Sebagai contoh, Nimmo saat ini menjadi supplier untuk reseller area Kalimantan dan Sumatra.
Selain itu, mereka juga menjual sendiri produknya secara online dan offline di wilayah Yogyakarta.
"Karena kita olah sendiri semua bahan baku, biaya produksi bisa ditekan. Harga produk akhir pun jadinya sangat bisa bersaing dengan produsen lain di Indonesia", kata Aditya saat menjelaskan alasan kenapa produknya dapat dipasarkan di daerah lain.
"Selain dari segi bahan baku, kita juga berinovasi dengan teknik dan metode produksi. Ini yang ingin kita jadikan keunggulan, karena belum ada tempat lain yang punya teknik pembuatan walldecor seperti yang kita pakai".
Saat ini di Nimmo sendiri telah memiliki banyak variasi produk walldecor. Mulai dari yang premium sampai yang harganya terjangkau.
Pertumbuhan minat masyarakat terhadap walldecor juga turut mengembangkan industri ini. Apalagi kini juga sudah muncul berbagai komunitas hobi di bidang dekorasi rumah, yang cukup menjamur di media sosial.
Dengan potensi tersebut, sektor usaha kerajinan hiasan dinding bisa menjadi pemain serius dalam industri kreatif di Indonesia. Dan Yogyakarta, dengan keunggulan yang dimilikinya, dapat turut berperan aktif sebagai barometer utama di Indonesia. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H