Mohon tunggu...
Brigitta Kaesarea Prastika
Brigitta Kaesarea Prastika Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

....

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tantangan dan Solusi Komunitas Kesehatan dalam Penanganan Demam Berdarah

16 September 2024   22:05 Diperbarui: 16 September 2024   22:22 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BRIGITTA KAESAREA PRASTIKA / 191241002 

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT 

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang menyebabkan wabah disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang signifikan di banyak negara tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Dalam menghadapi tantangan ini, komunitas kesehatan menghadapi berbagai kesulitan yang memerlukan solusi efektif dan kolaboratif.

Dalam menghadapi tantangan ini, komunitas kesehatan menghadapi berbagai kesulitan yang memerlukan solusi efektif dan kolaboratif. Salah satu tantangan utama dalam penanganan DBD adalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang penyakit ini. Banyak individu tidak memahami bagaimana cara pencegahan, gejala, dan langkah-langkah yang perlu diambil jika terjangkit penyakit. Kurangnya pengetahuan ini seringkali menyebabkan keterlambatan dalam pengobatan dan pengabaian terhadap langkah-langkah pencegahan. Oleh karena itu, penting bagi komunitas kesehatan untuk melaksanakan program edukasi yang intensif, baik melalui kampanye media, penyuluhan langsung, maupun penggunaan media sosial untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

Faktor lingkungan juga memainkan peran krusial dalam penyebaran DBD. Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di tempat-tempat yang tergenang air, seperti bak mandi, pot tanaman, dan tempat penampungan air lainnya. Lingkungan yang tidak bersih dan tidak terawat meningkatkan risiko penularan penyakit ini. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang melibatkan masyarakat harus menjadi prioritas. Komunitas kesehatan harus menggerakkan warga untuk secara rutin membersihkan lingkungan dan menghilangkan tempat-tempat potensial untuk perkembangbiakan nyamuk. Selain itu, pemerintah daerah harus memastikan adanya sistem pengelolaan sampah dan air yang memadai.
 
Akses terhadap fasilitas kesehatan juga merupakan tantangan signifikan. Di beberapa daerah, terutama di pedesaan atau daerah terpencil, fasilitas kesehatan mungkin terbatas, yang menyulitkan pasien untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat waktu. Solusi untuk masalah ini termasuk meningkatkan distribusi tenaga medis, peralatan, dan obat-obatan ke daerah-daerah yang kurang terlayani. Pelatihan untuk tenaga medis lokal juga penting untuk memastikan mereka dapat memberikan perawatan yang berkualitas dan sesuai dengan standar.


Koordinasi antara berbagai pihak, seperti pemerintah, organisasi non- pemerintah (NGO), dan masyarakat, juga sangat penting. Tanpa adanya koordinasi yang baik, upaya pencegahan dan penanganan DBD bisa menjadi tidak efektif. Oleh karena itu, membangun jaringan komunikasi dan kerja sama antara semua pihak terkait adalah hal yang perlu dilakukan. Teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan koordinasi, misalnya melalui aplikasi pelaporan kasus dan sistem monitoring yang terintegrasi.

Untuk memperkuat penanganan DBD, perlu adanya integrasi antara upaya edukasi, pengelolaan lingkungan, dan peningkatan fasilitas kesehatan. Keterlibatan aktif masyarakat dan penggunaan teknologi untuk monitoring dan pelaporan kasus dapat meningkatkan efektivitas pencegahan. Kolaborasi dan koordinasi yang solid harus diperkuat antara pemerintah, NGO, dan komunitas sangat krusial untuk mengurangi dampak DBD secara signifikan. Penggunaan teknologi untuk monitoring dan pelaporan kasus sangat membantu.

Sebagai kesimpulan, penanganan demam berdarah memerlukan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif. Edukasi masyarakat mengenai pencegahan dan penanganan sangat penting untuk mengurangi risiko penularan. Selain itu, perbaikan dalam pengelolaan lingkungan dan akses terhadap fasilitas kesehatan juga krusial. Koordinasi antara berbagai sektor akan memperkuat efektivitas penanganan DBD. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan dampak dari demam berdarah dapat diminimalkan.

KATA KUNCI: Edukasi, Lingkungan, Penanganan, Penyebaran, Sinergi
 
DAFTAR PUSTAKA
Gubler, D.J., (2012). Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. Clinical Microbiology      
       Reviews
, 25(1), pp. 115-128.
Padmanabha, S., et al., (2019). Community-Based Approaches to Dengue Prevention:
       A Review of Current Practices. Tropical Medicine & International Health
, 24(9),
       pp. 1045-1056.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun