Mohon tunggu...
Brian Prasetyawan
Brian Prasetyawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Blogger

Generasi '90an, Pengurus Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI, Ketua Komunitas Cakrawala Blogger Guru Nasional, Menulis 3 buku solo & 14 buku antologi, Pernah menulis puluhan artikel di Media Cetak Ngeblog juga di www.praszetyawan.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengajak Siswa Satu Kelas Membuat Buku

6 Februari 2022   14:38 Diperbarui: 6 Februari 2022   14:58 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Tahun 2020 merupakan tahun dimana saya benar-benar melek dan semangat untuk menulis buku. Setelah buku pertama saya terbit pada Januari 2020, saya makin semangat untuk kembali membuat buku. Saya pun juga jadi sering melihat-lihat buku indie karya guru sebagai bahan inspirasi. Berbagai penerbit indie saya cek instagramnya untuk melihat apakah ada buku karya guru. Ketika sedang melihat-lihat aneka buku yang diterbitkan penerbit indie, sesekali saya menemukan buku yang penulisnya adalah siswa-siswa SD.

Sebelumnya saya sudah tahu sih buku-buku KKPK yang ditulis anak usia SD. Namun, pasti mereka memang sudah hobi dan memiliki kemampuan menulis yang luar biasa. Tidak mungkin Penerbit Mizan meloloskan buku yang ditulis ala kadarnya saja.

Namun, melihat buku indie karya siswa satu kelas/sekolah,  pikiran saya menjadi terbuka. Ternyata seluruh siswa bisa diajak menulis untuk kemudian dijadikan buku antologi. Tidak harus siswa yang sudah memiliki kemampuan menulis saja yang bisa membuat buku. Seluruh siswa bisa mencoba menulis.

Saya jadi semangat untuk mengajak siswa kelas saya menulis. Namun, saya penasaran dengan isi buku-buku indie karya siswa sekolah lain. Apakah setiap siswa tulisannya panjang-panjang ? Apakah teknik menulis ceritanya berstandar tinggi seperti buku KKPK ?

Maka saya membeli beberapa buku tersebut untuk mempelajarinya. Setelah saya membaca secara sekilas, ternyata buku indie karya siswa lebih sederhana isi cerita dan penulisannya. Saya pun jadi lebih percaya diri untuk memulai proyek pembuatan buku antologi karya siswa. Saya juga menjadi sadar  bahwa penerbit indie tidak menuntut standar tinggi terhadap tulisan kita. Tulisan apapun bisa diterbitkan. Maka, bagus tidaknya tulisan-tulisan karya siswa, tergantung guru yang membimbingnya.

Saya semakin semangat ketika pada Februari 2020 sebuah penerbit mengirim ke DM Instagram saya. Penerbit tersebut menawarkan paket promo penerbitan "Senyap". Paket ini khusus untuk penulis yang menerima penawaran promo ini saja. Wah saya senang sekali karena saya menjadi salah satu penulis yang mendapat penawaran khusus ini. Saya langsung merencanakan untuk menerbitkan buku antologi siswa menggunakan paket promo penerbitan ini.

Pada Maret 2020, saya mulai mensosialisasikan kepada siswa bahwa akan ada tugas proyek menulis dan akan dibukukan. Saya tentukan tema tulisannya adalah tentang hobi. Ketika itu Pandemi Covid-19 belum merebak. Saya masih punya kesempatan menjelaskan secara tatap muka kepada seluruh siswa.

Saya jelaskan kepada siswa bahwa menulisnya jangan di buku tulis, tapi diketik lewat HP/laptop. Kemudian dikirim lewat WA/email. Supaya saya tidak perlu mengetik ulang tulisan siswa, karena itu membuang waktu. Kalau lewat WA/email, saya tinggal copy-paste untuk menyatukan seluruh tulisan siswa dalam 1 file microsoft word.

Saya menyadari bahwa ada sebagian siswa yang belum terbiasa menulis karangan. Mereka belum bisa menggali ide cerita lebih dalam. Maka saya bantu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memancing ide menulis.

Dipertengahan tugas proyek menulis ini virus covid-19 mulai mewabah. PJJ diberlakukan, namun tidak menghambat proyek ini karena pengumpulan tulisan siswa lewat online. Saya membuat daftar siswa yang sudah mengumpulkan tulisan di grup WA Kelas. Tulisan siswa yang sudah dikirim, saya baca lagi dan edit terkait tata bahasa dan tanda bacanya. Membaca dan mengedit 31 tulisan siswa membutuhkan waktu cukup lama. 

Akhirnya pada 24 Maret 2020, naskah sudah lengkap. Saya sudah menulis prakata, sinopsis, dan menyusun daftar isi. Saya juga ikut membuat satu tulisan tentang hobi. Saya kirim naskahnya ke penerbit lewat email

Saya senang sekali ketika cover bukunya sudah diupload ke instagram penerbit pada 6 April 2020.


Artinya buku tidak lama lagi akan saya terima. Sayangnya saat itu sedang masa pandemi sehingga saya tidak bisa menyerahkan langsung kepada siswa-siswa. Saya mengirimnya lewat ekspedisi ke setiap rumah siswa. Saya juga belum terpikirkan membuat acara launching. Saya berpikir bahwa acara launching harus tatap muka di sekolah. Padahal seharusnya acara lauching buku bisa dilakukan secara daring lewat zoom. Saya terlambat menyadari itu. Jadi launching baru dilakukan ketika acara zoom wisata literasi yang diselenggarakan oleh Suku Dinas Perpustakaan dan Arsip Jakarta Pusat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun