Jadi, pengutusan Hosea kepada Gomer bukan hanya menyatakan kasih dari mulut saja, tetapi kasih yang dimaksud adalah kasih yang nyata dalam tindakan, yang kemudian menjadi semakin transparan di zaman Perjanjian Baru ketika Yesus Kristus memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi semua orang.
Dalam bahasa aslinya, kata "cintailah" (love) menunjukkan suatu ekspresi perasaan yang mendalam yang disertai dengan komitmen yang teguh. Dan bentuk dari tindakan itu dinyatakan di Ayat 2:  kalimat "aku membeli dia bagiku", menunjukkan bentuk dari tindakan itu, yaitu: bukan dengan kata-kata, tetapi betul-betul dengan bertindak melepaskan. Ini sesuai dengan arti nama Hosea itu sendiri, yaitu: "pelepasan" atau "keselamatan".
Saat ini kita hidup di jaman anugerah Tuhan yg melimpah, tapi apakah kehidupan yang kita jalani ini telah mencerminkan suatu pribadi yang juga penuh dengan anugerah yang melimpah? Ketika kita dilukai oleh orang-orang yang kita kasihi, sanggupkah kita mengampuni (mengasihi & menerima) dia tanpa syarat, atau justru kita menjadi hakim atas apa yang diperbuatnya?
"Jika kita mengasihi orang yang mengasihi kita, apa lebihnya diri kita? Tetapi jika kita masih dapat mengasihi orang yang telah mengkhianati, mengecewakan, bahkan melukai kita, itu baru namanya KEAJAIBAN KASIH KARUNIA."
DISIPLIN YANG MEMBAWA PADA PEMULIHAN
Aku berkata kepadanya: "Lama engkau harus diam padaku dengan tidak bersundal dan dengan tidak menjadi kepunyaan seorang laki-laki; juga aku ini tidak akan bersetubuh dengan engkau." Hosea 3:3
Sebelum hak penuh sebagai suami-isteri dikembalikan, Gomer terlebih dahulu harus mengalami masa percobaan, dimana ia harus terisolasi dari dunianya yang selalu menuntut dia untuk bersundal.
Hal yang sama juga akan Tuhan lakukan untuk Israel, dimana Tuhan akan membiarkan bangsa Israel dalam masa karantina. Masa dimana Israel tidak akan memiliki pemimpin, tiada korban, tiada tugu berhala, tiada efod (baju yang dipakai Imam besar dalam prosesi penyembahan), tiada terafim (semacam benda yang berkaitan dengan ilmu tenung). Apa maksudnya? Untuk menjauhkan Israel dari segala sesuatu yang membuat mereka berzinah dengan kegiatan penyembahan yang biasa mereka lakukan.
Jadi, sasaran dari pendisiplinan itu agar Israel "dipulihkan". Itu adalah kerinduan hati Tuhan, yaitu untuk menjadikan Israel kudus dihadapan-Nya.
Dan untuk mewujudkan hal itu, maka Tuhan harus:
- Memulihkan nilai-nilai keadilan.
- Menghentikan praktek ibadah yang menyimpang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!