Mohon tunggu...
Bramantyo Doni
Bramantyo Doni Mohon Tunggu... Administrasi - Petugas Rakyat

Suka Mengamati perilaku Politik, Pelaku Politik Kebangsaan, Penyuka sepak bola, penyuka basket dan voli , penikmat Teh.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebenaran "Baru" di Era Reformasi

16 Mei 2024   06:37 Diperbarui: 16 Mei 2024   06:54 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebenaran "BARU" di Era Reformasi

Mengupas Konsep dalam Perspektif Berbeda

Era reformasi telah menjadi tonggak penting dalam sejarah modern Indonesia, di mana panggung politik dibuka untuk pluralitas pandangan dan kebebasan berekspresi. Namun, di tengah lautan informasi dan perspektif yang beragam, kebenaran seringkali tercecer dan kabur. Dalam perjalanan pencarian kebenaran, kita menghadapi tantangan untuk menavigasi arus informasi yang seringkali terdistorsi oleh kepentingan politik, sosial, dan ekonomi.

Kebenaran sekarang terbagi menjadi 3,

Kebenaran Menurut Aku:

Bagi saya, kebenaran adalah cermin batin yang menggambarkan integritas dan konsistensi nilai-nilai yang diyakini. Ini adalah panggilan moral untuk berpegang pada prinsip-prinsip kejujuran, keadilan, dan empati. Namun, kebenaran juga merupakan perjalanan pribadi yang terus berubah seiring dengan pengalaman dan pemahaman yang diperoleh sepanjang hidup.

Kebenaran Menurut Kamu:

Mungkin bagi Anda, kebenaran adalah refleksi dari pengalaman subjektif dan interpretasi individu terhadap realitas. Ini bisa mencakup perspektif budaya, agama, atau filosofis yang membentuk pandangan dunia seseorang. Kebenaran, dalam konteks ini, merupakan kolaborasi antara pengalaman personal dan dialog terbuka dengan orang lain.

Kebenaran Menurut Kita:

Sebagai masyarakat, kita berbagi tanggung jawab untuk membentuk narasi bersama yang mencerminkan kebenaran kolektif. Namun, kebenaran kolektif ini juga haruslah inklusif, menghormati keberagaman pandangan dan pengalaman yang ada di dalamnya. Ini mencakup pengakuan akan kesenjangan sosial, penindasan, dan ketidaksetaraan yang mungkin mengaburkan gambaran keseluruhan kebenaran.

Dalam menghadapi tantangan kebenaran di era reformasi, penting bagi kita untuk mempertahankan kritisitas dan kerendahan hati. Kita perlu berkomitmen untuk mencari kebenaran dalam kerangka nilai-nilai universal seperti keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan. Hanya dengan demikian kita dapat membangun masyarakat yang kuat dan berkelanjutan, di mana kebenaran tidak lagi hilang di tengah-tengah kebisingan informasi yang ada.

Dalam konteks era reformasi, fenomena terkait kebenaran yang bergantung pada interpretasi dan perspektif menjadi semakin mencolok. Di tengah dinamika politik, sosial, dan budaya yang kompleks, kebenaran seringkali tidak lagi menjadi hasil dari penelitian fakta atau kenyataan yang obyektif, tetapi lebih merupakan hasil dari narasi yang dibentuk oleh kepentingan politik, ideologi, dan agenda tertentu.

Penting untuk diketahui bahwa kebenaran yang diterima oleh mayoritas tidak selalu mencerminkan kenyataan dan fakta yang sebenarnya. Ketika kekuatan politik atau kepentingan kelompok tertentu mempengaruhi persepsi publik, realitas dapat terdistorsi atau bahkan disembunyikan dan dihilangkan sama sekali. Ini menciptakan paradoks di mana kebenaran menjadi subjektif, lebih terkait dengan pemahaman dan interpretasi daripada fakta yang konkret.

Kondisi ini diperparah oleh campur tangan media massa dan platform digital yang memfasilitasi penyebaran informasi dengan cepat dan luas. Dalam ekosistem informasi yang tidak teratur, kebenaran sering kali menjadi korban dari narasi yang paling menarik atau paling konsisten dengan kepentingan pihak-pihak yang berkuasa. Dengan demikian, kebenaran yang seharusnya menjadi pijakan untuk pengambilan keputusan menjadi kabur dan tidak dapat diandalkan.

Dalam mengatasi tantangan ini, masyarakat perlu mengembangkan literasi media yang kuat dan kritis. Kita perlu belajar untuk memilah-milah informasi, memverifikasi sumber, dan mengidentifikasi bias yang mungkin terkandung dalam berbagai narasi. Lebih dari itu, pendidikan yang mempromosikan pemikiran kritis dan analitis menjadi kunci dalam membangun masyarakat yang mampu menyeleksi dan mengevaluasi kebenaran dari berbagai perspektif.

Selain itu, penting bagi individu untuk mempertahankan integritas dan kejujuran dalam menyampaikan informasi. Dengan demikian, kita dapat membangun fondasi kebenaran yang lebih kuat, berdasarkan pada prinsip-prinsip objektivitas, transparansi, dan akuntabilitas. Hanya dengan demikian kita dapat mengatasi tantangan kebenaran yang terkait dengan interpretasi dan perspektif yang mungkin merugikan kepentingan publik dan kesejahteraan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun