Selamat untuk tim piala thomas Indonesia, telah berhasil membawa kembali piala supremasi tertinggi bulu tangkis beregu sektor putra dunia. Akhirnya, piala itu kembali diboyong ke tanah air setelah Indonesia menjadi juara gelaran Thomas Cup 2020 yang diselenggarakan di Aahus Denmark pada Oktober 2021.
Pada gelaran Thomas Cup 2020 yang diselenggarakan tahun 2021 ini, tim Indonesia berhasil membantai China dengan skor telak 3-0. Bayangkan tim sebesar dan setangguh China, bisa dibantai dengan skor 3-0, wow sekali bukan?
Ya, China dalam satu dekade ini merupakan rajanya bulu tangkis dunia. Sebagian besar juara gelaran bulutangkis dunia mereka sabet. Sebelum final Thomas Cup ini saja, tim China berhasil membawa pulang piala Sudirman Cup dan Uber Cup.Â
Di ajang Olimpiade Tokyo 2020 yang baru saja digelar, Â semua nomor yang dipertandingkan ada perwakilan China-nya di babak final, walaupun hanya di 2 nomor saja yang terkonversi menjadi juara yakni ganda campuran dan tunggal putri. Sehingga menjadikan China sebagai juara umum di arena bulutangkis olimpiade Tokyo 2020.
Pasti bangga sekali ketika melihat Tim Thomas Indonesia 2021 mampu membantai Tim Thomas China dengan skor telak, tidak dikasih ampun, membuat Tim China seperti anak kemaren sore.
Apa yang terjadi dengan China?
Tahukah bahwa  yang diturunkan China saat melawan Indonesia kemaren bisa dikatakan tim juniornya alias tim regenerasi China. Yang menjadi lawan Anthony Ginting (ranking 5 dunia) adalah Lu Guang Zhu, masih berada di ranking 27 dunia. Sedangkan yang menjadi lawan Jonathan Cristie 'Jojo' (ranking 7 dunia) adalah Li Shi Feng masih berada di ranking 65 dunia. Â
Jumlah kemenangan mereka pun masih di bawah 100, berbeda dengan Jojo dan Anthony yang sudah meraih ratusan kemenangan selama karirnya. Dan yang menjadi lawan ganda putra Indonesia, Fajar/Rian, adalah  pasangan baru He Ji Ting/Zhou Hao Dong yang bahkan masih berada di ranking 1000 an dunia.
Pemain putra China yang berhasil masuk ke fase final Olimpiade Tokyo 2020 yang diselenggarakan tahun 2021 kemaren seperti tunggal putra Chen Long, tidak main, dan ganda putra Li Jun Hui/Liu Yu Chen juga tidak main. Bahkan pemain China yang turun pada final Thomas Cup 2018 lalu dimana China menjadi juaranya tidak diturunkan pada final Thomas Cup 2020 ini.
Ya, sebagian besar pemain putra China yang dulu menjadi andalan kini sudah masuk masa gantung raket. Tim Putra China kini sudah masuk pada masa saturasi kembali. Mau tidak mau China menurunkan pemain 'barunya' untuk merasakan sensasi final bergengsi beregu putra dunia.Â
Sebaliknya dengan Indonesia, masa saturasi Indonesia sudah lebih dulu dan sudah sangat lama terjadi yakni setelah masa emas Taufik Hidayat, Sony Dwikuncoro, Â Chandra Wijaya, Hendrawan, dkk di awal 2000.Â
Dimana mereka berhasil meraih piala Thomas Cup 2002. Â Dan kini tahun 2021 tim putra Indonesia akhirnya merasakan kembali momen meraih piala Thomas Cup, walau harus menunggu 19 tahun lamanya. Bisa dikatakan tim emas bulutangkis putra Indonesia telah kembali.
Harapan untuk Indonesia?
Walaupun masa emas tim Indonesia telah kembali, namun jangan lengah. Karena jika berkaca pada sejarah China, masa saturasi alias masa regenerasi bulutangkisnya sangat cepat.Â
Dimana hanya jeda 2 gelaran saja, China tidak masuk final (2014 dan 2016), setelah secara beruntun 5 kali gelaran berhasil menjaga piala itu bersemayam di negaranya (2004 - 20012).Â
Bisa saja di gelaran Thomas Cup berikutnya, tim China yang seperti anak kemaren sore saat ini, akan menjelma menjadi tim raksasa bulu tangkis dunia kembali. Dan bisa saja bertemu Indonesia kembali di final, dan mengambil lagi piala itu.
Harapan saya sebagai masyarakat indonesia adalah tim putra Indonesia mampu mempertahankan piala Thomas Cup tetap berada di tanah air selama mungkin.Â
Jangan sampai lepas lagi ya. Kalau bisa memecahkan rekor kemenangan beruntun 5 kali yang saat ini dipegang Indonesia dan China. Serta berharap juga buat tim putri untuk membawa kembali piala Uber Cup ke Indonesia.
Sekali lagi, selamat buat Tim Thomas Cup Indonesia 2020, kalian telah membuat kami rakyat Indonesia bangga. Terima Kasih. Yuk pertahankan dan jangan sampai direbut lagi ya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H