Mohon tunggu...
Alexander Timbul Sibarani
Alexander Timbul Sibarani Mohon Tunggu... Guru - Guru Pengabdi

Ilmu pengetahuan berkembang sedemikian berkembangnya teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Duka Bencana Kota Barabaiku

30 November 2021   21:57 Diperbarui: 30 November 2021   23:05 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2021 yang paling bersejarah bagi kota Barabai, kota kecil ibukota Kabupaten Hulu Sungai Tengah di Provinsi Kalimantan Selatan. Bagaimana tidak bersejarah?

Di awal tahun 2021 tepatnya di tanggal 14 Januari silam, kota ini di landa banjir bandang yang dahsyat sepanjang sejarah kota ini berdiri. Dan sempat menjadi pemberitaan secara nasional. Bukan hanya di Barabai, tapi sebagian besar kota-kota yang ada di Kalimantan Selatan mengalami kejadian Banjir yang serupa dialami oleh Barabai. Tapi secara statistik, Barabai yang mengalami kerusakan terparah akibat banjir bandang tersebut.

Belum hilang lagi ingatan banjir bandang diawal tahun, kejadian serupa terjadi lagi di penghujung akhir tahun ini. Banjir kembali menghinggapi kota Barabai di bulan Nopember.  Di tanggal 18 Nopember 2021, hujan deras melanda kota Barabai selama beberapa jam dengan curah hujan intensitas yang tinggi terutama di bagian hulu atau yang lebih sering disebut daerah pegunungan Meratus. 

Ditambah lagi kerusakan hutan di daerah gunung mengakibatkan terjadinya tanah longsor dan pada tanggal 19 Nopember 2021 pagi hari terjadilah banjir yang merendam daerah kabupaten Hulu Sungai Tengah. Untuk daerah yang terparah dan terdampak kecamatan Barabai, dan kecamatan yang lain juga banjir tapi tidak separah yang ada di kecamatan Barabai. Banjir mengalami surut di tanggal 20 Nopember 2021. 

Setelah surut, dihari minggunya kembali tanggal 21 Nopember 2021, Kabupaten Hulu Sungai Tengah diguyur hujan lebat dengan intensitas yang tinggi kembali hingga tanggal 22 Nopember 2021. Lagi-lagi Kabupaten Hulu Sungai Tengah mengalami Banjir. Dan surut kembali di tanggal 23 Nopember 2021.

Dan berselang beberapa hari tanggal 25 Nopember 2021 kabupaten Hulu Sungai Tengah dilanda hujan lebat kembali hingga tanggal 26 Nopember 2021. Sama juga dengan curah hujan intensitas tinggi. Hulu Sungai Tengah kembali dilanda Banjir kembali, dan hujan sempat berhenti sebentar dan puncaknya tanggal 27 Nopember 2021 tengah malam hujan kembali mengguyur hingga tanggal 28 Nopember 2021. Di hari Minggu tepatnya wilayah Hulu Sungai Tengah, mengalami Banjir yang hampir sama dengan kejadian di awal tahun. 

Hingga tanggal 30 Nopember 2021, sebagian wilayah sudah mengalami surut banjir, tapi sebagian lagi masih di genangi banjir. Kalau dihitung dari awal tahun, Hulu Sungai Tengah sudah mengalami Banjir sampai 5 kali dalam tahun ini.

Dari keadaan tersebut, memang bisa jadi penyebab utamanya adalah faktor cuaca yang di sebabkan oleh Fenomena alam La Nina, yang mana pergantian musim dari kemarau ke musim penghujan atau sebaliknya La Nino dari musim penghujan ke musim kemarau.

Tapi ada lagi yang perlu kita lihat keadaan alam yang ada di Kalimantan Selatan ini, terutama di Hulu Sungai Tengah. Keadaan alam di sekitar pegunungan Meratus, hutan sudah gundul. Penyebabnya adalah untuk keperluan industri. Ada yang memanfaatkan alam dengan cara menggunduli hutan baik secara legal maupun ilegal untuk dimanfaatkan kayunya. Ada juga yang menggunduli hutan untuk memanfaatkan lahan pertanian secara berpindah-pindah. Dan yang paling santer terdengar adalah adanya pertambangan-pertambangan baik secara legal dan ilegal. 

Untuk pertambangan ini, pengusaha berlomba-lomba membuka lahan untuk pertambangan batubara. Yang nantinya notabene hanya pengusaha yang bertambah kaya sementara masyarakat setempat hanya kebagian debu dari hasil produksi batubara.

Keadaan ini lah yang mengakibatkan kejadian Banjir terjadi di Hulu Sungai Tengah. Belum lagi masyarakatnya kurang kesadaran untuk menjaga lingkungan dan aliran sungai. Masyarakatnya banyak yang membuang sampah ke sungai ataupun got/saluran air. Sehingga ketika terjadi hujan deras, air tidak mampu mengalir dikarenakan saluran air mampet.

Ditambah lagi untuk lingkungan terkecil di tingkat RT, nilai kegotong royongan untuk membersihkan got/saluran air semakin kecil. Kalau dilihat, masyarakatnya selalu mengandalkan pasukan kuning atau petugas kebersihan pemkab yang membersihkan saluran air Yang mana kalau hanya mengandalkan petugas kebersihan yang jumlahnya sedikit tidak akan tuntas untuk membersihkan saluran air yang ada di kawasan perumahan.

Jangan hanya menyalahkan pemerintah dalam hal ini, yang terpenting adalah peran serta kita sebagai masyarakat harus aktif membersihkan saluran air dan lingkungan supaya ketika terjadi hujan lebat, kita bisa meminimalisir terjadinya banjir di wilayah Hulu Sungai Tengah. 

Dan mungkin juga alam perlu meremajakan dirinya melalui proses yang tidak kita duga-duga. Kita tidak tau akan semuanya itu, apa perlu kita bertanya pada rumput yang bergoyang?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun