Mohon tunggu...
Angga Bratadharma
Angga Bratadharma Mohon Tunggu... lainnya -

Pembaca dan Penulis More Info visit my blog : Bratadharma.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bangsa Indonesia, Jangan Sampai Golput!

4 April 2014   23:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:04 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta, AnggaBratadharma (4/4/2014)---Pemilihan umum (Pemilu) legislatif tinggal beberapa waktu lagi. Masyarakat di seluruh wilayah Indonesia akan menjadi peserta pesta demokrasi yang diadakan tiap 5 tahun sekali. Momentum ini menjadi penting karena merupakan penentu bagaimana masa depan bangsa Indonesia di masa-masa yang akan datang.

Menjelang pencoblosan, calon anggota legislatif (caleg) sudah memanaskan mesin politiknya untuk merebut suara rakyat, tentu dengan harapan dapat duduk di parlemen, baik ditingkat DPR RI maupun ditingkat DPD RI. Berbagai cara dilakukan caleg demi menjadi wakil rakyat. Bahkan, tidak jarang cara 'nakal' dilakukan demi kekuasaan.

Anggota DPR memang sering menjadi sorotan oleh masyarakat, mengingat kinerjanya terbilang belum optimal. Target penciptaan undang-undang saja masih jauh dari yang ditargetkan. Di sisi lain, anggota DPR justru sering melakukan studi banding ke luar negeri yang terkadang hasilnya tidak signifikan terhadap tujuan awal.

Media massa di Tanah Air pun semakin semangat memberitakan berbagai kegiatan anggota DPR. Mungkin sudah terbilang sering di layar TV atau sebuah foto di surat kabar terpampang anggota DPR yang tertidur ketika sidang soal rakyat, atau anggota DPR yang berdebat tanpa bobot. Ironinya, hal tersebut tidak ada perbaikan signifikan.

Di era demokrasi, anggota DPR terpilih melalui mekanisme pemilihan umum. Dalam mekanisme ini, rakyat memegang peranan penting untuk memilih siapa wakil rakyat yang akan duduk di Gedung DPR. Sistem demokrasi tersebut sudah menjadi acuan dalam konstitusi di Indonesia.

Sayangnya, masih banyak masyarkat Indonesia yang belum paham mengenai sistem demokrasi di Tanah Air, termasuk berkontribusi pada pesta demokrasi. Padahal, pesta demokrasi menentukan bagaimana anggota DPR yang terpilih membangun wilayah masing-masing sesuai dengan dapil yang diwakili.

Dampak dari persoalan rendahnya pemahaman masyarakat akan sistem demokrasi adalah banyak caleg memanfaatkan kelemahan tersebut dengan iming-iming janji manis agar dipilih oleh rakyat, baik diberikan kaos gratis bergambarkan caleg dan partai politik yang menaunginya, mukena, topi, pin maupun uang dengan kisaran Rp50 ribu hingga Rp100 ribu.

Masyarakat Indonesia yang sebagian besarnya hidup di dalam garis kemiskinan tentu termakan dengan tawaran tersebut. Akhirnya, banyak rakyat memilih anggota DPR yang memberikan janji manis di depan tapi melupakan janji ketika sudah duduk sebagai anggota DPR RI yang terhormat. Siapapun Dia, harus sadar bahwa jangan termakan janji caleg yang tidak berbobot.

Tidak dipungkiri, persoalan semacam itu membuat masyarkat tidak peka terhadap pesta demokrasi. Bahkan, sebagian besar masyarakat memilih Golput atau tidak menggunakan hak pilihnya di Pemilu Legislatif, termasuk Pemilihan Presiden. Upaya Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menurunkan tingkat golput tersebut pun masih membutuhkan bantuan dari berbagai pihak.

Memang sudah menjadi hak tiap individu di dalam masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya. Namun, jika tidak menggunakan hak pilih dikarenakan sudah muak dengan caleg, sudah muak dengan janji manis caleg, sudah muak dengan kinerja anggota DPR, sudah muak dengan aksi korupsi yang dilakukan anggota DPR, dan semacamnya maka sangat disayangkan. Sebab, harus dipercayai bahwa masih banyak caleg yang memegang janjinya, caleg yang berjuang untuk rakyat, dan caleg yang berjuang untuk pemerataan kesejahteraan.

Frame anggota DPR selama ini buruk sedikit banyak dipengaruhi oleh pemberitaan yang dilakukan oleh media massa. Dengan berbagai kepentingan, media massa membentuk opini bahwa kinerja anggota DPR minus dan tidak layak menjadi wakil rakyat. Media massa di Indonesai minim memberitakan hal positif yang pernah ditorehkan anggota DPR. Padahal, banyak anggota DPR yang menyelesaikan Pekerjaan Rumahnya (PR).

Terlepas dari itu semua, Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden sudah tinggal menghitung hari. Jika bukan kita, siapa lagi yang mau merubah masa depan bangsa Indonesia. Mereka yang memiliki keterbatasan berjuang untuk Indonesia yang lebih baik lagi bisa melakukan hal tersebut dengan memilih siapa anggota DPR yang bakal duduk di parlemen. Ingat, setiap suara sangat berpengaruh kemana kesejahteraan rakyat.

Masyarakat yang mengkritik habis-habisan pemerintah dan anggota DPR bisa memanfaatkan momentum Pemilu untuk melakukan aksi nyata. Tidak sekedar teriak-teriak membawa-bawa nama rakyat. Saatnya masyarakat bergerak. Saatnya masyarakat menentukan Indonesia. Tiap suara membawa arti besar terhadap perubahan yang dinanti-nantikan selama periode 5 tahun mendatang. Demi Indonesia, kaum muda dan kaum tua jangan sampai golput!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun