Mohon tunggu...
Brian Rivan Assa
Brian Rivan Assa Mohon Tunggu... Guru - Elementary School Teacher | Job 42:2

Menulis sebagai Katarsis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Momen Intim bersama Maria dan Yusuf

9 Desember 2020   12:01 Diperbarui: 24 Desember 2020   20:17 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Yusuf, Maria, dan bayi Yesus | Sumber: sesawi.net

Jeritan Maria menyayat ketenagan malam yang sunyi itu. Yusuf kembali, terengah-engah, air tertumpah dari ember kayu. Bagian atas dari kepala sang bayi sudah medesak keluar. Keringat mengalir pada wajah Maria yang meringis kesakitan saat Yusuf, bidan yang paling tidak mungkin di seluruh Yudea, cepat-cepat mendekat ke sampingnya.

Kontraksi alami tidaklah cukup, dan Maria harus mendorong dengan seluruh kekuatannya, hampir seolah-olah Allah menolak untuk datang ke dunia tanpa bantuannya.

Yusuf meletakkan sehelai pakaian di bawah Maria, dan dengan satu dorongan terakhir dan hembusan panjang, usaha kerasnya berakhir.

Sang Mesias telah tiba. 

Anak Allah yang Mahatinggi dengan tali pusar yang terhubung pada seorang perawan Yahudi yang bersahaja. Kepala-Nya yang kecil berayun-ayun dalam suasana asing. Ini merupakan hal pertama yang dipelajari bayi-Raja ini. Maria dapat merasakan jantung bayi yang berdetak kencang saat Dia mencari-cari untuk menyusu.

Yusuf duduk kelelahan, terdiam, terpukau. Ahhhhhh... Terdengar tarikan napas yang panjang. Sambil sekekali menyeka keringat.

Bayi itu selesai menyusu lalu menarik napas. Kemudian, untuk pertama kalinya, mata Sang Raja tertuju kepada mata ibunya. Berusaha keras untuk fokus. Sang Terang Dunia, tersenyum sambil memicingkan mata. Air mata tergenang pada mata Maria. Ia menyentuh tangan-Nya yang mungil. Dan tangan yang pernah memahat barisan gunung itu menggenggam jari-jari Maria.

Maria memandang Yusuf, dan melalui mata yang berkaca-kaca, jiwa mereka tersentuh. Yusuf mendekat, menempelkan pipi kepada tunangannya. Bersama-sama mereka menatap takjub bayi Yesus, yang kelopak mata-Nya sudah berat dan mulai tertutup. Itu adalah perjalanan yang sangat panjang. Sang Raja sangat kelelahan.

Dan, hampir tanpa peringatan, Allah melangkah masuk. Tanpa protokol.

Di tempat Anda berharap akan adanya malaikat-malaikat, yang ada hanya lalat. Di tempat Anda mengharapkan kepala-kepala negara, yang ada hanya beberapa keledai, beberapa sapi terikat, domba, unta yang tertambat, dan tikus gudang yang berlari untuk bersembunyi.

Kecuali Yusuf, tidak ada seorang pun yang turut merasakan kesakitan sekaligus sukacita Maria. Ya, ada malaikat-malaikat yang mengumumkan kedatangan Sang Juruselamat, tetapi hanya kepada sekelompok gembala pekerja kasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun