Mohon tunggu...
Aldi Bravo
Aldi Bravo Mohon Tunggu... -

Hmmh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Parpol Islam Korup Perusuh dan Kalah dari Jokowi

3 Juni 2014   18:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:45 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru baru ini ada artikel Kompasiana yang menyindir parpol Islam itu biang korupsi, perusuh, tak laku dan kalah dari Jokowi. Boleh saja mereka berargumen seperti itu tapi tidak semuanya setuju.

1. Di artikel itu mencibir kelompok Islam tapi diakhir artikel mencatut nama Allah SWT. Mirip karakter pendukung Jokowi yang sering mencibir kelompok Islam tapi akhir akhir ini Jokowi mengemis minta dukungan umat Islam. Jokowi sering tampil di acara Islam, memakai gamis, memamerkan kefasihannya melantunkan ayat Al Quran.

2. Pemikiran Jokowi dan pendukungnya dangkal terhadap Islam. Mereka tahunya Islam itu cuma sholat dan Al Quran. Padahal parpol Islam tak dukung Jokowi bukan karena agama Jokowi. Mereka tahu Jokowi itu Islam dan haji/umroh berkali kali. Tapi yang dimaksud adalah kebijakan parpol pengusung Jokowi yang anti Islam dan visi misi Jokowi yang tidak jelas.

3. Nasionalis kerap menuduh parpol Islam itu korup. Padahal data koruptor menunjukkan yang terkorup itu PDIP. Belum termasuk kasus BLBI, menjual BUMN, tanker Pertamina, kontrak murah gas Tangguh dan terbaru kasus busway berkarat. Mereka hanya kritis terhadap kasus korupsi yang dituduhkan kepada parpol Islam.

4. Nasionalis juga kerap salah kaprah menyebut parpol Islam. Sekarang tak ada parpol Islam. Yang ada hanyalah parpol berbasis massa umat Islam. Yaitu PAN, PKB, PPP dan PKS. Karena mereka sudah mengganti platform Islam dengan partai terbuka.

5. Nasionalis kerap menuduh parpol Islam berbuat kekerasan. Ini salah kaprah karena yang berbuat kekerasan itu ormas Islam seperti FPI dan HTI. Beda loh ormas Islam dengan parpol Islam. Meski sama sama berbau Islam tapi gerakan dan tujuannya beda. Seragamnya saja beda. Parpol Islam itu pakaiannya ada yang batik, jas, koko dll. Ormas Islam itu pakaiannya seragam mereka sendiri yang mirip koko tapi agak beda. Tidak ada ideologi parpol Islam akan mengganti pancasila dengan Islam. Justru sekuler yang ingin mengganti Pancasila dengan sekularisme. Terutama pasal Ketuhanan Yang Maha Esa.

6. Bahkan ormas Islam pun juga tidak semuanya keras. FPI dan HTI mayoritas kegiatannya cuma internal seperti pengajian, aksi sosial dan tabligh akbar. Sebagian kecil aksi FPI memang kekerasan tapi menutup tempat maksiat di Jakarta. Kalau yang menyerang umat non Islam itu adanya di daerah oleh ormas Islam liar yang sering dikira FPI. Ada juga bentrokan politik atau sengketa tanah dituduhkan ke FPI.

7. Ulama dan santri Islam tinggalnya di desa dan jarang di kota. Parpol Islam anggotanya ada yang santri ada yang orang biasa. Bahkan banyak yang beragama Kristen/Katolik.

8. Parpol Islam tak laku itu menurut anda. Faktanya gabungan suara parpol Islam itu mencapai 31% lebih besar dari suara PDIP yang 19%. Sisa 50% suara lainnya itu masuk di Golkar 15% (parpol nasionalis yang Islami sehingga Golkar tidak disukai sekuler). Gerindra 12%, Nasdem 7% dan Hanura 5% memang nasionalis murni. Demokrat 10% itu nasionalis religius gabungan nasionalis dan agamis. Golkar banyak mengambil suara dari basis Islami di Sumatera, Jabar dan Sulawesi. Kebijakan politik Golkar juga sangat pro Islam.

9. Parpol Islam tak laku di Jakarta, Jateng, DIY, Kalbar, Kalteng, Sulut, Bali, NTT, Maluku dan Papua. Tapi gabungan suara parpol Islam raih 40% suara lebih di Jabar, Banten, Jatim, Sulsel, Sumbar, Riau, Sumut dll. Parpol Islam hanya tak laku di kalangan orang Jawa Nasionalis dan non Islam. Tapi parpol Islam laris manis tanjung kimpul di kalangan orang Jawa Santri, Sunda, Banten, Betawi, Madura, Melayu dan Bugis.

10. Parpol Islam yang terdepan untuk aksi sosial, penanggulangan bencana alam dan kerja bakti. Mereka banyak membangun fasilitas publik di daerah pedalaman.

11. Prabowo memang nasionalis sekuler tapi dia dekat dengan Islam. Itu sebabnya kalangan nasionalis sekuler benci Prabowo. Dulu ada Benny Moerdhani yang ingin memberangus ormas Islam dan setelah itu muncul Prabowo yang tidak setuju. Padahal saat itu Benny Moerdhani itu Jenderal dan Prabowo cuma Mayor. Hebat sekali ada Mayor menantang Jenderal dan si Mayor disebut ABRI hijau.

12. Jokowi memang sederhana dan merakyat. Tapi dia cuma menjual kemiskinan dan tidak punya visi misi jelas. Ini khas PDIP : menjual kemiskinan tanpa visi. PDIP dicibir di kalangan kelas menengah atas.

13. Prabowo hidup mewah tapi lebih tegas, tidak bisa didikte, punya visi misi, punya keahlian diplomasi dan cerdas (IQ Prabowo 152 tertinggi di KPU silahkan buka google). Visa Prabowo ditolak AS karena dituduh terlibat penculikan mahasiswa. PM India Narendra Modi yang baru terpilih juga visanya ditolak AS karena dituduh terlibat kerusuhan agama. Tapi setelah Narendra Modi menang justru diundang AS dan diberi kekebalan. Nelson Mandela juga sempat dicap teroris oleh AS sekarang dipuja AS.

14. Prabowo terlibat penculikan itu karena diperintah pemimpinnya untuk mengamankan mahasiswa yang akan jadi pengacau. Saat itu belum ada UU anti Terorisme. Dia mengecam penculikan mahasiswa tapi mendukung UU anti Terorisme yang menculik orang diduga teroris. Di hampir semua negara ada itu UU seperti itu.

15. Negara Timur Tengah mayoritas damai. Seperti Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Jordania, Iran, Lebanon dll. Yang ribut cuma Suriah dan Iraq. Kalau negara Somalia itu bukan negara Islam. Hampir semua negara Afrika itu kacau apapun agamanya. Di negara mayoritas non Islam ada Rwanda, Kongo, Uganda, Liberia, Rep Afrika, Ethiopia dll yang kacau. Negara Amerika Latin juga kacau seperti di Haiti. Tambahan : Narkoba itu penyebabnya sekularisme. AIDS, pemerkosaan, pembunuhan, perampokan itu penyebab terbesarnya adalah sekularisme. Akhir kata : Semoga sebagai bangsa Indonesia kita bersatu padu apapun agama, ideologi, suku dan parpolnya. Tulisan ini berniat mengklarifikasi tuduhan kurang tepat itu. Adapun kesalahannya mohon dimaafkan.

 

 

Setuju semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun