Mohon tunggu...
Brigittha PricilyaSetyawan
Brigittha PricilyaSetyawan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Love diversity

Selanjutnya

Tutup

Film

Perjuangan Film Dumplin Mendukung Gerakan Feminisme

3 November 2021   21:55 Diperbarui: 3 November 2021   21:59 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Feminisme, adalah sebuah kata yang sering dikatakan oleh banyak orang ketika membicarakan suatu kejadian atau peristiwa yang berkaitan dengan ketidakadilan pada perempuan.

Ketika mendengar kata gender perempuan, mungkin sebagian dari masyarakat akan berpikir bahwa perempuan memiliki derajat di bawah laki-laki.

Perjuangan kaum perempuan akan menyamaratakannya derajat setara dengan laki-laki sudah dilakukan dari puluhan tahun lalu hingga saat ini.

Perjuangan ini juga didukung dengan adanya film-film yang mengangkat isu pergerakan feminisme ini, salah satunya ada film Dumplin yang dirilis pada tahun 2018.

Film yang dibintangi oleh Danielle Macdonald, Jennifer Aniston, dan Odeya Rush ini mendapatkan rating 6.6/10 di imdb.

Film yang diprakarsai oleh Anne Fletcher dan diangkat dari cerita novel yang ditulis oleh Julie Murphy ini, menceritakan seorang perempuan bernama Willowdean atau yang biasa dipanggil Dumplin oleh ibunya ini dibully oleh orang-orang dilingkungannya karena tubuhnya yang gemuk.


Kegiatan pembullyan ini sering dilakukan oleh teman-teman laki-lakinya. Keadaan semakin parah ketika Willowdean yang merupakan anak dari seorang ibu pemenang kontes kecantikan itu, mengikuti kontes kecantikan yang sama dengan ibunya beberapa tahun lalu.

Melalui film Dumplin ini, stigma masyarakat yang menunjukkan bahwa kriteria atau standar kecantikan seorang wanita itu harus kurus, berambut wanita, dan punya bakat yang sesuai dengan seorang wanita.

Stigma masyarakat yang mengatakan wanita gendut itu jelek bisa menghancurkan dan menghilangkan kepercayaan diri seorang wanita.

Film Dumplin yang mengangkat tema feminisme, sesuai dengan teori Molly Haskell (dalam Cateridge, 2015, h. 347-348) yang mengatakan bahwa feminisme dalam film selalu digambarkan dengan wanita yang menolak atau ingin keluar dari stereotip negatif.

Hal yang serupa juga disampaikan oleh Stam (2000, h. 170) bahwa film feminisme selalu ingin mengalahkan tradisi masyarakat patriarki, dengan tujuan akhir ingin mengubah yang tidak hanya teori tapi juga film yang erat hubungannya dengan sosial gender secara hierarkis.

Kesamaan dari pendapat Stam dan Haskell ini ingin menjelaskan bahwa film memiliki peran sebagai media untuk mendukung gerakan feminisme. Film dinilai memiliki dampak yang besar karena bisa mencakup khalayak luas. Dengan film yang bisa mencakup khalayak luas serta dampak yang besar, maka film dinilai bisa mempengaruhi serta bisa menghilangkan stigma masyarakat akan ketimpangan gender.

Perjuangan akan kesetaraan gender di dalam gerakan feminisme ini telah dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama. Dengan demikian, kecenderungan masyarakat akan tidak adanya lagi ketimpangan gender sangat memungkinkan.

Kehadiran film-film baru yang mengangkat isu feminisme itulah, seakan menyadarkan masyarakat kembali akan masih adanya ketimpangan gender di tengah masyarakat.

Gerakan feminisme yang digambarkan di berbagai film juga dijelaskan dengan berbagai macam keadaan, berbagai macam peristiwa akan ketimpangan gender seakan dijelaskan di dalam suatu film. Hal ini membuat masyarakat seakan mengembalikan perjuangan gerakan feminisme.

Pengaruh film pada penonton bisa ditunjukkan melalui pola pikir hingga tindakan. Keinginan dari pembuat film akan reaksi penonton setelah menonton film adalah dukungan akan apa yang disampaikan oleh si pembuat film.

Seperti contohnya, apabila para penonton film Dumplin menyuarakan akan kecantikan wanita yang tidak hanya berdasarkan pada bentuk tubuh wanita. Maka sesungguh sutradara film Dumplin berhasil dengan karya film yang dibuatnya. Keberhasilan ini dinilai berdasarkan tujuan dari seorang sutradara membuat film. Jika anda memahami akan ending film Dumplin, maka itulah yang disebut dengan tujuan seorang sutradara membuat film.

Daftar Pustaka:

Cateridge, James. 2015. Film Studies For Dummies. Chichester: John Wiley and Sons, Ltd.

Stam, Robert. 2000. Film Theory: An Introduction. Massachusetts: Blackwell Publishers Inc. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun