Mohon tunggu...
Ernest Driyarkara
Ernest Driyarkara Mohon Tunggu... Arsitek - Peneliti

Waktu berlalu, kata-kata tetap tinggal.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pintar Bukan Sekedar "Robot Penghafal"

16 Januari 2017   00:49 Diperbarui: 16 Januari 2017   01:46 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Definisi pintar dalam konsep pendidikan kita adalah mereka yang pandai secara matematis, hitung hitungan atau pandai menghafal mati semati matinya. Konsep ini membentuk paradigma keliru dari masyarakat orang tua, bahkan pelajar2 bahwa jika tidak bisa matematika berarti tingkat kepandaiannya masih diragukan. 

Atau jika tidak bisa hafal mati nilai nilai pancasila dan arti lambang2 negara si pelajar dianggap belum berkemampuan. Menurutku hafal-menghafal adalah sebuah metode keliru yang entah siapa penciptanya. Bukankan memahami lebih baik daripada menghafal ? pelajar harus paham dulu, maka secara otomatis suatu topik pasti sudah di luar kepala.

Come on...

Memang baik adanya jika pelajar berkemampuan lebih dalam hal2 yang berbau kalkulasi macam itu. Baik sekali malahan. Tapi jika pandai selalu identik dengan menguasai rumus-rumus fisika dan matematika serta hafal sejarah perang dunia ke 2 tiga  halaman full sesuai isi buku, lantas dikemanakan mereka yang pandai dalam bidang olahraga, atau para pujangga2 muda yang tulisan-tulisannya bahkan bisa mengalahkan Chairil Anwar yang menawan itu, pun dengan mereka yang bahasa asingnya lincah layaknya bule2 rapper, bagaimana dengan muda-mudi dengan kemampuan seni tinggi. 

Meski penampilan mungkin agak kusam dan sering coret2 dinding dengan gambar2 abstak dan memahat2 meja kelas atau bolos pelajaran matematika dan lebih memilih menghibur kawan kelas sebelah yang lowong dengan skill gitar yang bahkan suatu saat nanti bisa mengalahkan Synister Gate, Joe Perry atau Slash. Tidakkah Mereka juga pandai adanya ?

Bukan bermaksud menjadi anti hal2 matematis, fisika, statistika, kalkulus atau entah apa namanya itu. Hanya mengajak agar semua mengerti bahwa setiap manusia diberikan kepandaiannya tersendiri. Jika konsep pendidikan menganggap  pandai adalah hafal hafal dan matematika, maka orang2 pandai menurutnya hanyalah tak lebih dari sekedar robot penghafal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun