Pagelaran atau festival budaya, sudah menjadi hal yang tidak asing dilakukan oleh berbagai daerah. Hal tersebut dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk melestarikan dan memperlihatkan sebuah identitas yang dimiliki oleh daerah tersebut. Menurut Fong (dalam Samovar, dkk., 2017, h. 244) identitas budaya merupakan identifikasi komunikasi sebagai sistem simbolis, baik secara verbal maupun nonverbal. Identitas budaya tersebut memiliki rasa saling memiliki, saling berbagi tradisi, warisan serta norma yang sama.
Salah satu daerah yang tetap berupaya melestarikan budaya lokal dan mempertahankan identitas budayanya adalah kota Tangerang, yang mana mayoritas penduduknya ialah bersuku Betawi. Kota Tangerang kerap kali mengadakan Festival Betawi dalam rangka menunjukkan kekayaan lokal dan masyarakat dapat mengetahui budaya tersebut.
Wali Kota Tangerang menuturkan bahwa jangan sampai anak-anak kita lebih memahami budaya Tik Tok dibanding budayanya sendiri (Irfan, 2018). Globalisasi yang terjadi memang mendukung adanya keragaman budaya, namun hal tersebut jangan sampai mengikis bahkan menghilangkan nilai-nilai tradisional serta identitas sebuah budaya (Samovar, dkk., 2017, h. 261). Menjadi sebuah hal yang positif, jika kita mengetahui budaya dari berbagi daerah bahkan negara lain. Namun demikian, kita tidak boleh larut dalam budaya negara lain hingga melupakan budaya asal daerah kita.
Maka dari itu, upaya warga Tangerang dan Pemerintah Kota untuk mencegah lunturnya nilai-nilai tradisional, salah satunya dengan mengadakan dan meramaikan Festival Betawi tersebut. Selain memperkenalkan dan melestarikan budaya suku Betawi, adanya Festival Betawi tersebut juga dapat memperkuat hubungan antar warga agar semakin kompak serta guyub dalam melestarikan nilai-nilai budaya lokal.
Sebuah identitas budaya juga dapat terlihat dalam keterlibatan acara peringatan. Adanya keterlibatan individu dalam sebuah peringatan atau acara tertentu dapat mengidentifikasi identitas budaya orang tersebut (Samovar,dkk., 2017, h. 260). Keramaian warga yang menghadiri acara  festival Betawi tersebut menunjukkan dirinya sebagai bagian dari suku Betawi. Para pengujung biasanya tidak hanya dari Kota Tangerang, numun juga berasal dari daerah sekitarnya seperti Kabupaten Tangerang, Tangerang selatan, Jakarta bahkan Kota Bogor.
Suku Betawi memang tidak hanya didominasi oleh warga Jakarta dan Tangerang saja, di berbagai daerah sekitar lainnya juga terdapat masyarakat yang bersuku Betawi dan menghadiri Festival Betawi tersebut. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya dalam menunjukkan identitas budaya mereka dan menjaga budaya khas Betawi agar tetap terjaga keberadaannya. Identitas seseorang salah satunya dipengaruhi oleh budaya, di dalam budaya orang tersebut menjalankan berbagai aktivitas bersama (Samovar,dkk., 2017 dkk, h. 259).
Adanya masyarakat yang melakukan dan meramaikan Festival Betawi ini, merupakan sebuah aktivitas bersama dalam membangun identitas budaya. Warga Kota Tangerang dan sekitarnya dipengaruhi budaya dengan adanya pelaksanaan Festival Betawi dan akhirnya menjadi sesuatu yang tertanam dalam diri mereka untuk tetap menjalankan dan meramaikan Festival Betawi di tahun-tahun berikutnya.
Festival Betawi ini sebagai bentuk melestarikan identitas budaya dan juga membangun serta mempererat relasi antar warga. Samovar, dkk (2017, h. 259) menjelaskan bahwa dengan melakukan interaksi dengan orang lain kita menciptakan dan membentuk identitas budaya. Dapat terlihat dalam Festival Betawi sebagian masyarakat akan berinteraksi dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Betawi. Hal ini menunjukkan adanya identitas diri mereka sebagai masyarakat suku Betawi. Tindakan tersebut menjadi salah satu dalam melakukan dan melestarikan identitas budaya.
Masyarakat yang menampilkan berbagai kebudayaan seperti, Pencak Silat, Tari Jaipongan, Palang Pintu, Gambus, dan sebagainya dalam Festival Betawi tersebut atau bahkan di luar festival juga turut membangun dan melakukan identitas budaya mereka. Mereka memperkenalkan dan memperlihatkan identitas budaya mereka sebagai masyarakat suku Betawi dengan menampilkan budaya khas Betawi.
Budaya dapat menampilkan ciri khas tertentu yang mengidentifikasi individu sebagai bagian dari kelompok agama tertentu. Dalam hal ini sebuah budaya memperlihatkan atau menunjukkan identitas religius individu (Samovar, dkk., 2017, h 260). Budaya Pencak Silat atau disebut juga dengan Maen Pukulan yang dimiliki oleh masyarakat suku Betawi, bukan hanya untuk membela diri sendiri namun juga di hadapan Allah SWT. Adanya nilai tersebut juga menjadi ibadah bagi umat muslim dalam membentuk karakter anak bangsa (Irfan, 2018).