Pada tanggal 4 Desember 2021 sekitar pukul 15.20 WIB, Gunung Semeru kembali meletuskan magma seluas 11 kilometer dan asap yang tebal setinggi 50.000 kaki ke berbagai penjuru wiayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Gunung Semeru sebagai salah satu gunung berapi aktif yang berada di Indonesia. Erupsi Gunung Semeru sudah diketahui sejak tahun 1818.
Sampai tanggal 14 Desember 2021, informasi yang sudah 9.118 warga mengungsi dari beberapa wilayah, 46 jiwa dikabarkan meninggal dunia, dan 9 warga dinyatakan hilang.
Terdapat lima rumah sakit di sekitar wilayah Kabupaten Lumajang menjadi rumah sakit rujukan untuk para warga yang mengalami luka bakar dengan kondisi keparahan diatas 20%.
Para dokter dari Persatuan Ahli Bedah Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia, Palang Merah Indonesia, dan selururuh lembaga swadaya masyarakat yang turut bekerja di dalam bidang kesehatan.
Para dokter yang berkumpul untuk membantu warga wilayah tersebut mengklasifikasikan luka bakar menjadi berat yang perlu di rujukan ke rumah sakit dan yang ringan.
Luka bakar yang dapat diklasifikasikan menjadi luka bakar sedang hingga kritis itu memenuhi syarat untuk di arahkan ke rumah sakit. Luka bakar pada orang dewasa diatas 20% atau pada anak diatas 10% dapat segera di antarkan ke rumah sakit terdekat.
Korban tewas akibat dari erupsi Gunung Semeru dapat diasumsikan akibat dari menghirup hawa panas yang mengganggu saluran pernafasan. Kondisi tersebut dapat sangat cepat membuat seseorang meninggal. Jika saluran pernafasan tersumbat, dalam hitungan detik warga yang mengalami hal tersebut akan meninggal. Gejala lanjutan gangguan pernapasan adalah masalah cairan pada pembuluh darah saat tubuh yang terbakar membengkak atau syok.
Dampak awan panas dan debu vulkanik pada kesehatan
Awan panas dan debu vulkanik yang keluar dari Gunung Semeru dan berjumlah yang tinggi berpotensi untuk memicu gangguan kesehatan warga yang lebih luas jika tidak segera dilakukan penanganan sebagai langkah antisipasi agar tidak memperburuk kondisi tubuh para warga. Korban umumnya adalah warga sekitar yang tinggal di sekitar wilayaht tersebut yang terlambat menyelamatkan diri hingga terjebak guguran awan panas serta abu vulkanik.