Namun, perlu diperhatikan bahwa sumber energi surya bersifat intermiten (atau tidak tersedia secara terus menerus), sehingga mempengaruhi listrik yang dapat dihasilkan. Selain faktor tidak adanya sinar matahari di malam hari, faktor lain yang mempengaruhi intermiten ini diantaranya adalah keberadaan awan (cuaca berawan) yang menghalangi sinar matahari mencapai panel surya fotovoltaik, fenomena bayangan pepohonan, bangunan ataupun pengaruh obyek lainnya di sekitar panel surya fotovoltaik.
Hal-hal tersebut menyebabkan listrik tidak dapat diproduksi oleh sel surya selama efek bayangan (shading) itu terjadi. Sehubungan dengan sifat intermitensi tersebut, maka sistem pembangkit listrik tenaga surya perlu dirancang dengan komponen baterai untuk menyimpan energi, atau dibangun secara hybrid dengan jenis sumber energi lainnya yang tidak memiliki sifat intermitensi (misalnya PLTD, PLTU, PLTA, dll). Penyambungan PLTS atap dengan jaringan PLN, sesuai ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri ESDM, salah satunya bertujuan untuk menjaga kestabilan energi listrik untuk dapat dimanfaatkan oleh pelanggan PLN. Selain itu, biaya pemasangan PLTS atap menjadi lebih murah karena harga baterai relatif cukup mahal dan memiliki masa operasional yang terbatas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H