Mohon tunggu...
Angga Bratadharma
Angga Bratadharma Mohon Tunggu... lainnya -

Pembaca dan Penulis More Info visit my blog : Bratadharma.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Bersekolah 'Tidak Menggunakan Helm' Lagi

20 September 2013   19:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:37 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bekasi, AnggaBratadharma (20/9) - Tragedi memilukan yang terjadi pada anak musisi besar Ahmad Dhani, AQJ, menjadi sebuah peristiwa yang menggetarkan khalayak luas. Bahkan, pemberitaan santer terdengar dari berbagai media yang ada di Indonesia. Dari satu sisi menjadi sebuah bencana, tetapi dari sisi lain merupakan suatu pembelajaran penting bagi semua masyarakat tanpa terkecuali.

Berkembangnya jaman dan berubahnya nilai-nilai dalam kehidupan sebenarnya perlu kita waspadai dengan baik, baik para orang tua yang memiliki anak maupun para pemuda-pemudi yang hidup dalam liberalnya kehidupan di Indonesia. Apalagi, kota besar seperti Kota Jakarta, menjadi central bagi sebuah kehdiupan atau representasi orang-orang Indonesia yang tersebar diseluruh wilayah nusantara.

Berkembangnya jaman dan nilai-nilai sekarang ini patut disadari bahwa hal demikian ini tidak diimbangi dengan kesiapan mental dan spritual masyarakat Indonesia. Bahkan, komunikasi yang terjalin secara ke-indonesia-an telah sirna. Komunikasi ke-Indonesia-an yang membentuk masyarakat kita menjadi gemar gotong royong, saling hormat-menghormati, menjunjung toleransi, dan semacamnya telah pudar dan diganti dengan komunikasi individual.

Perkembangan komunikasi itu akhirnya mampu menggeser nilai-nilai kemuliaan yang sudah tertanam dalam di benak masyarakat dahulu, yang akhirnya sekarang ini semakin lama semakin tercabut dengan keras. Ironinya banyak masyarakat kita melakukan sesuatu tabu menjadi hal yang wajar. Contoh kecilnya, misalkan, bila dahulu merokok dilakukan oleh mereka yang sudah bekerja atau sudah memiliki umur diatas 28-30 tahun, kini anak SD di umur 7-8 tahun sudah mengkonsumsi rokok.

Sangat disayangkan bila mereka yang mash dibawah umur telah melakukan suatu kegiatan yang seharusnya dilakukan meraka yang cukup umurnya. Bila proses umur dilewati, dampaknya cukup vital karena berkaitan dengan mata rantai kehidupan, dimana umur, walau tidak berlaku selalu, menentukan seseorang cukup matang dalam melakukan sesuatu hal.
Peristiwa memilukan yang terjadi oleh AQJ merupakan diantara peristiwa yang diharapkan tidak terjadi kembali di masa yang akan datang. Dalam konteksi ini, artikel ini mencoba tidak menyudutkan atau menyalahkan Ahmad Dhani dan anaknya AQJ, tetapi akan lebih bijak bila kita mencoba mengambil hikmah dari kejadian kecelakaan yang diantaranya menimpa AQJ.

Pada dasarnya, AQJ masih dibawah umur dan mengendarai mobil di jalan raya, yang notabenya telah melanggar peraturan yang ada, sebab AQJ tidak memiliki SIM. Tentu peristiwa itu sangat disayangkan bisa terjadi, apalagi banyak hal-hal tidak diinginkan terjadi saat itu. Sewajarnya bila peristiwa itu diambil hikmahnya oleh semua orang, untuk bisa tertib dan patuh terhadap peraturan yang berlaku serta menghormati dan menghargai para pengguna jalan.

Meski terbilang terlambat dan diperkirakan program itu tidak akan berjalan kontinu dan masif, tetapi aparat penegak hukum terbilang baik untuk memberlakukan jam malam dan merazia masyarakat yang kedapatan menggunakan sepeda motor dan mobil tidak sesuai ketentuan berlaku, terlebih bagi mereka yang tidak patuh terhadap peraturan dalam menggunakan jalan.

Tentu harapannya aparat penegak hukum benar-benar menjalankan tugas dan fungsinya secara baik dan benar. Ini menjadi harapan besar. Sebab, masyarakat akan semakin liar dan tidak mematuhi peraturan manakala para pemegang aturan tidak menerapkan dan mampu bertindak tegas kepada mereka yang melanggar peraturan. Sangat disayangkan bila aparat penegak hukum justru lalai dalam tugasnya.

Untuk itu, tidak ada salahnya generasi yang berada dilevel Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diawasi dengan ketat perihal penggunaan kendaraan sepeda motor dan mobil dalam aktivitasnya, baik ketika mereka hendak menuju sekolahnya maupun ketika beraktifitas diluar sekolah. Hal itu dirasa penting mengingat pada umur itu, emosi masih sangatlah labil untuk mengambil keputusan ketika menggunakan jalan raya.

Ini dirasa perlu disadari oleh semua masyarakat tanpa terkecuali. Apalagi, banyak anak sekolah yang menggunakan sepeda motor sering tidak patuh terhadap peraturan yang ada, entah tidak memiliki kelengkapan surat-surat, tidak memiliki SIM, sepeda motor dimodifikasi dengan menyampingkan sisi keamanan dan kenyamanan, tidak mengenakan helm, dan semacamnya. Tentu ini sangat berbahaya. Sebab, tidak hanya membahayakan anak sekolah itu, tetapi juga orang lain.

Namun, tidak ditampik bahwa persoalan itu tidak berada di tangan para penegak hukum saja. Tanggung jawab berada ditangan kita semua untuk bisa mematuhi peraturan yang ada, dengan mengedepankan komunikasi ke-Indonesia-an, yakni rasa gotong royong, saling menghormati dan menghargai, toleransi dalam menjalankan kehidupan, dan semacamnya. Mungkin persoalan itu sulit bila dilakukan oleh seorang diri, tetapi akan lebih mudah tercipta bila kita sama-sama menyadari dan menjalankan ketertiban itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun