Mohon tunggu...
Brigita sandra
Brigita sandra Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi

Selanjutnya

Tutup

Book

Perubahan adalah Kerja Keras

24 November 2022   00:59 Diperbarui: 24 November 2022   01:29 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PERUBAHAN ADALAH KERJA KERAS

Judul : Seni Berdamai dengan Diri Sendiri

Penulis : Claudia Cabrina

Penerbit : Bright publisher, Sleman

Tahun terbit : 2021

ISBN : 978-623-7778-45-5

Tebal buku : viii + 132 halaman

Ukuran : 13,2 x 20 cm

Harga : Rp.49.000

Peresensi : Brigita Sandra Diva/Universitas Muhammadiyah Malang

Buku Seni Berdamai dengan Diri Sendiri ini ditulis oleh Claudia Sabrina. Buku karya Claudia Sabrina ini sebenarnya mengajak pembaca untuk bisa berdamai dengan dirinya sendiri, untuk bisa menerima masalalu yang telah terjadi, berdamai dengan ketidaksempurnaan, menerima kekurangan yang ada pada diri sendiri, dan mulai melihat potensi diri. Buku ini diperuntukkan kepada seseorang yang sulit berdamai dan memaafkan diri sendiri. Hal yang paling penting adalah merasakan diri sendiri ini berharga sehingga bisa berdamai dengan diri sendiri. Mencintai dan menghargai diri sendiri akan membuat hidup jauh lebih bahagia dan menyenangkan. Bukan hanya itu, saat bercermin saja, terkadang selalu melihat manusia yang biasa berbuat salah dan memiliki banyak kekurangan. Nah, jika tidak bisa berdamai dengan diri sendiri, bagaimana cara untuk bahagia? Bagaimana cara untuk menikmati hidup? Bagaimana cara untuk bisa menerima diri sendiri ini apa adanya? Semua pertanyaan itu terjawab dalam buku ini.

Kehidupan selalu diiringi dengan berbagai masalah. Dalam buku ini, Balal adalah terpidana mati kasus pembunuhan. Dia divonis bersalah telah menikam Abdollah Hosseinzadeh. Peristiwa itu ketika Abdollah sedang berjalan-jalan di pasar malam. Saat Abdollah melawan dan menendang, Balal mengeluarkan pisau dapur dari dalam kaus kaki, lalu menikamnya. Balal melarikan diri, tetapi dia segera ditangkap polisi. Setelah enam tahun kini dia divonis hukuman mati. Saat Balal digantung, ibunda Abdollah menghampiri dan menampar pipi Balal dengan keras. Lalu berkata bahwa ia telah memaafkan orang yang telah membunuh anaknya. Ayahanda Abdollah melepas jerat yang melilit leher sang terpidana.

Kisah tersebut menunjukkan bahwa kebesaran hati orang-orang yang mau memaafkan kesalah orang lain. Terkadang sesama manusia bisa saling menyakiti, tapi juga bisa saling memaafkan. Hal itu juga disebut mampu berdamai dengan masa lalu yang kelam sehingga bisa berdamai dengan diri sendiri. Mereka yang berdamai dengan masa lalu yang kelam artinya mereka ingin menjalani masa depan yang tenang tanpa beban yang ada di masa lalu.

Kalimat "berdamai dengan diri sendiri" menunjukkan pentingnya seseorang untuk menerima keadaan secara fisik maupun psikis. Dalam praktiknya itu semua tidaklah mudah. Nyatanya, berdamai dengan diri sendiri itu sama halnya dengan menerima kenyataan hidup yang sedang dijalani. Selama menjalani hidup, tentu pernah mengalami kegagalan atau sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan. Tanpa disadari, terkadang selalu menyalahkan diri sendiri atas segala hal yang telah terjadi.

Betrand Russell, seorang pakar matematika dan pemenang Nobel Sastra 1950, berkata, "Seseorang tidak mungkin bisa berdamai dengan orang lain sebelum dia belajar berdamai dengan dirinya sendiri." Berdamai dengan diri sendiri berarti juga tidak menganggap semua kekurangan yang ada pada diri sebagai kutukan tanpa ampun, namun memandangnya sebagai sesuatu yang manusiawi. Tuhan sudah memberikan keunikan pada diri kita yang tidak dapat ditiru oleh orang lain.

 Terkadang sebuah maaf bisa memberikan perubahan yang besar dalam hidup. Memaafkan adalah Tindakan yang bisa memberi arti yang begitu dalam bagi diri sendiri dan orang lain. Berdamai dengan diri sendiri itu sama halnya dengan belajar yang dilakukan secara konsisten. Untuk bisa berdamai dengan diri sendiri harus belajar untuk mendengarkan, merasakan, dan menghargai diri sendiri. Itu semua membutuhkan waktu yang lama hingga mampu mengetahui keinginan diri sendiri. Perlu diingat bahwa musuh terbesar adalah diri sendiri. Berilah waktu diri sendiri untuk melakukannya. Nyatanya, kebahagiaan itu bukan dicari dari luar, tetapi diciptakan oleh diri sendiri.

Cara terbaik untuk berdamai dengan masa lalu bukanlah dengan semata-mata melupakannya begitu saja. Kita harus memulainya dengan memaafkan diri sendiri terlebih dahulu. Kita perlu menerima bahwa kesalahan pada masa lalu itu memang sudah terjadi. Selain itu, juga harus yakin bahwa apapun yang terjadi di masa lalu itu bermanfaat itu kehidupan kita saat ini dan seterusnya. Tanpa masa lalu, kita tidak mungkin bisa mapai di titik sekarang ini.

Dalam konteks lainnya, kisah seorang perempuan muda yang bekerja sebagai desainer grafis. Ia bernama Dhevi. Ia sudah lama bergabung dengan salah satu grub desain grafis. Grub tersebut membuatnya tersiksa. Ia merasa tertinggal dari teman-temannya. Teman-teman Dhevi tergolong para desainer yang hebat. Ada yang rajin menyebarkan karya, ada yang sering menjuarai lomba, ada yang produktif, dll. Rumput tetangga memang selalu lebih hijau daripada rumput sendiri. Begitu pula yang dialami oleh Dhevi. Terkadang Dhevi putus as ajika mengingat semua pemandangan yang terjadi di depan matanya. Sembari mengikuti temannya, Dhevi justru tidak focus dan gagal menemukan solusi untuk pencapaian dirinya sendiri.

Dhevi akhirnya merenung, ia berusaha berdamai dengan dirinya sendiri. Dhevi sadar bahwa dia tidak boleh terlalu fokus dengan target dan pencapaian orang lain. Sekarang ia mulai berusaha mengenali kemampuan dirinya sendiri, kemampuan pribadinya, dan mencoba realistis dengan keadaan hidupnya. Dhevi yakin bahwa saling dukung sesama teman akan mampu mengubah hidupnya. Sejak itulah Dhevi tidak iri lagi melihat temannya yang sangat produktif dalam berkarya. Dhevi yakin bahwa semua hal itu bisa dipelajari. Yang penting adalah mau belajar dari kegagalan untuk menyongsong keberhasilan.

Kisah tersebut menunjukkan bahwa setiap orang perlu memaklumi segala kegagalan dan kekurangan yang ada pada dirinya sendiri. Menerima segala hal yang pernah dilakukan adalah kunci kedamaian. Maafkanlah keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan. Jika tidak mampu memaafkan diri sendiri itu semua bisa membuat kita terbebani rasa bersalah. Selain itu, akan selalu berkata, "Andaikan...," dan itu tidak pernah selesai.

Kelebihan dari buku ini mengetahui cara atau solusi untuk berdamai dan memaafkan diri sendiri, bisa membuat pembaca menemukan jati dirinya, bahasa yang digunakan dalam penulisan buku ini juga sangat mudah dipahami dan tidak bertele-tele. Sedangkan untuk kekurangan dalam buku ini adalah terlalu fokus terhadap cara untuk berdamai dengan diri sendiri. Tidak semua masalah sama dengan masalah penulis. Oleh karena itu, di beberapa bagian, pembaca akan merasa kalau saya tidak memiliki masalah seperti itu.

Buku yang ditulis oleh Claudia Sabrina dengan judul Seni Berdamai dengan Diri Sendiri ini memang benar-enar cocok untuk dijadikan sebagai bahan referensi agar kitab isa berdamai dengan diri sendiri dan mampu menerima diri sendiri apa adanya. Penulis mampu  menulis semua hal yang ada di dalam buku ini dengan bahasa yang mudah dipahami, sehingga setiap pesan dalam buku ini mudah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam menghargai potensi orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun