Yang sama dari pandangan mereka adalah bagaimana mereka menciptakan ide dari orang terdekat ataupun kejadian-kejadian yang ada di sekitar mereka. Baik itu karakter ataupun gagasan cerita, mereka brilian mampu mendapatkan ide tersebut.
Selain itu, saya juga tertarik dengan cerita Ratih Kumala yang membahas kalau series "Gadis Kretek" adalah series yang diproduksi BASE Entertainment dan Fourcolors Films 11 tahun setelah novelnya rilis. Dia juga berkata, 12 tahun sebelum novel "Gadis Kretek" diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, Ratih sempat mengalami kesulitan menaruh tulisannya di Harian Kompas.
Menurutnya, di tahun 2000 dapat memasukkan cerpen ke koran merupakan sebuah pencapaian teramat unik, sebab peristiwa tersebut cuma ada di negara kita saja. Selain rangkaian acara yang saya nikmati di dalam "Kompasianival", di depan aula serbaguna juga terdapat beberapa tenant makanan.
Yang paling menggugah saya adalah es krim "Minang Kakao." Es krim rasa matcha dan cokelat yang bahan bakunya didapat dari Sumatra Barat ini saya dapatkan dengan harga sekitar Rp15.000. Lalu, saya juga mencicipi kue-kue kering yang diberikan cuma-cuma di salah satu tenant di sana, yang rasanya juga tak kalah enak.
Event ditutup dengan malam penganugerahan "Kompasiana Awards" yang dimenangkan oleh Komunitas Traveller Kompasiana (Koteka), Budi Susilo sebanyak 2 kategori, dan Akbar Pitopang sebagai peraih "Kompasianer of the Year 2024."Â
Saya merasa senang sekaligus bangga bisa menghadiri acara "Kompasianival" tahun ini. Harapan saya, semoga di tahun depan saya bisa menghadirinya lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H