Mohon tunggu...
Gabriela Rindhi Agusta
Gabriela Rindhi Agusta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Prodi Bioteknologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

Seorang mahasiswi yang berusaha mempelajari hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Manakah yang Lebih Baik, "Pengobatan Alternatif" atau Placebo?

15 Januari 2022   10:38 Diperbarui: 18 Januari 2022   13:24 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Halo sobat sehat, ternyata ada metode "pengobatan alternatif" untuk mengobati pasien Covid-19. Metode ini sudah diteliti oleh para ilmuan di beberapa negara untuk mengetahui efektivitas metode ini. Namun, apakah metode "pengobatan alternatif" ini dapat membantu untuk menyembuhkan pasien Covid-19? Atau metode pengobatan saat ini jauh lebih baik daripada "pengobatan alternatif" ini?

Argentina sudah melakukan uji coba pengobatan Covid-19 di 12 fasilitas kesehatan dengan membandingkan efektivitas "pengobatan alternatif" dan placebo. Uji coba ini melibatkan pasien Covid-19 berumur 18 tahun hingga 80 tahun ke atas. Apakah semua pasien Covid-19 dapat terlibat dalam uji coba ini? Tidak. Mereka yang terlibat dalam uji coba ini harus melewati screening terlebih dahulu untuk mengetahui riwayat penyakit dan obat apa saja yang pernah atau sedang dikonsumsi.

Beberapa syarat penting yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut. Pasien sudah berumur 18 tahun ke atas, positif terinfeksi virus SARS-CoV-2 setelah melakukan tes RT-PCR, terkonfirmasi mengalami pneumonia akibat virus SARS-CoV-2, tidak pernah menolak arahan untuk menggunakan alat bantu pernafasan, dan kadar saturasi oksigen di bawah 93%.

Sebenarnya, metode "pengobatan alternatif" apa yang sedang diuji oleh Argentina? Dan mengapa ilmuwan melakukan uji coba ini? metode "pengobatan alternatif" yang di uji oleh Argentina adalah metode pengobatan pasien Covid-19 dengan memanfaatkan donor convalescent plasma dari pasien yang sudah sembuh dari virus SARS-CoV-2. Pemanfaatan convalescent plasma untuk mengobati suatu penyakit sudah pernah digunakan sebelumnya pada pasien penderita MERS, H1N1, H5N1, dan Ebola. Hal ini mendorong para ilmuwan untuk menguji efektivitas pengobatan pasien Covid-19 dengan convalescent plasma karena virus SARS-CoV-2 berasal dari keluarga yang sama dengan virus penyebab MERS, yaitu novel coronavirus.

Saya sudah menyebut kata "placebo" dan "convalescent plasma" sebelumnya tetapi apa arti dari kedua istilah tersebut? Placebo merupakan saline water yang umum digunakan sebagai pembanding untuk menguji efektivitas suatu obat. Sementara itu, convalescent plasma merupakan bentuk imunitas pasif yang terbentuk dalam tubuh seseorang setelah sembuh dari suatu penyakit.

Setelah mengetahui arti dari convalescent plasma, menurut mu apakah convalescent plasma lebih efektif dalam mengobati pasien Covid-19? Jika kamu menjawab "Iya, convalescent plasma dapat mengobati pasien Covid-19 dengan lebih efektif" maka jawaban mu masih kurang tepat.

Berdasarkan Simonovich et al tahun 2020, tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan antara tingkat kematian pasien penerima convalescent plasma dengan tingkat kematian pasien penerima placebo setelah pengamatan selama 30 hari. Hal ini terjadi karena convalescent plasma bersifat heterogen sehingga hanya mempengaruhi kemampuan penyakit untuk berkembang.  

Walaupun tidak memberikan perbedaan hasil yang signifikan, kamu mungkin menganggap convalescent plasma tetap dapat digunakan sebagai "pengobatan alternatif". Namun, dilansir dari "Therapeutics and COVID-19: living guideline - World Health Organization (WHO)" tahun 2022 mengenai penggunaan convalescent plasma dalam pengobatan pasien Covid-19 yang dirilis pada 7 Desember 2021, WHO melarang penggunaan convalescent plasma sebagai metode pengobatan dan hanya memperbolehkan penggunaan convalescent plasma untuk uji coba klinis. WHO juga melarang penggunaan convalescent plasma baik untuk pasien Covid-19 yang kritis karena auto antibodi yang sudah terbentuk di dalam convalescent plasma dapat berbahaya bagi pasien yang kritis.

Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah efektivitas penyembuhan pasien dengan convalescent plasma tidak lebih baik jika dibandingkan dengan penyembuhan pasien dengan placebo, tidak dapat dipergunakan sebagai "pengobatan alternatif" bagi pasien Covid-19 baik yang kritis maupun tidak, dan dapat dipergunakan untuk uji klinis oleh fasilitas kesehatan.

Penulis:

Gabriela Rindhi Agusta, mahasiswi Prodi Bioteknologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. 

DAFTAR PUSTAKA

Simonovich VA, Burgos Pratx LD, Scibona P, Beruto MV, Vallone MG, Vzquez C, Savoy N, Giunta DH, Prez LG, Snchez Mdel, et al. 2021. A randomized trial of convalescent plasma in COVID-19 severe pneumonia. New England Journal of Medicine 384:619--629.

Shen C, Wang Z, Zhao F, Yang Y, Li J, Yuan J, Wang F, Li D, Yang M, Xing L, et al. 2020. Treatment of 5 critically ill patients with covid-19 with convalescent plasma. JAMA 323:1582--1589.

https://www.who.int/publications/i/item/WHO-2019-nCoV-therapeutics-2021.4 (14 Januari 2022).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun