Keknya calon Jurnalis nggak mungkin ditanya gitu deh. Mana mungkin skill yang wajib dimiliki Jurnalis adalah potong rambut? Dimana-mana Jurnalis ya wajib punya kemampuan nulis, berinteraksi dengan orang, dan suka tantangan, bukan jago motong rambut. Pasti buku itu buat ujian karyawan salon. Waduuuh!
Trus gue juga baca buku yang lain. Kali ini isinya pertanyaan Benar (B) atau Salah (S) kek gini...
• Tiap pagi dan sore harus nyapu dan ngepel tiap ruangan di kantor B-S
• Siap jika diperintah untuk membeli makan pagi, siang, atau malam B-S
• Tiap kerja harus memakai seragam dan sistem kerja shift B-S
Buku itu pun nggak mungkin buat calon Jurnalis. Masa Jurnalis kerjanya nyapu dan ngepel ruangan? Trus disuruh beli makan. Kalo disuruh nyapu dan ngepel, kapan pergi liputan, wawancara, trus nulis berita? Pasti buku itu buat calon polisi…eh salah ding…maksudnya karyawan office boy.
Gue coba baca beberapa buku lagi. Ternyata semuanya nggak cocok dengan psikotes jadi Jurnalis. Lagipula, dalam buku-buku yang gue baca, nggak ada ujian matematika, bahasa Indonesia, maupun IPS kayak yang dibilang si Rifki. Hmmm….
Hari tes pun tiba. Gue pasrah dengan soal psikotes yang bakal diberikan HRD hari ini. Gue nggak peduli kalo nanti nggak lulus psikotes dan nggak keterima jadi Jurnalis. Toh, gue dipanggil jadi Jurnalis juga gara-gara ada orang yang kirim CV alias bukan kemauan gue.
Gue pelototin soal-soal psikotes. Dua di antara soal-soal psikotes kek gini…
Seorang pengrajin sepatu akan membuat 80 pasang sepatu memerlukan waktu 23 hari. Jika pengrajin tersebut bekerja selama 30 hari, berapa pasang sepatu yang dapat dibuat?
A. 94 pasang
B. 104 pasang
C. 110 pasang
D. 115 pasang
E. 120 pasang
Sebuah gudang semen menyusun tumpukan semen dengan menggunakan cara sbb: Tumpukan semen paling atas 15 sak, tumpukan semen di bawahnya 18 sak, dan seterusnya setiap tumpukan di bawahnya selalu lebih banyak 3 sak dari tumpukan di atasnya.
Jika ada 20 tumpukan semen, berapa banyak tumpukan semen paling bawah?