Mohon tunggu...
BRIGITA MEILANI PUTRI
BRIGITA MEILANI PUTRI Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Gambar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peluang dan Tantangan Pemilu 2024 di Era Digital

25 Juli 2023   10:07 Diperbarui: 25 Juli 2023   10:19 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi saya pengen pengen memberikan contoh saja gitu ya bahwa peradaban ditandai dengan revolusi industri 1.0.03 sampai 4.0 ya.

Nih kawan-kawan saya mau nanya revolusi industri 4.0 ya coba lihat internet super cepat 5g bertumpu pada pengolahan data dan kecerdasan buatan siapa yang tidak paham dari kawan dari yang hadir di sini dari tiga internet berkecepatan tinggi 4G ya big data sama hp Michelle gitu aja yang nggak tahu dan enggak pernah dengar suara semuanya tahu semuanya pernah dengar ya Pak Hani ini membuktikan tadi saya bilang bahwa rezim saya bilangnya rezim rezim digitalisasi itu bertumpu pada kawan-kawan di tangan kawan-kawan bukan di tangannya Pak Andi ya bukan di tangan saya di tangan kawan-kawan di sini yang hadir karena media habib karena apa yang kemudian kawan-kawan lakukan pada hari ini semuanya bertumpu pada tiga tank kata itu benar ya.

Jadi tidak ada alasan kawan-kawan gitu ya untuk tidak memaknai bahwa kemajuan teknologi ini, untuk coba menopang kawan-kawan lebih maju lebih baik gitu ya. Untuk menciptakan kondisi bangsa dan negara ini lebih baik untuk menambah kapasitas kawan-kawan dan yang lain enggak ada rasa kalau saya masih ada alasan. Karena saya generasi 80-an baru sekarang belajarnya ya tapi kawan-kawan prosesnya panjang setiap hari di tempat pada 3 tahun ingat ya ini 3 kata yang kemudian garis bawahi.

Nah ini kita bahas lebih di Thailand ya Kita juga bisa menghindari gitu ya kita tidak bisa menghindari bukan saya menakut-naku tidak itu adalah faktor kita seperti berjalan di pinggir jurang ketika kita salah pijakan maka kita terjun bebas ke dasar jurang ya ada yang masih punya privasi di sini ada yang masih punya privasi di sini ada yang masih punya privasi ya Google map-nya nyala nyala yang lain siapapun yang pengen tracking kawan-kawan bisa wa-nya ya pak emailnya nyala ini ya yang kemudian harus coba dipahami dan diwaspadai kawan-kawan itu semua yang kemudian saya bicarakan tadi itu dimanfaatkan dalam ruang politik.

Ya tadi pak ini sudah bilang untuk ya panjang lebar filiping Amerika Donald Trump menang karena apa gitu ya lalu muncul buku di Inggris posrut lalu pemilu ya di apa namanya eh boso naro menang karena apa Indonesia 2014-2017 Pilkada DKI 2019 sekarang masuk ke pemilu 2024 ini udah mulai tahapan nih pemilu next kan saya pernah meneliti karena disertasi saya tentang salah satunya tentang komunikasi politik di pilgub. 

2018 paling indah ini muncul di presiden internasional dan kalau disimpulkan hasilnya gitu ya penelitian ini bahwa anak-anak muda mengakses informasi itu informasi politik itu di media sosial hanya mengakses hanya mengakses ya hanya mengakses kalau hanya mengakses itu belum tentu mempercayai informasi itu informasi yang beredar itu hanya foto video gitu ya template ya lalu apa namanya infografis ya tentang kandidat kandidat pada waktu ya betul IDM riset institute juga mengatakan bahwa anak-anak muda mengakses informasi politik sama di media sosial tapi ada tapinya ya kawan-kawan muda pada waktu itu mudah-mudahan di ruangan ini enggak seperti apa yang kemudian institut temukan hal-hal muda pada waktu itu 2018-2019 itu malas untuk membaca berita-berita politik karena dianggap terlalu berat.

Mudah-mudahan sehingga ya kawan-kawan yang di sini paling tidak kalau scrolling pinter ya diklik tuh beritanya dibaca gitu ya atau kalau lihat di tik tok misalkan cari lebih tahu lagi di Instagram cari lembut kau lagi di trik cari lebih tahu lagi ya bahaya nggak kira-kira kalau anak-anak muda malas atau tidak mau membaca berita-berita politik bagi saya yang suka ngopi nongkrong gitu ya sama mahasiswa kawan-kawan sama adik-adik saya. 

Ya hal yang seperti itu itu bahayanya luar biasa bahayanya itu bukan hanya untuk mimpi dua kawan-kawan tapi bahayanya itu untuk keberlanjutan mau bagaimana negara ini mampu untuk menjadi Indonesia emas satu 2005 tadi karena permasalahan dan bonus demografi nggak mungkin orientasi politik kawan-kawan akan clear kalau tidak membaca paling kita membaca berita kalau orientasi politik itu paling tidak begitu ya kalau saya coba diskusi dengan kawan-kawan yang lain ya ada kognisi ya pengetahuan politik ada level 2 sampai pada evaluatif kawan-kawan masuk ke dalam. 

Karena media mainstreamnya kalau di Indonesia dulu undang-undang 24 tahun 197 dikuasai oleh pemerintah atas nama negara waktu rezim Soeharto semuanya harus nurut sama soeharto pasal 98 ada undang-undang 32 tahun 2002 pondasinya itu diversity of ownership dan di Persija nya konglomerasi media di mana-mana bergeser tuh ya dari penguasaan oleh pemerintah atas nama negara rezim orde baru bergeser penguasaan oleh pemuda maka muncullah publik spear kedua fungsi public spell itu untuk orang berdiskusi mencari informasi tanpa ada pengiringan dan yang lain-lain maka muncul second public square yang kemudian orang bebas mengutarakan apapun tentang isi otaknya untuk mengkritik atas. Yang mampu untuk menyuarakan yang hilang itu ya yang diambil oleh konglomerat untuk mampu coba memunculkan tadi ide gagasan dan yang lain-lain ya. 

Dari 1999-2000 pakai sms , masuk ke 2014-2019 mulai pakai twitter instagram dll, ditahun 2022 ada pemilu filiphina. Tahun 2019 kemarin untuk kita masih punya adab yang bisa menjaga itu semua hampir-hampiran konflik horizontal dan konflik vertikal itu ada Instagram Facebook Twitter.

Lanjut pemilu Filipina ya markas dunia menang salah satunya karena Tik tok pertarungan di tik tok momentum pemilu saja ya bahwa peranan media sosial itu begitu besar. Maka ada buku yang menulis demokrasi di tangan netizen ya lalu muncul istilah gitu ya novira no justice gitu kan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun