yang menyuplai bahan pangan, seperti beras, sayur, jagung, dan buah. Pada dasarnya, penentuan sektor basis perekonomian Ngawasondat disesuaikan dengan daya dukung wilayah yang mampu dijadikan tempat produksi pertanian. Hal ini akan berkaitan erat dengan transportasi dan biaya angkut. Keunggulan komparatif kawasan ini memiliki kompetitor di kawasan pertanian sekitar.

Hal ini memperkuat asas ekonomi regional yang membutuhkan tiga variabel dalam pengaplikasiannya. Ketiga asas tersebut adalah imperfect factor mobility (distribusi yang tidak merata), imperfect divisibility (konsentrasi spasial), dan imperferct mobility of goods and service (perlu biaya transportasi dan layanan). 

Keberadaan sumber daya alam yang berbeda antara kawasan agropolitan dengan wilayah Kabupaten Kediri lainnya menyebabkan distraksi untuk kegiatan ekonomi dengan wilayah lain, khususnya kawasan urban dengan corak perdagangan dan jasa maupun industri. 

Selain itu, konsentrasi spasial berupa lahan persawahan yang mendominasi wilayah selatan menyebabkan potensi kawasan menjadi wilayah agropolitan yang berbasis masyarakat. Penduduk tradisional dengan sistem pertanian yang dikembangkan berdasarkan sistem pertanian modern menjadikan produktivitas pertanian akan lebih tinggi, serta produk yang dihasilkan akan lebih unggul. Letaknya yang jauh dari wilayah urban akan mengakibatkan adanya transport cost yang mampu menambah biaya produksi barang atau jasa. 

Oleh karena itu, upaya pembangunan agropolitan Kabupaten Kediri berorientasi terhadap aspek ekonomi, sosial, ekologi, dan teknologi. Kawasan pedesaan yang menjadi kawasan agropolitan tidak sepenuhnya memiliki kesenjangan pembangunan yang tinggi dengan perkotaan sehingga infrastruktur dasar pendukung pertanian juga harus dipenuhi. Konsep agropolitan Kediri akan mencegah penyelewengan tujuan yang dapat menyebabkan tersedotnya sumber daya manusia, sumber daya alam, dan modal ke perkotaan.

Agropolitan Pakanpucung, Segobatam, Ngawasondat, dan Palempari sebagai kawasan pertanian, perkebunan, dan peternakan unggul di Kabupaten Kediri akan mewujudkan sistem usaha agribisnis yang terpadu antara perkotaan dan perdesaan dengan tujuan mempercepat pembangunan ekonomi wilayah. Beberapa strategi dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Kediri berdasarkan prinsip ekonomi wilayah adalah:

1. Pembangunan fasilitas pendukung kegiatan pada sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan di kawasan agropolitan 

2. Penambahan aksesibilitas untuk memperlancar sirkulasi barang dan jasa antar kecamatan di dalam kabupaten maupun ke luar kabupaten Kediri 

3. optimalisasi lahan potensial yang kurang digunakan untuk meningkatkan keuntungan ekonomi 

4. Pembangunan sektor industri hijau yang dapat mendukung pengolahan produk pertanian 

5. Pemanfaatan teknologi terbarukan untuk meningkatkan jumlah produksi pertanian 

6. Pembangunan pasar maupun fasilitas perdagangan dan jasa penunjang yang dapat memudahkan masyarakat untuk berkegiatan

Melalui strategi pengembangan kawasan agropolitan tersebut, Kabupaten Kediri akan mampu menjadi hinterland unggul bagi kawasan sekitarnya. Hal ini akan mengatasi permasalahan klasik dari ekonomi kota seperti kemiskinan dan urbanisasi, sehingga menciptakan dampak baik bagi perekonomian wilayah. Agropolitan Kediri juga dapat menjadi city branding dalam menunjukkan hasil bumi yang melimpah di Kabupaten Kediri, sehingga meningkatkan daya saing regional secara kompetitif. 

Akan tetapi, apabila interaksi desa dengan kota yang tidak dimanajemen dengan baik akan menyebabkan interdependensi yang mematikan salah satu sektor unggulan di wilayah tersebut sehingga mengancam perekonomian. Oleh karena itu, pengembangan sumber daya manusia unggul yang mampu menopang kawasan agropolitan agar terus berkembang diperlukan sebagai upaya pencegahan kelumpuhan produksi. 

Pakancupung, Segobatam, Ngawasondat, dan Palempari akan berkembang menjadi periphery/hinterland yang mampu menjadi penggerak sektor ekonomi Kabupaten Kediri yang fungsional dengan kawasan urban sebagai pemasok bahan mentah dan penjaga keseimbangan ekologis. Unsur ruang yang tampil dalam dari lokasi bahan baku ke lokasi produksi ataupun market harus dioptimalisasi untuk menciptakan agropolitan yang bersinergi dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi regional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun