Sebagai Kabupaten yang terletak paling ujung barat di Jawa Timur, apa yang pertama kali kamu ketahui apabila mendengar kata 'Ngawi'? Mungkin perempatan Kartonyono akan menjadi rujukan pertama ketika mendengar kata 'Ngawi', benar kan?Â
Ngga salah sih yaa, Ngawi semakin mudah dikenal kan gara-gara lagu "Kartonyono Medot Janji". Saya bangga dan bersyukur sebagai warga asli Ngawi, karena sekarang tempat kelahiran saya ini dapat dikenal luas oleh banyak orang.Â
Saya tidak perlu lagi menjelaskan panjang lebar pada teman perantauan tentang Ngawi, meskipun sebenarnya masih banyak juga yang belum tahu. Ya intinya sekarang mendingan lah, daripada waktu dulu.Â
Dulu kalau dijelasin p x l kadang masih tetap tidak tahu Ngawi itu dimana. Kalau sudah begitu maka alternatifnya ya saya bilang "tahu Madiun atau Solo? Yowes deket situ pokoke", walaupun sebenarnya ga deket-deket amat.Â
Oke, cukup untuk waktu basa-basinya. Sekarang kembali ke topik tentang Kabupaten Ngawi yang kini telah bersolek menyambut kedatangan wisatawan, termasuk kamu!Â
Tahukah kamu di dekat Kartonyono terdapat ruas jalan yang menyerupai ikon Kota Yogyakarta? Yups, Malioboro.Â
Hah, sejak kapan? Kok nyama-nyamain sih?Â
Sudah sejak tahun lalu, ya saya juga tidak mengetahui alasan pasti mengapa harus menyerupai Malioboro, toh yang penting Kabupaten Ngawi telah berbenah dan bersolek mempercantik diri, meskipun jalanan di desa kadangkala masih tidak tersentuh perbaikan. Kritik dari saya; kalau mau mempercantik atau berbenah mending semuanya diperhatikan termasuk akses-akses di pedesaan, jangan cuma Kota saja. Biar tidak timpang.
Ruas jalan tersebut terletak di sepanjang jalan Yos Sudarso (sebelah utara dari Tugu Kartonyono). Kurang lebih begini penampakannya:
Kok sepi banget?
Karena waktu itu sedang PSBB ketat menjelang natal dan tahun baru, nah kebetulan rumah saya sangat dekat dengan ruas jalan Yos Sudarso ini. Makanya saya bisa mengambil jepretan foto disini tanpa harus mengendap-endap melewati penjagaan petugas.Â
Ruas jalan Yos Sudarso telah berbenah menjadi kawasan ini, letak jalan ini juga sangat strategis karena merupakan jalur utama menuju Alun-Alun Merdeka Ngawi.
Pembangunan ruas jalan Yos Sudarso menjadi kawasan menyerupai Malioboro disertai dengan penataan sentra PKL sepanjang 700m telah selesai pada 15 Desember 2020, rincian biaya= 9,1 miliar dari dana APBD tahun 2020.
Namun, situasi PSBB mengakibatkan hiruk pikuk euforia masyarakat tidak terlalu terasa, bahkan sepi (bisa dilihat di foto dokumentasi pribadi), padahal saya mengambil jepretan foto tersebut sesaat setelah salat Maghrib.
Pembangunan tersebut ditujukan agar wisatawan lokal atau luar Ngawi menjadi tertarik untuk singgah sejenak di Kabupaten Ngawi. Harapannya, kawasan ini dapat menjadi ikon baru di Kabupaten Ngawi, selain tugu Kartonyono atau Benteng Pendhem sehingga mempunyai daya tarik agar wisatawan berkunjung menikmati suguhan kuliner, sejarah, dan wisata ala "Malioboro". Hal tersebut ditujukan agar dapat menaikkan taraf pendapatan rakyat Ngawi, tetapi tetap harus patuhi protokol kesehatan!
Saat ini, kawasan tersebut cukup ramai dikunjungi masyarakat dengan tetap menjaga protokol kesehatan, bahkan kadang membludak hingga ke tepi jalan. Namun, saya tidak mampir, cuma sebatas lewat saja. Makanya belum ada stok foto terbaru di kawasan "Malioboro" Ngawi ini.
Menurut saya, tempatnya nyaman, disediakan juga beberapa tempat duduk. Apalagi kalau malam-malam, semakin menambah suasana tenang dan nyaman. Boleh juga dijadikan tempat nongkrong karena disediakan beberapa fasilitas, seperti meja, bangku kayu, dan tempat sampah. Atau bisa juga dijadikan tempat menyenangkan bagi anak, karena terdapat beberapa patung disini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H