Meskipun begitu, tidak dapat dipungkiri bahwasanya era globalisasi telah mengantarkan musik langgam Jawa ke ambang ancaman kelestarian serius. Kemajuan teknologi menawarkan kemudahan dalam akses informasi dan komunikasi baik ruang lingkup regional maupun global. Musik populer dan modern mancanegara kini merajai ranah media sosial yang menggeser preferensi musikal masyarakat. Genre musik modern seperti halnya EDM (Electronic Dance Music), hip-hop hingga aliran alternatif dinilai lebih menarik. Selain karena nadanya yang mudah diingat, dari segi promosional kepada khalayak ramai juga lebih getol ketimbang pemasaran musik tradisional. Faktor lainnya ialah kurangnya curahan perhatian pemerintah terhadap pengembangan seni budaya tradisional. Dibuktikan dengan minimnya dukungan finansial yang dialokasikan pada seniman dan pengelola sanggar musik tradisional. Peran lembaga budaya yang belum optimal dalam menyosialisaikan edukasi peningkat kesadaran berbudaya, spesifiknya mengenai musik tradisional, pengadaan festival maupun pertunjukan musik daerah yang mampu dihitung jari, ditambah rendahnya partisipasi rakyat dalam pengembangan dan penyebarluasan langgam Jawa, mengakibatkan penyusutan minat secara drastis terhadap genre musik ini. Imbasnya, pendengar langgam Jawa akan dicap "ketinggalan zaman" yang memunculkan stereotipe dan stigma negatif dalam pergaulan.Â
Tergerusnya kejayaan langgam Jawa sebagai warisan musikal lokal memberikan pengaruh signifikan terhadap jati diri dari aspek budaya masyarakat Jawa. Mengingat langgam Jawa merefleksikan keunikan budaya tradisional Jawa yang berakar dari nilai moral dan budi pekerti nan luhur, tradisi turun-temurun, serta bertautan erat dengan asal-usul dan sejarah suku Jawa. Tunas bangsa yang kehilangan warisan budayanya sama halnya dengan putus kontak terhadap fondasi budayanya sendiri. Terhapusnya pemahaman filosofis mengenai makna dan nilai etis karya musik juga turut memudarkan aplikasi tata krama serta etika dalam bersosialisasi di masyarakat. Selain itu, keahlian mengekspresikan emosi melalui karya musik lokal maupun keterampilan memainkan alat musik tradisional semakin menurun kualitasnya seiring bertambahnya generasi. Ikatan kebersamaan antar warga yang dibangun atas dasar apresiasi musikal tradisional juga semakin jarang dijumpai kecuali pada sejumlah acara akbar. Bila langgam Jawa secara berkesinambungan diabaikan tanpa usaha pelestarian, maka pesonanya yang atraktif di mata turis domestik luar Jawa maupun mancanegara akan tersiasiakan. Padahal, langgam Jawa berpotensi besar sebagai daya tarik pariwisata budaya musikal yang memungkinkan berimbas pada peningkatan ekonomi pengusaha lokal di sekitar lokasi sektor tersebut.Â
Lantas, tanggung jawab kita dalam merestorasi warisan budaya langgam Jawa yang prestisius ini tentu dimulai dari meningkatkan pemahaman fundamental bahasa Jawa melalui melek literasi. Seperti yang kita ketahui, bahasa Jawa terbagi menjadi basa Jawa kawi (kuno) dan basa Jawa gagrag anyar (modern). Melalui langgam Jawa, kita mampu memperluas kosa kata bahasa Jawa kawi yang kurang familiar dan berangsur-angsur terlupakan dalam percakapan keseharian. Melatih familiaritas terhadap bahasa Jawa diimbangi dengan aktif menggali artikel, jurnal, literatur, dan sumber-sumber tekstual kredibel lainnya yang berbahasa Jawa. Menghadiri seminar dengan pembicara pakar di bidang musik langgam Jawa juga mampu memperlebar wawasan dan pengetahuan kita terkait sastra Jawa. Mulai meningkatkan apresiasi terhadap musik tradisional dengan menghadiri pertunjukan sastra lisan yang melibatkan unsur musik langgam Jawa seperti wayang kulit, ludruk, dan ketoprak. Menonton penampilan pemusik langgam Jawa dan mendengarkan lagu-lagu karya mereka juga merepresentasikan sifat apresiatif terhadap warisan budaya.Â
Kita bisa turut mempromosikan langgam Jawa agar menjangkau audiens lebih luas melalui dokumentasi penampilan langgam Jawa. Penampilan bisa berbentuk nyanyian maupun dipadukan dengan seni pertunjukan lainnya, yang kemudian diunggah ke sejumlah platform media sosial berupa video pendek yang digemari anak muda. Dapat pula disertai informasi singkat mengenai penjelasan makna liriknya.Â
Proses kreatif kolaborasi budaya tidak sampai di situ saja, melainkan dapat dikreasikan lewat proyek penggabungan elemen tradisional dan modern. Contohnya proyek kolaboratif antara musisi tradisional Jawa dengan musisi Jawa modern. Tentunya ini tak lepas dari peran pemerintah dalam mendanai organisasi dan seniman pelestari musik langgam Jawa sebagai bentuk komitmen pelestarian warisan budaya, diikuti perlindungan terhadap praktik budaya tradisional seperti upacara keagamaan yang melibatkan musik langgam Jawa.Â
Proyek yang telah sukses mengintegrasikan elemen sastra dan musikal dari langgam Jawa salah satunya adalah Yogyakarta Gamelan Festival. Merupakan festival tahunan yang diselenggarakan oleh Komunitas Gayam 16 dengan berbagai komunitas gamelan lainnya dan mahasiswa yang turut berpartisipasi. Proyek ini terbagi menjadi Gaung Gamelan dan Pupuh Tabuh yang bertujuan memperkenalkan langgam Jawa melalui kombinasi pembacaan puisi klasik Jawa diiringi musik langgam Jawa. Perpaduan puisi yang sarat makna filosofis, sejarah dan budaya melebur sempurna dengan ansambel gamelan yang mewakili nuansa tiap puisi melalui untaian nadanya. Adapun festival ini telah memanen apresiasi dan dukungan masyarakat maupun pemerintah daerah. Tak ketinggalan, media lokal bahkan internasional turut menyorot proyek seni ini. Proyek Yogyakarta Gamelan Festival sangat inspiratif sebagai wujud upaya pelestarian langgam Jawa dan merayakan kekayaan budaya musikal Indonesia.Â
Peran andil generasi muda dalam pelestarian langgam Jawa cukup krusial dan berdampak signifikan, baik di masa kini maupun masa mendatang. Seperti yang kita ketahui, langgam Jawa bersumber dari aspek moral, sejarah, dan tradisi turun-temurun masyarakat Jawa yang berfungsi membentuk jati diri sebagai cerminan kualitas persona etnis Jawa. Sudah sepatutnya, generasi muda memiliki rasa bangga terhadap budaya aslinya dan mencegah langgam Jawa dari kepunahan. Dengan berusaha melestarikan langgam Jawa, secara tidak langsung, generasi muda juga mengasah keterampilan berbahasa, kecerdasan musikal, serta kecakapan seni teatrikal. Melalui upaya konservasi yang tepat, langgam Jawa akan terus hidup untuk menyalurkan serangkaian manfaat bagi anak cucu kita ke depannya.Â
Adapun cara menggugah kesadaran pemuda dalam melestarikan langgam Jawa dapat dimulai dari lingkup pendidikan. Misalnya dalam materi pembelajaran bahasa Jawa disinggung mengenai sejarah, contoh lagu dan analisis struktur lagu langgam Jawa. Kemudian dalam pembelajaran seni musik, mengulik teknik permainan instrumen pengiring langgam Jawa, serta teknik vokal dalam menyanyikannya. Lebih mengerucut, sekolah bisa membuka ekstrakurikuler khusus mempelajari menyanyi lagu Jawa tradisional dan belajar memainkan gamelan, seperti ekstrakurikuler karawitan. Pada lingkup luar sekolah, komunitas budaya dapat mengadakan pelatihan terkait pendalaman langgam Jawa yang ditujukan khusus untuk mudamudi. Lebih luas, perlu diadakan kegiatan sosial seperti pengadaan festival, pertunjukan, maupun kontes yang menghadirkan kolaborasi generasi tua dengan generasi muda. Hal ini akan memberikan hiburan positif terhadap masyarakat serta memberi kesempatan pemuda untuk tampil di ranah publik. Terjadi pula transfer pengetahuan antar generasi yang berkontribusi dalam kelanggengan pelestarian langgam Jawa.Â
Perlu diingat, sastra memainkan peran integral dalam menjembatani kita dengan warisan budaya langgam Jawa, dimana sastra menjadi alat penyampai pesan, cerita, dan nilai budaya yang mengakar kuat pada langgam Jawa. Marilah kita sebagai generasi muda, berpartisipasi secara aktif dalam membudayakan langgam Jawa. Pastikan musik lokal senantiasa bersinar dan menjadikannya bernilai tambah baik di mata domestik maupun mancanegara dari generasi ke generasi. Semua ini dapat terwujud melalui peran serta instansi pendidikan, kontribusi nyata generasi tua hingga muda, seni pertunjukan dan festival budaya, serta kreativitas kita dalam mengkreasikan, mengolah dan mengembangkan langgam Jawa menjadi lebih menarik dan tak lekang oleh zaman. Dengan ini, diharapkan kita dapat merestorasi kejayaan musik langgam Jawa dan menjaga terang pijarnya warisan budaya musikal lokal dalam kehidupan.