Mohon tunggu...
Muhamad Bramtalaras
Muhamad Bramtalaras Mohon Tunggu... lainnya -

pemimpi kelas akut.\r\n| @bramt_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hikayat (Tuan) di Negeri Pelangi

9 Februari 2014   01:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:01 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Corak Pembuka

Tentang warna teguh kukuh bak pagar yang mengakar;

Prayoga, tohaga, sayaga.

Merah yang merekah. Senja yang menjingga.

Hamba, berdiri di antara ketiak Tuan.

Corak Madya

Bulan menguning. Gunung berbaring.

Matari yang menyingsing serupa kambing guling.

Bersampur duka lara;

Tangan kiri menopang dagu, tangan kanan mengikuti lagu. Tuan mengayun(-ayun)kan jemari. Kiri-kanan. Kanan-kiri.

Hamba, mulai meniti air mata.

Merah merekah. Senja menjingga. Bulan menguning. Matari serupa kambing guling. Air mata jadi nila.

Corak Penutup

Dan seketika, Tuan jadi murka.

Yang hijau jadi sampur. Hamba jadi tersungkur.

Merah merekah. Senja menjingga. Bulan menguning. Matari serupa kambing guling. Air mata jadi nila. Hijau jadi sampur.

Lalu, Tuan bertanya; kemana si biru dan ungu?

“Di dada!”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun