Mohon tunggu...
Brasstira Yuva
Brasstira Yuva Mohon Tunggu... Mahasiswa - 17 y.o

Love makesup and fesyen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Baju Haram dan Pancasila

11 Mei 2021   12:30 Diperbarui: 11 Mei 2021   12:44 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Banyak kujumpai di sosial media yang viral akhir-akhir ini (Misal, fyp tik tok), perempuan yang ingin merasa 'dimerdekakan' dengan memakai 'baju haram'. Pendapat yang kemudian populer ini didasari oleh komentar laki-laki Indonesia yang menganggap bahwa pemakai 'baju haram' ini 'mancing'.

Aku bukan pemakai 'baju haram'.

Aku bukan laki-laki.

Aku hanya tertarik untuk mengkritisi topik ini melalui segi implementasinya terhadap nilai pancasila.

Sebelum itu, aku ingin mengatakan bahwa aku tidak berpihak atau bermaksud menyinggung pihak manapun karena ini semata pendapat yang free untuk disetujui atau disanggah dengan komentar apapun yang membangun mindset demokratis dan nasionalis ke depannya. Toh, aku juga masih belajar :)

Aku sempat berdiskusi dengan temanku, salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Ailangga. Dia sempat berpendapat "Kalok laki2 liat cewe yang pakek baju haram itu mikir kalau mereka dipancing, ya, manusiawi. Asal nggak sampek berbuat aneh, itu baru binatang. Kenapa kesannya kayak perempuan tuh nggak punya kebebasan berpakaian, ditekan sama pendapat laki-laki, dan menurut kalian itu sebenere yang perlu diedukasi kitanya sebagai laki-laki? 

Tanpa bilang pun sebenarnya kita, laki-laki, itu paham yang kita tahu harus lakuin adalah menjaga dibanding melarang. Cuman kalau kita ngasih pendapat lebih baik kalian nggak pakek gitu itu karena di bumi ada setan. Nek gaada sg nggudo manusia, yo aman-aman ae kalian basio telanjang pun"

"Tapi di pancasila sendiri kan ndak ada yang directly mengatur adat kita seperti apa. Jadi harusnya free boleh dong mau kayak apa?" tanyaku.

"Kemanusiaan yang adil dan beradab. Indonesia mayoritas muslim. Adat ketimuran. Beradablah orang timur, jangan berkaca budaya Barat yang masuk ke Indonesia dong."

Aku tidak ingin membuat kesimpulan tentang boleh ataupun tidak boleh karena melihat keadaan saat ini, menurutku, itu sepenuhnya kembali ke pribadi masing-masing. 

Jadi sebagai penutup aku hanya ingin biilang bahwa sangat disayangkan generasi muda yang baru saja lahir beberapa tahun terakhir ini sudah sedari dini 'terlatih' melalui visualnya untuk memaklumi penggunaan 'baju haram' bagi perempuan dan stigma 'wajar laki-laki berpikiran begitu' bagi laki-laki. Padahal kalau ditarik mundur, melihat adab Indonesia, khususnya Jawa Timur (karena asalku disini), dulu pakai rok mini saja sudah dianggap buruk di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun