Aku terbelalak melihat mika plastik yang tersaji di depanku. Isinya ketan hitam, tapi bukan bubur manis, melainkan ketan hitam kering dengan serundeng dan ikan teri.
Selama lima hari, om dan tante mengajak aku serta ibu bertualang ke beberapa objek wisata dan kuliner yang ada di kota Makassar. Ada berbagai santapan yang memikat, mulai dari pisang epe, bubur basang, roti Maros, sampai putu cangkir.
Pisang epe melegenda di Makassar. Jajanan ini berupa pisang yang dibakar kemudian dituang saus gula merah di atasnya.
Aku memakan bubur basang dan roti Maros. Bubur basang memiliki desain bubur santan yang dimasak bersama jagung pulut yang dipipil.
Roti Maros adalah roti manis sobek yang diisi selai kaya. Roti ini dinamakan Maros karena berasal dari kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Lalu, kami mencicipi putu cangkir. Kue ini berisi kelapa parut tabur dan gula yang variannya ada dua warna, cokelat dan putih (original).
Selain makanan, aku juga mencoba kopi Makassar. Kopi yang dibeli ada yang dari kafe kecil milik om dan Bothlaim Space.
Kafe di kafe kecil milik om enak tapi strong sehingga saat meminumnya lambungku langsung sakit. Di Bothlaim Space minumannya lebih enak dan tidak sekuat kopi di tempat om.
Bothlaim Space bertempat di dalam Societeit de Harmonie. Societeit de Harmonie merupakan gedung kebudayaan yang banyak digunakan sebagai tempat workshop atau panggung musisi lokal.
Objek wisata yang aku kunjungi bersama ibu, om, dan tante adalah Masjid 99 Kubah dan Bantimurung. Keduanya memiliki panorama indah dan menjadi tempat ikonis untuk dikunjungi.
Di Bantimurung kita bisa piknik sambil melihat air terjun. Sedangkan di Masjid 99 Kubah terdapat pemandangan pantai Losari dan kubah berjumlah 99 yang merupakan simbol Asmaul Husna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H