(1) Latar belakang orang yang diwawancarai (tingkat pendidikan, pengalaman sebelumnya dalam menghasilkan pendapatan di luar pertanian, dan tujuan pertanian)
(2) Karakteristik lahan pertanian (ukuran, jenis produksi pertanian, pendapatan yang dihasilkan)
(3) Tantangan utama yang dihadapi orang yang diwawancarai ketika mereka pertama kali mulai bertaniÂ
(4) Keterlibatan kandidat dalam program dukungan dan cara mereka memperoleh manfaat dari program tersebut.Â
Proses implementasi kebijakan tersebut berlangsung selama 2 tahun dengan dilakukannya 2 kali percobaan implementasi untuk uji coba penyesuaian kebijakan. Percobaan pertama pada bulan Oktober tahun 2017 dan percobaan kedua dilaksanakan pada bulan April tahun 2019.Â
Sebagai hasil dari wawancara dan survey terhadap kandidat petani muda di Thailand menunjukan bahwa 84 petani muda yang mengikuti wawancara dan uji coba kebijakan mendirikan pertanian mereka melalui empat cara utama, baik dari segi metode pertanian maupun keterlibatan mereka dalam kegiatan non-pertanian.
(1) Mereka melakukan investasi finansial yang signifikan di pertanian mereka untuk mengubahnya menjadi usaha bisnis yang sukses
(2) Mereka mengadopsi metode pertanian ramah lingkungan
(3) Mereka berpartisipasi aktif dalam kegiatan lokal non-pertanian
(4) Mereka bertani di lahan orang tua mereka tetapi menambahkan tanaman atau teknik bertani baru.Â
Berbeda dengan negara-negara maju secara ekonomi dan di Afrika Utara, profil dan kebutuhan petani muda di Thailand tampaknya lebih disesuaikan dengan program pendukung. Hal ini berkaitan dengan bagaimana program dirancang serta pengimplementasiannya, jenis pertanian yang didukung, dan bantuan nyata yang diberikan. Sebagian besar bantuan yang diberikan kepada petani muda di Thailand diberikan melalui program resmi nasional. Hal ini berbeda dengan Afrika Utara, dimana inisiatif untuk membantu petani muda seringkali dilakukan secara lokal, berdasarkan kasus per kasus.