11. Prabowo memang nasionalis sekuler tapi dia dekat dengan Islam. Itu sebabnya kalangan nasionalis sekuler benci Prabowo. Dulu ada Benny Moerdhani yang ingin memberangus ormas Islam dan setelah itu muncul Prabowo yang tidak setuju. Padahal saat itu Benny Moerdhani itu Jenderal dan Prabowo cuma Mayor. Hebat sekali ada Mayor menantang Jenderal dan si Mayor disebut ABRI hijau.
12. Jokowi memang sederhana dan merakyat. Tapi dia cuma menjual kemiskinan dan tidak punya visi misi jelas. Ini khas PDIP : menjual kemiskinan tanpa visi. PDIP dicibir di kalangan kelas menengah atas.
13. Prabowo hidup mewah tapi lebih tegas, tidak bisa didikte, punya visi misi, punya keahlian diplomasi dan cerdas (IQ Prabowo 152 tertinggi di KPU silahkan buka google). Visa Prabowo ditolak AS karena dituduh terlibat penculikan mahasiswa. PM India Narendra Modi yang baru terpilih juga visanya ditolak AS karena dituduh terlibat kerusuhan agama. Tapi setelah Narendra Modi menang justru diundang AS dan diberi kekebalan. Nelson Mandela juga sempat dicap teroris oleh AS sekarang dipuja AS.
14. Prabowo terlibat penculikan itu karena diperintah pemimpinnya untuk mengamankan mahasiswa yang akan jadi pengacau. Saat itu belum ada UU anti Terorisme. Dia mengecam penculikan mahasiswa tapi mendukung UU anti Terorisme yang menculik orang diduga teroris. Di hampir semua negara ada itu UU seperti itu.
15. Negara Timur Tengah mayoritas damai. Seperti Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Jordania, Iran, Lebanon dll. Yang ribut cuma Suriah dan Iraq. Kalau negara Somalia itu bukan negara Islam. Hampir semua negara Afrika itu kacau apapun agamanya. Di negara mayoritas non Islam ada Rwanda, Kongo, Uganda, Liberia, Rep Afrika, Ethiopia dll yang kacau. Negara Amerika Latin juga kacau seperti di Haiti. Tambahan : Narkoba itu penyebabnya sekularisme. AIDS, pemerkosaan, pembunuhan, perampokan itu penyebab terbesarnya adalah sekularisme. Akhir kata : Semoga sebagai bangsa Indonesia kita bersatu padu apapun agama, ideologi, suku dan parpolnya. Tulisan ini berniat mengklarifikasi tuduhan kurang tepat itu. Adapun kesalahannya mohon dimaafkan.
Â
Â
Setuju semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H