Toleransi dalam Perbedaan
Salah satu pengalaman yang memperdalam pemahaman saya tentang toleransi adalah ketika kami mengikuti pelajaran agama Islam. Meski berbeda keyakinan, saya merasa diterima dengan hangat. Diskusi yang terjadi tidak hanya penuh hormat, tetapi juga sangat terbuka. Nilai-nilai universal seperti cinta kasih, kerja keras, dan kejujuran menjadi benang merah yang menghubungkan kami. Â
Di luar kelas, kami berbagi cerita tentang masa depan. Saya teringat percakapan dengan Alfin, seorang siswa pesantren, yang memiliki mimpi besar untuk mengabdikan hidupnya bagi bangsa. Meskipun kami berasal dari latar belakang yang berbeda, percakapan itu membuat saya menyadari bahwa kita semua memiliki tujuan yang sama, memberikan yang terbaik untuk negara kita. Â
Menguatkan Nilai Kebangsaan
Ekskursi ini, bagi saya, adalah miniatur Indonesia yang sesungguhnya. Beragam latar belakang agama, budaya, dan kebiasaan bertemu dalam semangat persatuan. Seperti apa yang pernah dikatakan oleh Bung Karno, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai keberagaman dan persatuan." Dalam tiga hari tersebut, saya merasakan keindahan persatuan yang berakar pada penghormatan terhadap perbedaan. Â
Kegiatan senam pagi dan gotong royong yang kami lakukan bersama siswa pesantren menjadi simbol harmoni. Lagu-lagu yang mereka nyanyikan saat bekerja bersama memberikan ritme pada aktivitas kami, menciptakan rasa kebersamaan yang mendalam. Tradisi sederhana ini mengajarkan saya bahwa keberagaman adalah kekuatan yang harus dirayakan, bukan dihindari. Â
Belajar untuk Bersyukur
Hari terakhir di pesantren terasa begitu emosional. Ketika bus kami siap berangkat, para siswa pesantren berkumpul untuk memberikan salam perpisahan. Ada rasa haru yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Saya berpamitan dengan Alfin dan teman-teman lainnya, membawa pulang bukan hanya kenangan, tetapi juga pelajaran hidup yang tak ternilai. Â
Ekskursi ini mengajarkan saya untuk lebih bersyukur atas keberagaman yang ada di Indonesia. Toleransi bukan hanya soal menerima, tetapi juga menghargai dan merayakan perbedaan. Dalam kesederhanaan dan kesopanan mereka, siswa-siswa pesantren menunjukkan kepada saya bahwa nilai-nilai kebangsaan seperti persatuan dan keadilan dapat dimulai dari hal-hal kecil. Â