Mohon tunggu...
Briantama Afiq Ashari
Briantama Afiq Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Kennis n Daad

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kamu Ingin Berhenti Merokok dengan Cara Beralih ke Vape, karena Vape Lebih Aman, Yakin?

22 November 2021   22:53 Diperbarui: 23 November 2021   09:44 1369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: akun twitter @moeshi_moeshi

Heiii, bukan vape itu (maaf garing, hehe). Vape yang ini lohh

Sumber gambar: sumut.idntimes.com
Sumber gambar: sumut.idntimes.com

Pada periode tahun 2001 hingga 2003, Indonesia menjadi negara konsumen rokok terbesar di dunia dengan menduduki posisi kelima (R & Mustafa, 2020). Posisi Indonesia yang menduduki peringkat kelima sangat dimungkinkan dapat naik posisinya setiap tahun, hal ini mengacu pada hasil penelitian terkait rokok konvensional yang semakin merangkak naik pada segi konsumen dan pendapatan produksi. Indonesia mengalami peningkatan tajam dalam hal konsumsi rokok dengan rincian: 171 miliar batang dari 35 miliar batang per tahun sehingga terdapat peningkatan sebesar 3,8 kali lipat. 

Penelitian yang dilakukan WHO menyimpulkan hasil bahwa konsumsi rokok mengalami perkembangan pesat di seluruh dunia hingga menyentuh angka 2,5 miliar (Rohmani et al., 2018). Selain itu, ditemukan hasil penelitian yang mengemukakan bahwa satu batang rokok memiliki kandungan yang sama dengan senyawa kimia berbahaya, seperti karsinogen sehingga asap yang dihasilkan juga berbahaya bagi orang lain yang tidak merokok sekalipun (Oroh et al., 2018). 

Akhirnya, lingkungan sekitar terkena imbas langsung dari perokok, yaitu paparan asap rokok sehingga membuat seseorang menjadi tidak nyaman, bahkan tidak dapat dimungkiri jika perokok pasif memiliki peluang yang lebih besar terkena kanker karena paparan asap rokok. 

Sumber gambar: 10 Bahaya Rokok yang Anda Sebarkan ke Anak-anak Anda (id.theasianparent.com)
Sumber gambar: 10 Bahaya Rokok yang Anda Sebarkan ke Anak-anak Anda (id.theasianparent.com)

Perokok pasif rentan terkena penyakit kronis apabila terpapar asap rokok, hal ini disebabkan karena kandungan karbon-monoksida pada asap rokok (sidestream smoke) atau asap rokok yang dihirup orang lain memiliki kandungan lebih banyak sebesar lima kali dari asap utama (mainstream smoke) atau asap yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan kandungan tar dan nikotin pada asap rokok (sidestream smoke) memuat rincian empat kali lebih banyak dari perokok aktif (Lorensia et al., 2017). 

Mengetahui berbagai dampak negatif dari rokok konvensional maka muncul inovasi tentang rokok yang lebih modern dengan menggunakan teknologi canggih, yaitu vape atau rokok elektrik. Penggunaan vape mulai marak menyeruak ke publik Indonesia, hal tersebut dikarenakan inovasi yang dipromosikan oleh industri vape lebih menarik. Pada tahun 2011, masyarakat Indonesia yang telah mengetahui dan mulai tertarik pada vape memuat jumlah kisaran 10,9%, sedangkan dalam pemakaian dan penggunaan baru menyentuh angka 0,3% dengan rincian usia antara umur 15-24 hingga umur 25-44 tahun (Ariyani et al., 2019).

Vape telah mengalami perkembangan bentuk dari yang berbentuk besar, seperti tabung powerbank hingga pada bentuk yang kecil, seperti pulpen. Vape terbagi menjadi beberapa macam dan bentuk, tetapi memiliki sistem yang sama, yaitu rokok elektrik bertenaga listrik dengan mekanisme perubahan wujud senyawa kimia dalam bentuk liquid/cair menjadi uap. Senyawa kimia yang terkandung di dalam liquid, seperti humektan, gliserin, nikotin, propilen glikol tercampur dengan air melalui wadah bernama cartridge tank dengan tahapan isi ulang dan dapat diganti (Lorensia et al., 2017). 

Proses perubahan senyawa kimia yang telah dicampur dengan air menjadi wujud uap biasanya dilakukan melalui cara menekan secara bersamaan tombol aktivasi dan tindakan menghirup atau biasa disebut teknik vaping. Perangkat vape memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh rokok konvensional sehingga memunculkan persepsi bahwa vape lebih aman, nyaman, dan efisien daripada rokok konvensional. 

Penggunaan vape juga didasari oleh rasa ingin tahu dan tertarik akibat dari lingkungan ketika misalnya di tongkrongan banyak yang menggunakan vape lalu dinilai bentuknya sangat modern, mewah, dan juga asap yang dikeluarkan memiliki rasa ciri khas pada bau sehingga memunculkan ketertarikan tersendiri bagi orang yang belum menggunakan vape. 

Bahkan, penggunaan vape disinyalir dapat membantu mengurangi ketergantungan rokok konvensional. Hal tersebut memang benar, tetapi perlu ada landasan penelitian terkait klaim vape yang dinilai lebih aman. Jangan sampai penggunaan vape secara berlebihan digunakan sebagai dalih untuk mengurangi ketergantungan pada rokok konvensional. 

Penelitian yang dilakukan BPOM pada tahun 2015 memberikan garis besar, yaitu vape masih mengandung kadar nikotin yang dapat menimbulkan adiksi sehingga dapat membahayakan kesehatan, terutama pada ibu hamil. Penggunaan liquid dengan senyawa kimia juga masih dipertimbangkan karena tidak semua senyawa kimia aman untuk digunakan sebagai proses inhalasi.

Pemaparan hasil penelitian juga menyebutkan bahwa rokok elektronik (vape) dan rokok konvensional sama-sama berbahaya. Ahli Paru dan Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr. Erlang Samoedro Sp.P FISR mengungkapkan bahwa: "Bahan berbahaya pada vape lebih rendah dari rokok konvensional, tetapi kadar nikotin lebih tinggi, bisa 10 kali lipat dari rokok konvensional," ujar dr. Erlang. Selain itu, dr. Erlang juga menyebutkan bahwa kemungkinan cairan vape dicampurkan dengan bahan bahan THC atau mariyuana yang mengandung cairan lemak yang dapat menyebabkan gangguan pada paru-paru (Rokok Tembakau Vs Vape, Mana Yang Lebih Berbahaya - Kompas.Com, n.d.). 

Kontroversi antara rokok konvensional dengan rokok elektrik tentu harus dikaji secara mendalam agar tidak menimbulkan prahara dalam memahami aspek kesehatan pada rokok konvensional dan rokok elektrik. Cara berhenti merokok memang membutuhkan tekad dan konsistensi secara bertahap melalui kesadaran diri sendiri. 

Namun, upaya mengurangi ketergantungan rokok konvensional jangan dijadikan alasan untuk menggunakan rokok elektrik pula karena hakikat keduanya tetaplah sama, yaitu menimbulkan kecanduan. Bagaimanapun, perubahan penggunaan rokok dari konvensional menjadi rokok elektrik hanya mengubah wujud bentuk saja, dari yang rokok konvensional kuno menjadi rokok elektrik modern yang dianggap keren dan inovatif, tetapi efek samping keduanya tetap sama. 

Konklusinya adalah kesadaran diri sendiri merupakan hal penting dalam melakukan pembaharuan kehidupan yang lebih sehat sehingga melalui kesadaran diri sendiri tersebut maka segala tekad akan mampu dilakukan secara konsisten. Alih-alih menggunakan vape sebagai dalih untuk mengurangi ketergantungan pada rokok konvensional, padahal efek sampingnya sama seperti rokok konvensional maka lebih baik upaya mengurangi ketergantungan rokok konvensional dapat menggunakan kegiatan positif lainnya yang mendukung progres perkembangan diri sendiri, seperti olahraga, membaca, atau menulis di Kompasiana, hehehe. Ingat! Kesehatan itu mahal.

REFERENSI

Ariyani, O. T., Ririanty, M., & Nafikadini, I. (2019). Perilaku Mahasiswa Pengguna Vapor dan Dampaknya pada Kesehatan. http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/92193

Lorensia, A., Yudiarso, A., & Herwansyah, F. R. (2017). Persepsi, Efektifitas, dan Keamanan Penggunaan Rokok Elektrik (E-Cigarette) oleh Perokok Aktif sebagai Terapi dalam Smoking Cessation: Mixed Methods dengan Pendekatan Studi Kuantitatif dan Kualitatif. Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry, 4(2), 66--78. https://doi.org/10.25026/jtpc.v4i2.142

Oroh, J. N. W., Suling, P. L., & Zuliari, K. (2018). Hubungan Penggunaan Rokok Elektrik dengan Status Kebersihan Gigi dan Mulut pada Komunitas Manado Vapers. E-GiGi, 6(2), Article 2. https://doi.org/10.35790/eg.6.2.2018.20456

R, K. F., & Mustafa, Z. (2020). PENGGUNAAN ROKOK ELEKTRIK (VAPE) DI KOTA MAKASSAR PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum, 1(2), Article 2. http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/shautuna/article/view/13724

Rohmani, A., Yazid, N., & Rahmawati, A. A. (2018). Rokok Elektrik dan Rokok Konvensional Merusak Alveolus Paru. Prosiding Seminar Nasional Unimus, 1(0), Article 0. https://prosiding.unimus.ac.id/index.php/semnas/article/view/21

Rokok Tembakau Vs Vape, Mana yang Lebih Berbahaya? Halaman all---Kompas.com. (n.d.). Retrieved June 22, 2021, from https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/20/152501765/rokok-tembakau-vs-vape-mana-yang-lebih-berbahaya?page=all#page2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun