Mohon tunggu...
Brayen Indrawan
Brayen Indrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mari, bersama belajar Jurnalisme dalam Multimedia

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Audiens Pasif hingga Jadi Aktif, Inilah Wajah Baru Jurnalisme Kini dan Esok

15 Februari 2020   23:49 Diperbarui: 17 Februari 2020   13:09 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hadirnya multimedia storytelling dan wartawan multimedia adalah bentuk nyata dari kombinasi perkembangan teknologi dan jurnalisme. Dari masa ke masa terus mengalami perubahan dan pergeseran dalam dunia jurnalisme.

Hal ini telah dibahas sebelumnya dalam Pahami Multimedia, Arus Baru dalam Jurnalisme. Bagaimana wajah jurnalisme saat ini ? Berikut ulasannya!

Jurnalisme Lama

Sebelum mengulas jurnalisme saat ini, perlu diketahui terkait progres dari jurnalisme yang lama. Praktik jurnalisme dulu berhubungan erat dengan The Hypodermic Needle Theory (Teori Jarum Suntik) yang menganggap bahwa audiens atau khalayak bersifat sangat pasif yang tidak berdaya unuk menolak pesan-pesan yang diberikan oleh media massa seperti radio, televisi, surat kabar dan majalah.

Pesan-pesan media kemudian diasumsikan dapat secara langsung menyuntik atau menembak ke dalam kepala setiap anggota populasi.

Source: Pinterest.com
Source: Pinterest.com
Kumpulkan Berita

Pengumpulan berita pada jurnalisme lama umumnya berlangsung dalam ruang berita yang di dalamnya melibatkan reporters, district correspondents, sub-editors & story writers, cameramen, assignment editors, desk editors, dan engineers.

Produksi Berita

Kegiatan produksi berita pada jurnalisme lama diawali oleh assignment editors (AE) yang bertanggung jawab dalam merencanakan, memilih, dan memproduksi materi berita. AE kemudian akan mengutus reporters, cameramen, dan district correspondents untuk mendapatkan berita dari network terpercaya yang dimiliki. Setelah itu, mereka akan menulis dan mempublikasikan tulisan atau artikel yang dibuat. Audiens atau khalayak tidak terlibat apapun dalam praktik produksi berita pada jurnalisme lama.

Gaya Penulisan Berita

Terdapat beberapa gaya dalam penulisan berita pada jurnalisme lama, antara lain:

  • Investigative Journalism, bersifat kritis dan teliti. Jurnalisme investigasi umumnya sebagai 'watchdogs' yang mana berusaha untuk menguak kebenaran dengan melakukan reportase mendalam tanpa rasa takut
  • Yellow Journalism, merupakan opini bias yang menyamar sebagai fakta objektif

Jurnalisme Investigasi               
        googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-412');});
Jurnalisme Investigasi googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-412');});

Jurnalisme Kuning
Jurnalisme Kuning

Jurnalisme Kini

Jurnalisme era ini dimulai ketika maraknya internet yang bermula pada tahun 1990-an. Menurut Aliansi Jurnalis Independen (AJI), internet semakin mewabah saat media pertama yaitu Republika Online (www.republika.co.id)  tayang perdana. Lalu, diikuti oleh Detik.com yang dikenal sebagai sang pelopor dalam membuka khasanah baru media online. Sejak saat itu, Dotcom semakin marak di tahun 2002-2003.

Hingga kini, perkembangan teknologi semakin membawa dunia jurnalisme ke tangga multimedia. Dalam jurnalisme ini, audiens bukanlah populasi yang pasif. Hal ini dikaitkan dengan Uses and Gratification Theory yang beranggapan bahwa audiens lebih aktif dalam memilih media yang mampu memenuhi kebutuhannya. Audiens kini lebih bersifat selektif dalam menerima pesan-pesan dari media.

Source: Pinterest.com
Source: Pinterest.com

Kumpulkan Berita

Praktik pengumpulan berita dilakukan melalui beberapa cara seperti pemantauan situs web online, ruang redaksi, dan berbagai acara. Namun, ruang redaksi perlu beradaptasi mengingat audiens tidak lagi pasif. Dengan kata lain, internet menjadi kunci dalam hal mengumpulkan berita.

Produksi Berita

Terdapat dua cara dalam memproduksi berita pada jurnalisme kini:

  • Melalui assignment editors (AE), proses serupa yang terjadi pada jurnalisme lama. Hanya saja, pengemasan berita atau tulisan (artikel) disesuaikan dengan format multimedia. Dengaan kata lain, penyampaian informasi dikemas dengan hal berbeda.
  • Melalui audiens, ini menyatakan bahwa saat ini audiens yang aktif tidak hanya memilah berita tetapi juga memproduksi berita. Audiens mendapatkan berita dari yang berasal dari berbagai network yang dimiliki atau menjadi saksi mata dalam sebuah peristiwa. Kemudian, mereka akan membagikan berita yang diperoleh melalui media sosial dan blog.

Pengemasan Berita

Sebelumnya dikatakan bahwa pada jurnalisme kini, berita atau informasi dikemas dengan menyesuaikan perkembangan teknologi. Hal ini kemudian melahirkan beberapa cara dalam mengemas berita atau sebuah informasi:

  • Online Jurnalism, audiens memiliki banyak berita yang mana tulisan artikel, audio, video berada dalam satu platform sehingga memudahkan audiens untuk dapat menerima banyak informasi. Tidak hanya itu, audiens asing juga akan mudah menerima berita dengan banyak platform dari seluruh dunia.
  • Citizen Journalism, berita yang dibuat oleh audiens atau khalayak dan dimuat melalui blog, podcast, dan video. Pengemasan ini sangat membutuhkan peran dari media sosial.

Jurnalisme Online
Jurnalisme Online


Future Journalism

"Everyone Creates and Consumes News"

When Everyone is a reporter
When Everyone is a reporter

Model baru dalam jurnalisme masa depan mengartikan bahwa setiap orang dapat menjadi reporter yang mana meliput, menulis dan menyebarkan berita atas peristiwa yang ada di sekelilingnya. Dapat dikatakan ini akan menjadi era personalisasi bagi tiap individu untuk menunjukan eksistensinya. Ini juga berarti bahwa pentingnya & relevansi sebuah berita yang dibuat akan ditentukan oleh setiap orang yang membuatnya, bukan lagi agensi berita.

Produksi Berita

Terdapat 2 hal baru yang akan diperkirakan ada pada jurnalisme masa depan, yaitu: 

Curative Journalism

  • "Kurasi," adalah mengumpulkan semua informasi yang terfragmentasi ini ke satu lokasi, yang memungkinkan orang untuk mendapatkan akses ke konten yang lebih khusus. 
  • Bagaimana curator jurnalistik ini bekerja? Ini terjadi dengan dorongan media sosial dan kemajuan dalam teknologi komunikasi, yang menghadirkan seorang kurator (orang yang mengumpulkan potongan-potongan yang terfragmentasi) untuk menjadi seorang jurnalis. Peran kurator jurnalistik dirasa penting karena mereka tidak berada di garis depan yang mencakup industri tertentu, atau mengajukan cerita sendiri, tetapi mereka menanggapi kebutuhan pembaca. Dengan banyak konten yang muncul dari banyak sumber (blog, media arus utama, jejaring sosial), ruang hampa (kekosongan) telah diciptakan antara reporter dan pembaca - atau pengumpul informasi dan pencari informasi.

Hyperlocalisation

Saat kita melaporkan dengan gaya hyperlocal, kita akan mendapatkan berita hyperlocal. Berita hyperlocal, dicirikan oleh tiga elemen utama:

  • Mengacu pada berita berbasis komunitas
  • Ditujukan terutama untuk penghuni komunitas tertentu itu
  • Ini mungkin tidak dibuat oleh penghuni lokasi (mis. Foto bisa hyperlocal tetapi tidak diproduksi secara lokal)

Ini yang Harus Kamu Tahu Tentang Jurnalisme Masa Depan


Tantangan Jurnalis di Masa Depan

Bersama Andella Kusuma, News Presenter Liputan6 SCTV Biro Yogyakarta - Inilah podcast #WhatsappBray!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun