Mohon tunggu...
BRIGITTA VIOLYNA EL TITO
BRIGITTA VIOLYNA EL TITO Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa S-1 Teknik Kelautan FTK Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengenal Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) dan Potensinya di Indonesia

6 Desember 2020   18:53 Diperbarui: 6 Desember 2020   19:17 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Manusia hidup tentu perlu energi, energi di kehidupan manusia memiliki peran yang penting dalam memenuhi kebutuhan. Salah satunya yaitu energi listrik. Seiring perkembangan jaman dan teknologi semua peralatan yang memudahkan manusia menggunakan energi listrik. Namun, listrik Indonesia masih mengandalkan energi fosil yang tentu kita tahu jumlahnya terbatas dan bersifat non-renewable atau tidak dapat diperbaharui.

Padahal banyak sumber energi alternatif yang bisa dipertimbangkan untuk menggantikan energi fosil, yang tentu saja lebih ramah lingkungan, harga lebih murah, ketersediaannya tak terbatas dan bisa diperbaharui. Berbagai sumber energi alternatif yang memiliki potensi yang tinggi di Indonesia yaitu solar, panas bumi (geothermal), angin, nuklir, gelombang laut dan panas laut.

Energi panas laut merupakan salah satu energi potensial yang sangat penting. Energi panas laut adalah energi terbarukan yang berasal dari laut, yaitu sumber energi yang didapat dari konversi thermal lautan (Ocean Thermal Energy Conversion) atau yang biasa disebut OTEC. Laut memiliki sumber energi yang berlimpah namun pemanfaatannya masih belum optimal.

Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) merupakan metode untuk menghasilkan energi listrik menggunakan perbedaan temperatur yang berada di antara laut dalam dan perairan dekat permukaan yang digunakan untuk menjalankan mesin kalor. Efisiensi dan energi terbesar dihasilkan oleh perbedaan temperatur yang paling besar. Perbedaan suhu sebersar 20C di antara permukaan air dan di kedalaman 800-1000 meter berada di sekitaran ekuator.

Ada 4 kategori utama dari Ocean Thermal Energy Conversion, yaitu:

  • Open Cycle OTEC : Air permukaan yang hangat dipompa masuk ke flash evaporator, lalu di evaporator air laut dipisahkan menjadi dua fraksi, yaitu air (H2O) dan garam (CaCO3). Lalu air dikonversi menjadi uap bertekanan rendah dibawah nilai saturai sesuai temperaturnya. Lalu uap air tersebut melewati turbin dan akan masuk serta menggerakan sudu-sudu dalam turbin. Energi mekanik yang didapat akan diteruskan ke generator listrik. Lalu fluida kerja diteruskan ke kondensor dan akan bertemu dengan cold seawater (air laut dingin) sehingga terjadi perpindahan panas dan kondensasi oleh fluida kerja. Hasil dari kondensasi berupa air terdesalinasi yang dapat digunakan untuk air minum, irigasi dan untuk pertanian. Gambar 1. Open Cycle OTEC (Source: IRENA, 2014)
  • Closed Cycle OTEC : OTEC siklus tertutup menggunakan Organic Rankine Cycle (ORC) sebagai fluida kerja. Ammonia biasa digunakan dalam siklus ini karena memiliki titik didih yang relatif rendah dibandingkan dengan air laut sebagai fluida untuk mengevaporasi dan mengkondensasi. Uap menggerakkan generator listrik untuk menghasilkan listrik; uap fluida kerja kemudian dikondensasikan oleh air dingin dari dalam laut dan dipompa kembali dalam sistem tertutup (close cycle). Perbedaan utama antara sistem siklus terbuka dan tertutup adalah ukuran saluran yang jauh lebih kecil dan lebih kecil diameter turbin untuk siklus tertutup, serta area permukaan yang diperlukan oleh heat exchanger untuk transfer panas yang efektif. Siklus konversi tertutup menawarkan penggunaan sumber daya termal yang lebih efisien
  • Kalina Cycle OTEC : Kalina cycle adalah variasi dari closed cycle OTEC, dimana yang digunakan untuk fluida kerja bukanlah ammonia murni tetapi campuran dari air dan ammonia. Campuran ini tidak memiliki titik didih, tetapi sebaliknya memiliki lintasan titik didih. Lebih banyak panas yang digunakan dalam fluida kerja selama penguapan dan oleh karena itu, lebih banyak panas dapat dikonversi dan efisiensi ditingkatkan.
  • Hybrid System : Hybrid system menggabungkan open dan closed cycle OTEC. Pada hybrid cycle air laut hangat akan masuk dalam ruang vakum dan kemudian akan mengalami penurunan tekanan pada flash evaporator. Seperti pada siklus terbuka, air laut kemudian akan terpisah menjadi dua fasa yaitu uap jenuh dan cair jenuh. Uap jenuh dari air laut akan dimanfaatkan untuk memanaskan ammonia menjadi uap dan kemudian akan dikondensasikan kembali menjadi air desalinasi. Sedangkan uap ammonia akan menuju turbin untuk menggerakan sudu-sudu pada turbin yang kemudian dikonversi menjadi energi listrik oleh generator listrik.

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan dua pertiga wilayahnya adalah lautan dan Indonesia juga memiliki pantai kedua terpanjang di dunia setelah Kanada dan memiliki luas lautan sekitar 96 ribu km2 dan hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara yang memiliki wilayah laut tropis yang paling luas. Indonesia juga berada di wilayah ekuator sehingga memiliki potensi energi terbarukan OTEC yang besar untuk mendukung keamanan energi nasional. Hal ini menjadi keuntungan bagi Indonesia dari segi besarnya potensi energi panas laut di Indonesia.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa Indonesia memiliki potensi energi panas laut (Ocean Thermal Energy Conversion/OTEC) terbesar di dunia. "Potensi OTEC di Indonesia merupakan terbesar di dunia. OTEC akan kami kembangkan sebagai upaya pengembangan energi baru terbarukan. PPPGL juga telah mengkaji dan meneliti potensi OTEC pada 17 lokasi sebesar 41 Gigawatt" ujar Ediar selaku Kepala Pusat Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Kementerian ESDM (25/9/2017). Potensi ini menyebar dibeberapa lokasi seperti pantai Barat Sumatera, Selatan Jawa, Sulawesi, Maluku Utara, Bali, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Edihar menambahkan, energi OTEC ini selain dapat menghasilkan listrik juga akan menghasilkan air murni akibat proses penguapan air laut. "Pemanfaatan OTEC akan berdampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar di bidang perikanan karena akan memberikan nutrisi pada biota laut di permukaan laut," imbuhnya.

Untuk menggali potensi OTEC, PPPGL telah memanfaatkan kapal Geomarin III demi meneliti potensi OTEC di Laut Flores, yang terletak di Utara Pulau Lembata, NTT. Survei ini dilakukan sejak 24 September hingga 7 Oktober 2017. "Geomarin III akan melanjutkan survei untuk pengambilan sampel temperatur laut di Flores di Utara Pulau Lembata yang merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi OTEC cukup besar," jelas Ediar. (25/9/2017).

Di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Litrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2017 hingga 2026, pemerintah berharap bisa meningkatkan bauran energi dari posisi akhir 2016 sebesar 11,9 persen ke angka 22,4 persen di tahun 2026.

Rencana ini sejalan dengan SDGs nomor 7 tentang Affordable and Clean Energy (Energi Bersih dan Terjangkau) untuk menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan dan modern untuk semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun