Mohon tunggu...
Brigittha PricilyaSetyawan
Brigittha PricilyaSetyawan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Love diversity

Selanjutnya

Tutup

Film

Karakter Harley Quinn di Film Birds Of Prey Sesungguhnya Sudah Dikupas oleh Ahli Komunikasi

14 November 2021   21:25 Diperbarui: 14 November 2021   21:34 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam cerita film yang menarik, terdapat tokoh yang selalu terlibat dalam berbagai macam konflik. Terlepas dari genrenya, konflik yang terjadi pada tokoh di dalam film selalu tergantung pada sifat atau karakter pribadi tokoh tersebut. Ternyata karakter tokoh yang digambarkan di dalam suatu film tersebut, terdapat teori yang menjelaskannya. Freud (dalam Ryan, 2012) mengatakan bahwa setiap manusia memiliki yang namanya id, ego, dan superego. Id adalah ketidaksadaran manusia yang dimana sifat fisik terutama sisi duniawi dengan dorongan untuk bertahan hidup dan kepuasan (biasanya lebih ke arah hasrat seksual). Ego adalah diri manusia yang sadar dengan mempertahankan kontak ke eksternal dunia, bertindak sebagai sensor impuls dari dalam dan mungkin bertentangan dengan aturan, norma, dan mandat sosial. Sedangkan superego adalah sisi hati nurani manusia, dimana ingin mengajak diri seseorang untuk tetap memelihara rasa benar dan mengontrol mana yang benar atau salah serta yang sesuai aturan atau menentang aturan.  

Film yang sangat menarik untuk dibahas Id, ego, dan superegonya adalah film Birds Of Prey yang dirilis pada tahun 2020. Film Birds Of Prey merupakan film karya Cathy Yan yang dibintangi oleh Margot Robbie, Rosie Perez, dan Mary Elizabeth Winstead. Film ini juga mendapatkan rating 6.1/10 dari imdb.com. Film Birds Of Prey sendiri menceritakan seorang Harley Quinn yang menyelamatkan seorang gadis kecil dari kejahatan Roman Sionis dan mengalahkannya bersama dengan Black Canary, Huntress, dan Renee Montoya. Film Bird Of Prey sendiri merupakan film besutan Warner Bros yang masih kelanjutan cerita Suicide Squad, yang merupakan film series karya Warner Bros. 

Sosok Harley Quinn yang digambarkan di dalam film Birds Of Prey ini memiliki sisi Id, Ego, dan Superego sesuai dengan yang disampaikan Sigmund Freud dalam buku Michael Ryan. Singkatnya Id adalah ketidaksadaran seseorang akan hasrat fisik untuk mendapatkan kepuasan. Hal ini ditunjukkan oleh Harley Quinn ketika ia sedang mabuk dan ia secara tidak sadar membakar pabrik kimia dengan truk pembawa minyak. Ketidaksadaran Harley Quinn di bawah pengaruh alkohol menyebabkan kepuasan Harley Quinn untuk melupakan mantannya yaitu Joker. Setelah membakar pabrik tersebut, rasa puas digambarkan dari senyuman dan gerak tubuh Harley Quinn kala itu. 

Setelah Id, ada sisi ego yang digambarkan oleh Harley Quinn di dalam film Bird Of Prey ini. Singkatnya ego adalah mereka yang sadar dengan eksternal dunia dan bertindak yang mungkin bertentangan dengan aturan, norma, dan mandat dari luar. Hal ini ditunjukkan oleh Harley Quinn ketika dia membunuh bahkan memukul beberapa orang suruhan Sionis yang ingin membunuh dirinya. Hal ini dilakukan oleh Harley Quinn untuk melindungi dirinya, walaupun dia tahu bahwa tindakannya ini melanggar aturan pemerintah. Pukulan demi pukulan dilakukan oleh Harley Quinn untuk mencapai yang namanya kebebasan tanpa pengejaran. 

Yang terakhir ada superego yang dilakukan oleh Harley Quinn dalam film Birds Of Prey ini. Superego secara singkatnya adalah hati nurani yang memelihara rasa benar dan salah. Hal ini ditunjukkan oleh Harley Quinn ketika ia berpikir ingin menyelamatkan gadis kecil bernama Cassandra Cain. Tampak dari hal yang dilakukan oleh Harley Quinn, dimana ia harus memilih antara melindungi anak tersebut atau menjualnya pada Sinios. Pilihan untuk melindungi Cassandra dilakukan oleh Harley Quinn karena baginya, pilihan inilah yang terbaik. 

Id, Ego, dan Superego sangat erat hubungannya dengan konflik perilaku tokoh. Ketiga unsur ini menjadi kontrol diri dalam diri tokoh yang menghasil berbagai macam konflik di dalam film menurut Sigmund Freud. 

Daftar Pustaka:

Ryan, Michael. 2012. An Introduction To Criticism: Literature, Film, Culture. West Sussex: John Wiley & Sons Ltd.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun