Mohon tunggu...
Brigitta Zhafarina Darmawan
Brigitta Zhafarina Darmawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bukan Egois, Hanya Berbeda: Memahami Alasan di Balik Keputusan Childfree dalam Perspektif Psikologi Humanistik

17 Juli 2024   16:33 Diperbarui: 17 Juli 2024   16:37 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keputusan untuk hidup tanpa anak atau "childfree" adalah pilihan pribadi yang semakin banyak diambil oleh individu dan pasangan di berbagai belahan dunia. Fenomena ini tentu saja memunculkan berbagai pertanyaan dan perdebatan mengenai alasan di balik pilihan tersebut. Untuk memahami lebih dalam dinamika kepribadian individu yang memilih childfree, artikel ini akan menggunakan perspektif psikologi humanistik, khususnya teori Abraham Maslow tentang hirarki kebutuhan dan aktualisasi diri.

Perspektif Psikologi Humanistik

Psikologi humanistik berfokus pada potensi manusia untuk berkembang dan mencapai aktualisasi diri. Menurut Maslow, setiap individu memiliki hirarki kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Keputusan untuk menjadi childfree dapat dilihat sebagai bagian dari perjalanan individu dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, terutama kebutuhan akan aktualisasi diri.

Analisis Dinamika Kepribadian

1. Kebutuhan Fisiologis dan Rasa Aman

Individu yang memilih childfree sering kali merasa bahwa mereka dapat lebih fokus memenuhi kebutuhan dasar mereka sendiri tanpa tekanan tambahan dari tanggung jawab membesarkan anak. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengalokasikan sumber daya dan waktu untuk memastikan stabilitas dan keamanan pribadi.

2. Kebutuhan Sosial

Keputusan untuk tidak memiliki anak tidak berarti mengabaikan kebutuhan sosial. Banyak individu childfree memiliki jaringan sosial yang kuat dan memuaskan melalui hubungan dengan pasangan, teman, dan komunitas. Mereka mungkin mencari kehangatan dan dukungan emosional dari hubungan ini tanpa kehadiran anak.

3. Kebutuhan Penghargaan

Penghargaan atau pengakuan dalam kehidupan profesional dan pribadi sering menjadi pendorong utama bagi individu childfree. Mereka mungkin lebih fokus pada pencapaian karier, hobi, atau kontribusi sosial, yang memberikan mereka rasa penghargaan dan kepuasan yang signifikan.

4. Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri adalah puncak dari hirarki kebutuhan Maslow dan sering kali menjadi motivasi utama untuk individu childfree. Mereka mungkin melihat hidup tanpa anak sebagai cara untuk mengeksplorasi dan mengembangkan potensi penuh mereka. Ini termasuk mengejar minat pribadi, mengembangkan keterampilan, dan memberikan kontribusi yang berarti dalam bidang yang mereka minati.

Contoh Perilaku

- Pengejaran Karier dan Minat Pribadi:

Banyak individu childfree yang menunjukkan dedikasi tinggi terhadap karier mereka, sering kali mencapai prestasi besar karena fokus dan waktu yang mereka miliki.

- Kebebasan untuk Menjalani Hidup Sesuai Keinginan:

Keputusan untuk tidak memiliki anak memungkinkan mereka untuk menjalani hidup dengan cara yang mereka inginkan, seperti bepergian, berinvestasi dalam pendidikan, atau terlibat dalam kegiatan sosial yang intensif atau dalam jangka waktu yang lama.

- Keterlibatan dalam Kegiatan Sosial dan Kedermawanan:

Banyak individu childfree yang aktif dalam kegiatan kedermawanan (berbagi kepada sesama) atau sosial, merasa bahwa mereka dapat memberikan kontribusi yang berarti kepada masyarakat tanpa harus melalui jalur tradisional parenting (parenting zaman dahulu).

Keputusan untuk menjadi childfree dapat dijelaskan dengan baik melalui perspektif psikologi humanistik, khususnya teori hirarki kebutuhan Maslow. Individu yang memilih untuk tidak memiliki anak sering kali melakukannya sebagai bagian dari upaya untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri mereka. Memahami dinamika ini tidak hanya membantu dalam memahami pilihan mereka, tetapi juga memberikan wawasan tentang berbagai cara individu mencari kebahagiaan dan pemenuhan diri di luar norma-norma tradisional.

Referensi

1. Maslow, A. H. (1943). A Theory of Human Motivation. Psychological Review, 50(4), 370-396.

2. Rogers, C. R. (1961). On Becoming a Person: A Therapist’s View of Psychotherapy. Boston: Houghton Mifflin.

3. Blackstone, A. (2014). Choosing to be Childfree: Research on the Decision Not to Parent. Sociology Compass, 8(4), 329-339.

4. Gillespie, R. (2003). Childfree and Feminine: Understanding the Gender Identity of Voluntarily Childless Women. Gender & Society, 17(1), 122-136.

5. Komalasari, F. (2015). Psikologi Kepribadian: Teori dan Terapannya. Jakarta: Erlangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun