Ibu tua itu meminta Mech pergi bersama pemuda itu, untuk memulai perjalanan menuju tempat asing tersebut. Rasa canggung dan takut menghantui perasaan dirinya, namun ia tetap ingin mengikuti rasa penasarannya.
Perjalanan itu terasa aneh. Pemuda itu mengajaknya berbicara namun ia hanya merespon apa adanya. Setibanya Mech di tempat tujuan, dirinya sangat terkejut. Ternyata tempat asing itu bukan seperti tempat yang ia bayangkan, sebuah gedung tua yang tak biasa, namun terlihat kokoh dan penuh sejarah, Di sana, ia bertemu dengan seorang ibu yang sepertinya ia kenal, Ibu Grace. Ibu Grace menyuruh Mech mengganti pakaian, dan ia sudah merasa seperti berada di dunia lain yang tidak sepenuhnya ia pahami.
“Mech, kamu datang juga,” ujar Ibu Grace dengan senyuman hangat. “Sekarang gantilah pakaianmu dulu, tempat ini dan tempat nanti akan lebih nyaman jika kamu mengenakan pakaian yang sesuai.”
Mech merasa bingung, tapi ia mengikuti perintah Ibu Grace. “Pakaian apa Bu?”
“Yang akan membuatmu merasa lebih dekat dengan tempat ini,” Jawab Ibu Grace, lalu menunjuk ke ruang sebelah.
Mech masuk ke dalam gedung yang lebih mirip dengan studio kecil, dengan dua lorong yang mengarah ke tempat-tempat asing. Ia terjebak dalam kerumunan remaja lainnya, yang seolah sudah sangat akrab dengan tempat ini. Mereka mengobrol dengan santai, sedangkan Mech hanya berdiri terpaku, bingung.
“Apa kalian semua sudah lama di sini?” tanya Mech pada seorang gadis yang berdiri dekat lorong.
Gadis itu tersenyum. “Iya, sudah beberapa waktu. Kamu baru ya?” Lalu gadis itu bergumam. “Sepertinya dialah orangnya.”
Mech hanya mengangguk, merasa semakin asing di tempat itu. Lalu ia masuk ke dalam lift yang sepertinya normal.
Ternyata lift itu bukanlah lift biasa, mirip dengan kereta gantung, sangat aneh baginya. Berbentuk lift namun ketika mulai naik, lift itu keluar gedung dan melewati jalan raya dan rumah-rumah. Lagi-lagi hanya Mech yang kebingungan dan merasa rakut, remaja lain seakan sudah sering menaiki lift aneh ini.
“Ini… aneh,” gumam Mech saat lift berjalan.