Multimedia adalah produk jurnalis yang interaktif, dimana menghasilkan data, aplikasi database, dan aplikasi interaktif lainnya. Podcast, video, hingga slide gambar menjadi sebuah keharusan bagi jurnalis multimedia.
Hola mi amigos! Bagaimana kabarnya semua? Semoga kalian semua dalam keadaan sehat. Kita ketemu lagi, kali ini saya akan membahas mengenai jurnalis multimedia di masa depan.
Pernah nggak sih kalian terpikir bagaimana keadaan dunia ini di 10 tahun yang akan dating? Atau 15 tahun? Atau 20 tahun? dan seterusnya. Bagaimana kira-kira profesi seorang jurnalis multimedia di masa depan?
Seperti pembahasan saya sebelumnya, seorang jurnalis multimedia tidak pernah lepas dari yang namanya teknologi mengingat media yang harus dipenuhi oleh seorang jurnalis multimedia.
Namun seiring dengan perkembangan jaman, teknologi seakan bertumbuh menghadirkan suatu hal yang baru dan canggih.
McAdams menyampaikan ada beberapa cara untuk menjadi seorang jurnalis multimedia di masa depan, yaitu:Â
- Complement, don't repeat (lengkapi dan jangan ulangi): McAdams menjelaskan bahwa dalam setiap produk multimedia menggunakan media yang saling berhubungan. Masing-masing media harus memiliki kekuatan dalam memperkuat informasi atas suatu fenomena. Dengan demikian, media ini digunakan untuk melengkapi aspek cerita yang diceritakan dalam satu produk jurnalisme multimedia.
- Integrate media types (mengintegrasikan jenis media): McAdams sungguh-sungguh menegaskan bahwa di era serba teknologi ini sungguh penting untuk mengedepankan fakta visual. Jangan hanya mengunggulkan teks. Anggapannya adalah seorang jurnalis harus bisa memposisikan grafik informasi di tengah menyajikan sebuah cerita, bukan hanya mengatur tata letaknya.
- Simplify (menyederhanakan): Hal ini mengungkapkan tentang seorang jurnalis yang harus merencanakan hingga memutuskan informasi apa saja yang harus dimasukin ke dalam suatu berita. Terlalu banyak menambahkan cerita bisa memberikan kesan yang rumit dan sulit dipahami pembaca. Dengan demikian, McAdams juga menegaskan 'kami tidak membutuhkan ribuan kata dalam teks'.
- Grab the audience's attention visually (Tarik perhatian audiens secara visual): Kemampuan seorang jurnalis dalam mengajak untuk bertindak, hingga keseruan pembukaan berita untuk membiarkan pembaca untuk terus membaca beritanya.
- Nonlinear does not need to be complicated (Nonlinier tidak perlu rumit): Media-media yang disampaikan membentuk sebuah paket multimedia untuk membimbing cerita suatu berita. McAdams juga menekankan bahwa produk multimedia memberikan ruang bagi jurnalis untuk menunjukkan sudut pandang cerita secara paralel, berlapis, dan tidak terlalu berlebihan.
- Low interactivity is okay (interaktivitas rendah tidak apa-apa): Multimedia memberikan ruang bagi pembacanya untuk mengalami pengalaman secara pasif. Pengalaman ini diwujudkan dalam bentuk memberi pilihan akan mengklik putar, jeda, atau hentikan. Adapun beberapa contoh produk jurnalime multimedia, seperti di video berikut:
- Immersive experience rule (aturan pengalaman imersif): Produk multimedia mampu memberikan pengalaman pembaca  yang seakan terhanyut pada cerita yang disampaikan di suatu berita.
- Good journalistic judgement is still needed (penilaian jurnalistik yang baik maasih diperlukan): McAdams ingin menegaskan pandangan jurnalis yang realistis. Seorang jurnalis mampu membuka cerita untuk menciptakan intepretasi pembacanya.
Jurnalis Multimedia di Masa Depan
Sebelum masuk ke jurnalis multimedia di masa depan, mari kita pahami unsur-unsur penyusunnya
Canggihnya teknologi dan profesi seorang jurnalis menimbulkan 'negara dan masyarakat membutuhkan jurnalis dengan keterampilan multimedia baru'.
Keterampilan multimedia baru ini dicirikan seperti 'interaktif' yang menyampaikan pelaporan data, aplikasi database, dan aplikasi berita lainnya. Hal ini dilakukan oleh seorang jurnalis untuk membantu pembacanya memahami cerita yang ingin disampaikan.
Produk jurnalisme multimedia tingkat atas yang bahkan karyanya dikenal oleh hampir seluruh orang di dunia ini adalah 'Snow Fall'. Karya ini diciptakan oleh tim jurnalis New York Times pada tahun 2012.
Karya ini menghasilkan tidak hanya tulisan dan gambar, tetapi juga video, grafik animasi, peta, audio, dan tayangan slide foto.
Dengan demikian, karya ini dianggap sebagai titik awal dari kegiatan jurnalisme multimedia. Kesuksesan yang mencapai 3 juta orang yang mengunjungi karyanya hanya dalam 10 hari patut diacungi jempol.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H