Mohon tunggu...
Brigittha PricilyaSetyawan
Brigittha PricilyaSetyawan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Love diversity

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Jurnalisme Multimedia Hidup Berdampingan dengan Teknologi

21 Oktober 2021   17:45 Diperbarui: 26 Oktober 2021   08:35 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Starter kit jurnalis multimedia

Seorang jurnalis multimedia dituntut untuk bisa memiliki keahlian multitasking. Kamera, laptop, handphone dan lain-lain menjadi modal awal.

Shapiro (2013) (dalam Ashari, 2019, h.3) mengatakan bahwa jurnalisme adalah aktivitas mencari informasi dengan akurat mengenai suatu peristiwa, dimana informasi itu dikemas dan dipublikasikan dengan baik. 

Ashari melanjutkan dengan tiga sudut pandang mengenai informasi yang akurat, yaitu sesuai dengan fakta peristiwa, sesuai dengan persepsi atau apa yang benar-benar dibicarakan oleh narasumber, dan adanya konsistensi pemaparan dalam mengemas informasi teks berita. 

Restendy (2016, h. 1) juga menjelaskan pengertian jurnalistik dari tiga sudut pandang. Yang pertama adalah jurnalistik sebagai proses adalah 'aktivitas' mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik. 

Sedangkan jurnalistik sebagai teknik adalah 'keahlian' menulis karya jurnalistik termasuk keahlian dalam mengumpulkan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa dan wawancara. Dan yang terakhir yaitu jurnalistik sebagai ilmu adalah 'bidang kajian' mengenai pembuatan dan menyebarluaskan informasi melalui media massa. 

Perkembangan jaman menghadirkan kegiatan jurnalisme baru, yaitu jurnalisme multimedia. Widodo (2020, h, 24) menjelaskan tentang multimedia itu sendiri. Multimedia adalah kombinasi teks, foto, video, audio, grafik, dan interaktivitas yang disajikan di situs web dengan format non-linear. 

Tujuan dari kegiatan jurnalisme multimedia ini sendiri adalah menyajikan cerita sebuah peristiwa dengan menarik dan informatif. Informasi yang ditampilkan dalam berbagai media itu juga bersifat melengkapi dan bukan mengulang dari informasi yang sudah ada. 

Dalam dunia multimedia sangat erat hubungannya dengan kompetensi budaya para pengguna. Konsumen berita bisa multitasking ketika mereka menggunakan internet.

Deuze (2003) (dalam Widodo, 2020, h. 27) menjelaskan beberapa tren yang berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan orang dalam mengakses berita. Yang pertama adalah orang-orang saat ini tidak lagi membaca berita cetak, jadi mereka lebih menyukai baca berita secara online dan tertarik membaca ketika diberikan. 

Kemudian orang-orang juga juga sangat suka lihat dunia yang dikontekstualisasikan melalui penyuntingan gambar dan video berkecepatan tinggi. Kemudian saat ini eksistensi radio masih cukup tinggi di kalangan masyarakat, tetapi perbedaannya lebih ke radio yang didengarkan secara online.  

Dan yang terakhir adalah kebiasaan multitasking kebanyakan orang, sehingga tidak jarang banyak yang memasang televisi tanpa suara dengan berbincang melalui telepon. 

Adzkia (2015, h. 44) menjelaskan bahwa seorang jurnalis dituntut untuk cakap dan terampil untuk menghasilkan video, tulisan, dan foto dalam waktu sekali reportase. Seorang jurnalis multimedia akan mengoptimalkan kemampuan teknologi komunikasi yang dimiliki olehnya, untuk menghasilkan berbagai macam produk media jurnalistik. 

Hal ini menjadi suatu fenomena Baru. Fenomena ini ditunjukkan oleh Adzkia dengan suatu pertanyaan besar mengenai, bagaimana dengan mereka yang berprofesi jurnalis sudah terbiasa hanya menghasilkan satu produk media? Seperti contohnya mereka-mereka yang berprofesi jurnalis di televisi. 

Mereka sudah terbiasa hanya menyediakan konten video dan suara, hanya kurang lebih satu sampai dua produk media. Fenomena ini menuntut seorang jurnalis bisa beradaptasi dengan perkembangan jaman, terutama perkembangan teknologi yang ada. 

Dewan pers juga menanggapi fenomena ini. Melalui jurnalnya, dewan pers ingin menjelaskan bahwa seharusnya ada dua pihak yang mengikuti perkembangan arus jaman. 

Keduanya itu adalah pihak perusahaan media beritanya, lalu jurnalisnya. Perubahan ini ditunjukkan dengan menciptakan ekosistem, dimana media baru dan media tradisional saling melengkapi. Televisi, radio, dan cetak menginspirasi entitasnya di dunia siber, diwujudkan dengan adanya portal atau situs. 

Etalase mereka di ranah media baru menjadi latar belakang tetap terjaganya eksistensi brand medianya. Dewan pers seakan menegaskan bahwa portal media berita harus dan mau tidak mau mengikuti apa yang menjadi tren masyarakat, sebab apabila tidak sesuai dengan tren yang ada maka akan sangat sulit suatu media terus maju. 

Setelah brand medianya mempertahankan eksistensinya di tengah masyarakat, sekarang giliran jurnalisnya untuk mengikuti alur konvergensi medianya. Seorang jurnalis bisa melakukan peran multi seperti seorang video jurnalis. Peran multi ini bisa merangkap kerja reporter televisi, kamerawan, bahkan seorang jurnalis juga dituntut bisa melakukan editing. Nilai profesionalitas jurnalis dalam bermultitasking menjadi pondasi yang kuat dan kukuh dibanding hanya mengerjakan satu pekerjaan saja. Begitulah dewan pers ingin menekankan konvergensi media dengan perkembangan jaman. 

Jurnalisme Multimedia selalu menyediakan produk jurnalistik dengan berbagai media. Dengan demikian, perpaduan media-media yang sudah disediakan oleh seorang jurnalistik memerlukan suatu yang namanya modal awal seorang jurnalis. Perkembangan teknologi mempengaruhi segala macam bidang, salah satunya adalah bidang komunikasi. 

Berkembangnya teknologi komunikasi menyebabkan adanya banyak interaksi kelompok yang terjadi melalui saluran yang dimediasi. Dibantu dengan adanya internet jalinan sosial baik secara antar individu maupun kelompok, serta hubungan kuat antara jaringan sosial dan jaringan telekomunikasi terjadi melalui e-mail dan mobile atau telepon. 

Dengan demikian, hal ini membuktikan bahwa seorang jurnalis multimedia tidak bisa berpisah yang namanya teknologi. Oktavianti dan Tamburian (2020, h. 107) mengatakan bahwa jaringan yang dibangun oleh jurnalis dalam suatu kelompok/komunitas melakukan komunikasi dengan surat elektronik, grup e-mail, dan pesan instan. 

Teknologi yang Dibutuhkan Jurnalis Multimedia

Kemudian yang menjadi pertanyaan, apa saja sesungguhnya yang dibutuhkan oleh seorang jurnalis multimedia? Hal ini dibutuhkan sebagai modal awal seorang jurnalis multimedia untuk membuat media-media yang diproduksi dalam suatu berita. 

Oktavianti dan Tamburian mengatakan bahwa kegiatan jurnalisme multimedia didukung dengan adanya peralatan elektronik seperti komputer jinjing, telepon pintar, perekam suara, dan lain-lain. 

Oktavianti dan Tamburian menjelaskan bahwa komputer jinjing atau yang biasa disebut dengan laptop ini, sangat bermanfaat bagi seorang jurnalis multimedia. 

Laptop yang bersifat portable atau yang bisa dibawa kemana-mana sangat bermanfaat bagi seorang jurnalis, mengingat seorang jurnalis multimedia harus bisa segera mengetik, mengedit, dan mengunggah produk berita mereka ke portal media online. 

Setelah laptop, yang paling penting pada masa kini adalah telepon pintar atau yang biasa disebut dengan smartphone. Pada masa kini, hampir semua orang tidak bisa lepas dari yang namanya handphone. 

Teknologi yang biasanya digenggam ini memberikan kemudahan kepada jurnalis. Fitur di handphone yang bisa merekam, mengambil gambar, dan melakukan komunikasi dengan jaringan memudahkan jurnalis. 

Melalui handphone, seorang jurnalis multimedia bisa membuat video, foto, dan melakukan verifikasi dari web/komunitas jaringan. Sesungguhnya melalui laptop seorang jurnalis bisa melakukan apa yang dilakukan handphone, tetapi fitur yang lebih sederhana dan mudah digunakan itu membuat para jurnalis multimedia akan lebih bergantung pada handphone. 

Hal lainnya yang mungkin dibutuhkan oleh seorang jurnalis multimedia adalah alat perekam gambar atau kamera, dan perekam suara atau audio recorder. Perekam gambar dan perekam suara dibutuhkan oleh seorang jurnalis multimedia demi kualitas media yang baik untuk dipersembahkan ke audiens. 

Dengan demikian para audiens pun akan sangat menikmati hasil produk yang dipersembahkan oleh seorang jurnalis dalam kegiatan jurnalisme multimedia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun