Kasus penipuan oleh seorang profesor di Indonesia mengungkap kelemahan fundamental dalam sistem pendidikan, khususnya dalam aspek pengawasan dan integritas. Penting untuk menyoroti perlunya pengawasan ketat dalam dunia akademik agar penyalahgunaan kepercayaan yang dapat merugikan banyak pihak tidak terus berulang.
Kasus dugaan penipuan oleh seorang profesor yang menjanjikan program kuliah doktoral dengan imbalan uang menunjukkan adanya penyalahgunaan kepercayaan oleh akademisi senior dan kurangnya transparansi serta pengawasan dalam penyelenggaraan program akademik, sehingga penipuan semacam ini lebih mudah terjadi.
"Sejumlah peserta merasa tertipu karena program yang dijanjikan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan," dan "korban diminta membayar puluhan juta rupiah tanpa mendapatkan kepastian" (Detik News, 2024).
Menurut artikel tersebut, “Kepala Departemen Pendidikan Tinggi mengungkapkan bahwa kasus ini menggambarkan kekurangan dalam sistem pengawasan dan integritas di lingkungan akademik.” Hal ini menggarisbawahi perlunya perbaikan mekanisme pengawasan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan (Detik News, 2024).
Situasi ini mirip dengan seorang dokter yang seharusnya menyelamatkan nyawa, tetapi malah memanfaatkan pasien dengan menjual obat-obatan palsu. Ketika seorang profesor menyalahgunakan kepercayaan mahasiswa, mereka tidak hanya kehilangan uang tetapi juga masa depan akademik dan profesional mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H