Mohon tunggu...
Brayen Indrawan
Brayen Indrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mari, bersama belajar Jurnalisme dalam Multimedia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

[Liputan] Nadiem Makarim: Tekad untuk Kemerdekaan Belajar, Salam Selangkah Lebih Maju

4 Juli 2020   13:41 Diperbarui: 4 Juli 2020   15:25 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Salah satu siswa unjuk bakat dan potensi dalam Pasar Ekspresi yang diselenggarakan Salam (23/11/19) oleh Brayen Indrawan

YOGYAKARTA, EDUTIONALNEWS - Pidato Peringati Hari Guru Nasional, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim bertekad untuk berjuang akan kemerdekaan belajar. Hal ini telah diterapkan oleh Sanggar Anak Alam (Salam), Yogyakarta.

Sebelumnya diketahui, Nadiem Makarim berkesempatan untuk berpidato saat upacara peringati Hari Guru Nasional pada 25 November lalu. Ia menyampaikan beberapa hal terkait pendidikan di Indonesia antara lain, potensi anak yang diukur oleh hasil ujian, kurikulum yang mengekang murid untuk belajar dari sekitarnya hingga tekad untuk kemerdekaan belajar.

Hadirnya Sanggar Anak Alam sejak tahun 2000, lebih dulu mengubah wajah pendidikan Indonesia persis yang diutarakan Nadiem Makarim. Pasalnya, Salam berupaya untuk menciptakan ekosistem belajar yang sesungguhnya.

Yudis, selaku Bagian Administrasi Salam mengatakan bahwa terdapat paradigma salah yang berkembang di masyarakat. Hal ini terkait dengan pergeseran esensi sekolah dalam belajar. "Sekolah hanya wadah saja untuk masyarakat belajar. Aslinya mas bener, belajar bisa kapan saja, di mana saja." jelas Yudis saat ditemui di lokasi Salam yang berada di Nitiprayan, Bantul pada Rabu (20/11/2019).

Yudhis juga menerangkan bahwa kemerdekaan belajar yang dipegang Salam diwujudkan melalui metode pengajaran yang berawal dari pengalaman para siswa. Mereka akan mengajukan topik riset yang ingin dilakukan berdasar pada minat dan ketertarikan. "Pengajar ada, tapi tidak mengarahkan. Siswa yang menentukan sendiri, kami fasilitator." tutur Yudis. Hasil riset juga tidak menjadi tolak ukur penilaian bagi siswa.

Bukan hanya itu, berpakaian bebas dan sandal, tidak duduk diam dalam kelas menghadap papan tulis serta bermain bebas di halaman lengkap dengan arena bermain anak wujud nyata dari kemerdekaan belajar.

Fera, salah satu Wali Murid menyekolahkan kedua putrinya di Sanggar Anak Alam pada kelas Taman Bermain & Taman Anak. Melalui Salam, ia berharap kedua putrinya dapat tetap belajar namun tidak meninggalkan masa kanak-kanaknya dalam bermain. "Aku milih Salam karena pengen anak-anakku bisa berinteraksi dengan sebayanya, tapi tetap belajar. Di kompleks sekarang kan susah, anak-anak pada main gadget semua." tutur Fera

Ia juga menambahkan bahwa melalui Salam sejak dini banyak hal yang dapat diajarkan terkait membangun karakter anak. "banyak hal mas yang bisa belajar disini. belajar untuk budaya antri ketika ambil makan, belajar untuk tidak ambil milik orang lain seperti rebutan mainan. Hal-hal kecil gitu kan susah mas ngajarnya untuk anak-anak zaman sekarang" terang Fera

Doc Liputan 20 November 2019

Tim: EdutionalNews

Penulis: Brayen Indrawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun