Mohon tunggu...
Angga Bratadharma
Angga Bratadharma Mohon Tunggu... lainnya -

Pembaca dan Penulis More Info visit my blog : Bratadharma.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Politik, Media, dan Keterangan

2 Oktober 2016   11:12 Diperbarui: 2 Oktober 2016   11:34 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski demikian, tetap ada risiko batas-batas itu ditabrak oleh mereka yang tidak bertanggung jawab atas kerusakan pesta demokrasi di Tanah Air. Tentu dalam hal ini KPU DKI Jakarta tidak memiliki wewenang dalam bertindak lantaran mereka hanya mengurus sanksi yang sudah ditetapkan oleh Bawaslu. Artinya, mereka yang melanggar aturan di luar akun sosial media resmi yang terdaftar akan ditindak oleh pihak kepolisian. Akan tetapi, tidak ada salahnya masyarakat menjadi "editor" dari seluruh informasi yang diterima melalui berbagai macam sosial media yang ada sekarang ini.

Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content.

Menurut Antony Mayfield dari iCrossing, media sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa. Manusia biasa yang saling membagi ide, bekerja sama, dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berpikir, berdebat, menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan pasangan, dan membangun sebuah komunitas. Intinya, menggunakan media sosial menjadikan kita sebagai diri sendiri. Selain kecepatan informasi yang bisa diakses dalam hitungan detik, menjadi diri sendiri dalam media sosial adalah alasan mengapa media sosial berkembang pesat. Tak terkecuali, keinginan untuk aktualisasi diri dan kebutuhan menciptakan personal branding.

Tidak ditampik, isi dan informasi yang beredar di sosial media seringkali tidak dibarengi dengan data-data dan fakta-fakta serta menyertakan sumber. Uniknya terkadang ada postingan foto dengan caption yang 'seakan-akan dibuat sendiri' oleh admin dan berbeda dengan fakta sebenarnya. Misalnya, ada gambar A tapi keterangannya justru menjelaskan tentang B. Penyimpangan informasi atas keterangan dan foto yang berbeda ini menimbulkan kerusakan fakta yang hendak diberikan oleh pengirim informasi sebenarnya.

Situasi dan kondisi itu sudah terjadi ketika sosial media mulai digandrungi di Indonesia. Hal itu semakin menjadi-jadi sekarang ini. Alasanya pun beragam mulai dari memperkeruh suasana hingga ditunggangi suatu kepentingan golongan demi mencapai tujuan tertentu. Selain itu, perlu pula mencermati mereka-mereka yang 'menyusup' melalui salah satu akun sosial media dan menyerang sejumlah pihak atas kepentingan golongan. Tidak ada salahnya mengedepankan akal sehat dan logika berpikir ketika mencerna informasi yang didapat.

Jurnalis dan editor Howie Schneider, dalam sesi dengan mahasiswa di State University of New York menegaskan tentang prinsip 'Kenali lingkunganmu'. Berita yang diterima oleh seseorang mesti bahkan harus bisa diidentifikasi, apakah termasuk berita, propaganda, iklan, kehumasan, hiburan, atau bahkan sekadar informasi mentah. Kovach dan Rosenstiel juga menerangkan tentang empat model berita dengan nilai dan tujuan berbeda seperti: jurnalisme verifikasi, jurnalisme pernyataan, jurnalisme pengukuhan, dan jurnalisme kaum kepentingan.

Tujuan memahami empat model tadi agar masyarakat mampu memilah pemberitaan yang disajikan media massa dan sosial media, juga caranya diproduksi dan dimaknai oleh pembuat atau penerbit berita. Hal yang penting mengingat keberagaman konten dan media, juga kepemilikan media massa dengan berbagai kepentingan.

Filosof dan praktisi pendidikan John Dewey pernah berujar.

"Satu-satunya peran pers yang dapat dibenarkan adalah membantu mendidik publik. Membantu publik jadi lebih mampu berpartisipasi dalam masyarakat demokratis. Pers tidak punya tugas lain di luar itu; tidak juga dengan hanya melakukan pendidikan secara insidental. Demokrasi tidak bisa selamat dengan itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun