Bencana banjir yang melanda kawasan industri ekstraktif di Kab. Halmahera Tengah, Maluku Utara, beberapa waktu lalu menuai banyak kritikan dari berbagai pihak.
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia melalui Koordinator Wilayah XV Maluku Utara 2022-2024, Fandi Salasa menyampaikan bahwa pentingnya penerapan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan dalam setiap aktivitasnya.
"_Alam mempunyai hukumnya sendiri, jika tidak dikelola dengan bijak, alam yang akan menghukum kita_"
Aktivitas dari tiga perusahaan besar yaitu Weda Bay Nikel, Tekindo Energi dan Halmahera Sukses Mineral berdampak pada terjadinya kehilangan bentangan alam.
Dilansir dari WALHI Maluku Utara, sebanyak 51% tutupan pohon hilang di wilayah Kulo Jaya, Lelilef Sawai, Waibulen, dan Gamaf.
Sejak Sabtu 20 Juli hingga saat ini wilayah lingkar tambang tersebut masih terendam banjir dengan ketinggian 1 sampai 2 m. Tiga desa terparah yaitu Lelilef, Waibulen dan Lukulamo.
Selain itu, Fandi Salasa juga menyayangkan slow respon dari pihak Pemerintah Daerah setempat, bahkan data korban dan tingkat kerusakan fasilitas publik pun belum dikantongi sampai saat ini.
Dilain sisi, berdasarkan data dari WALHI Maluku Utara, sekitar 4.842 jiwa terdampak langsung bencana banjir tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H