Pujangga yang saya maksud dalam tulisan ini adalah Prof Dr. Sapardji Djoko Damono. Buat sebagian orang pasti tak asing lagi dengan pria kelahiran Surakarta, 20 Maret 1940 ini. Puisi-puisinya selalu menggunakan kata-kata sederhana, tetapi sarat makna. Beberapa waktu lalu, beliau jatuh terpeleset. Kejadian tersebut menyebabkan tulang di kaki kirinya ada yang bergesar. Sementara, kaki kirinya tidak bisa bergerak. Jika dipaksa bergerak, sakit tak tertahankan.
Saya tidak begitu dekat dengan pria yang kini berusia 73 tahun ini, dan pasti sebaliknya. Namun sebetulnya, jika menenggok ke belakang, saya kerap berinteraksi dengan beliau saat masih menjadi mahasiswa di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI) yang sekarang menjadi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) di Depok, Jawa Barat. Beliau pernah menjadi Dekan FSUI pada 1990-an.
Interaksi saya dengan pak Sapardji terjadi lagi, saat beliau menjadi dosen tamu di Fakultas Film dan Televisi (FFTV) Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada 2000-an. Jika saat menjadi Dekan saya tidak pernah minta foto, giliran saat di FFTV, saya coba mendekati beliau dan meminta foto.
"Kayak artis saja pakai difoto-foto segala," ujar pak Sapardji saat itu.
Kini, beliau sedang meringkuk sakit di salah satu rumah sakit di Jakarta. Meski tidak bisa banyak bergerak, karena kaki sakit, secara fisik beliau sehat-sehat saja. Enerji pria ini seperti anak muda yang baru berusia 37 tahun.
Meski tidak sempat menengok, bersama ini saya ingin mendoakan agar dosen saya ini bisa cepat sembuh seperti sediakala lagi. Sambil mendoakan, saya mengirimkan sebaris puisi yang pernah beliau tulis dengan judul Hujan Bulan Juni.
"Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H