“Mala… Mala, dimana-mana mangga luarnya sama. Keliatannya semua manis, tapi siapa yang tahu kalau isi dalemnya sama manisnya? Sama lah kayak hati, mana ada yang bisa nebak isinya kalo cuma dilihat dari luar? Emang elo yakin kalau si laki-laki pujaan lo ini rasa manisnya ke elo juga sama kayak rasa manisnya dia ke pacarnya? Siapa yang jamin?” tanya Shinta yang membuat Mala sedikit tertegun.
Kedua perempuan tadi semakin larut dalam obrolan cinta karbitan. Semoga mereka tidak membahas cerita cinta versi pisang atau jambu. Saya pun kembali menyantap pesanan roti bakar saya yang agak gosong. Agak pahit memang rasanya. Namun setelah saya meneguk teh manis hangat, rasa pahit dan manis itu bukan lagi beradu tapi mereka saling menggantikan. Pahit gosong si roti digantikan manisnya teh hangat. Mungkin seperti kisah cinta karbitan seperti yang diceritakan dua perempuan tadi. Awal cerita yang pahit memang menyakitkan. Namun siapa yang tahu setelah menjalankan serangkaian proses, justru rasa manislah yang akan dirasakan ketika kita sudah mendapatkan hasilnya. And yes, we do deserve to have our own happy ending!
@jakartastorytelling - 22 Juni 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H