Sleman, D.I Yogyakarta – Era pandemi covid-19 tidak menghalangi Universitas Diponegoro menerjunkan mahasiswanya untuk melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2020.
Universitas Diponegoro memfasilitasi mahasiswa untuk melakukan KKN dengan tema “Pemberdayaan Masyarakat di Tengah Pandemi Covid-19 Berbasis Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s)”.
Mahasiswa diberi kesempatan untuk melakukan KKN di desa masing-masing yang diharapkan dapat membangun perekonomian maupun masyarakat desa tersebut.
Salah satunya terdapat mahasiswa yang melakukan KKN di Desa Sendangadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta. Program kerja yang dilakukan saat KKN di Desa Sendangadi ada 2 yaitu pembuatan pupuk kompos dan edukasi mengenai bahan pangan.
Program kerja pembuatan pupuk kompos dilakukan karena terdapat warga yang memiliki ternak kambing namun kotorannya tidak diolah secara benar. Pupuk organik dari kotoran kambing mengandung N, P, K yang cukup untuk membantu tumbuh kembang tanaman. Kotoran kambing memiliki nilai K yang tinggi dibanding kotoran ternak lain yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Kegiatan pembuatan pupuk organik dari kotoran kambing ini telah dilaksanakan dari tanggal 16 Juli 2020 dengan terlebih dahulu dilakukan proses fermentasi terhadap kotoran kambing ini.
Pembuatan pupuk organik ini dilakukan dengan cara meletakkan kotoran kambing di atas alas atau terpal yang posisinya tidak secara langsung terkena sinar matahari kemudian campurkan air cucian beras, gula pasir serta EM4 menjadi satu larutan lalu semprotkan atau guyurkan secara merata ke kotoran ternak kemudian lakukan pengadukan.
Proses fermentasi yang dilakukan minimal selama 2 minggu untuk mendapatkan hasil pupuk yang optimal dengan catatan setiap hari dilakukan penyemprotan larutan, dilakukan pengadukan dan ditutup. Proses fermentasi yang berhasil akan menunjukkan ciri-ciri tidak adanya bau menyengat yang ditimbulkan dan terasa dingin ketika disentuh.
Program kerja edukasi bahan pangan didasarkan pada adanya tren telur infertile yang beredar di pasar dengan harga murah. Telur infertile merupakan telur tetas yang gagal sehingga perlu adanya pencerdasan terhadap masyarakat mengenai ciri-ciri produk peternakan yang layak dikonsumsi.
Telur infertile tidak disarankan untuk dikonsumsi masyarakat karena berbahaya. Untuk memberikan pengetahuan mengenai pentingnya memilih bahan pangan yang tepat, dibuatlah sebuah modul pintar.
Melalui modul ini diharapkan masyarakat dapat lebih memilih bahan pangan yang layak konsumsi. Modul pintar ini berisikan kandungan nutrisi pada daging dan telur, ciri-ciri daging dan telur yang baik serta perbedaan macam-macam daging hewan ternak konsumsi.
Pemberian modul dilakukan dengan door to door untuk meminimalisir berkumpulnya warga desa dan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
Editor: Hendrik Anggi S
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H