Mohon tunggu...
Angra Bramagara
Angra Bramagara Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Orang biasa yang sedang belajar menulis, dan belajar menggali ide, ungkapkan pemikiran dalam tulisan | twitter: @angrab

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

BIN Salah Arah?

9 September 2016   20:39 Diperbarui: 9 September 2016   20:51 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepala BIN (Badan Intelijen Negara), Budi Gunawan, hari ini telah dilantik oleh Presiden Joko Widodo. Apakah di era kepemimpinan Budi Gunawan, peran BIN akan menyentuh ancaman asimetris terhadap negara? Karena selama ini kalau berbicara BIN, orang-orang selalu berbicara tentang terorisme atau serangan terhadap teritori negara, selalu berkutat disitu-situ saja. Padahal cakupan BIN itu sangat luas, mulai dari militer, ekonomi hingga masalah sosial. Untuk masalah terorisme dan pertahanan negara dari serangan fisik musuh sudah ada beberapa lembaga yang menanganinya mulai dari BNPT, Intelijen Polisi, Intelijen Imigrasi, serta juga Intelijen TNI, sehingga BIN bisa terbantu dengan dukungan intelijen dari lembaga-lembaga tersebut.

Tugas utama BIN adalah untuk menekan tanda alarm bahaya pada presiden, kalau-kalau terdeteksi ada ancaman terhadap negara Indonesia yang bisa datang dari berbagai aspek kehidupan. Aspek-aspek itu bisa datang dari prilaku, tindakan, keputusan, kebijakan, berbagai pihak baik itu orang perorangan maupun suatu lembaga di dalam maupun di luar negeri (pihak asing). Ancaman berarti sesuatu kejadian yang bersifat negatif, merusak, bahkan membinasakan. Sedangkan negara Indonesia adalah suatu tempat di planet bumi yang berdiam bangsa Indonesia berisi wilayahnya, penduduknya, budayanya, kehidupan sosialnya, ekonominya. Sehingga definisi ancaman terhadap negara Indonesia adalah ancaman yang dapat merusak bahkan membinasakan wilayah, penduduk, budaya, kehidupan sosial dan ekonomi Indonesia. 

Selama ini BIN seperti tidak terlihat berperan pada permasalahan adanya mafia ekonomi, mafia peradilan, mafia peredaran narkoba, mafia pendidikan, mafia kesehatan, mafia sosial, bahkan mungkin ada juga mafia budaya, serta juga mafia di pemerintahan. Mafia-mafia itu lah ancaman asimetris yang mestinya menjadi prioritas BIN. Hadirnya mereka akan membuat bangsa Indonesia semakin terpuruk bahkan binasa, mereka bak virus.  Dan ketika level keterpurukan di aspek-aspek itu terjadi semakin parah, maka negara Indonesia akan gampang diserang secara fisik oleh pihak luar. 

Mafia kesehatan bisa menyebabkan orang indonesia sakit-sakitan dan susah untuk berobat, mafia sosial menyebabkan rasa tidak nyaman dan aman penduduk dalam berkegiatan seperti hadirnya begal serta kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang semakin terkotak-kotak bahkan sudah terjadi pengkotak-kotakan SARA, mafia budaya yang bisa membuat budaya Indonesia semakin luntur, mafia pendidikan bisa membuat penduduk indonesia tidak mendapatkan pendidikan yang layak, terjangkau, dan berkualitas. 

Mafia pengan bisa menyebabkan harga pangan yang selalu naik tidak ketulungan, dan mungkin ada serangan terhadap ekonomi Indonesia oleh pihak asing yang menyusup dalam berbagai investor sehingga Indonesia tidak memiliki kedaulatan dibidang ekonomi di negeri sendiri, serta yang terbaru tidak ketahuannya ada seorang menteri yang sudah menjadi warga negara Amerika. Itulah beberapa hal yang bisa jadi disebabkan oleh kesalahan yang dilakukan oleh BIN ketika memberi masukan pada Presiden atau mungkin BIN tidak terlalu fokus ke persoalan asimetris tersebut, sehingga Presiden tidak mampu membuat keputusan dan kebijakan yang tepat, bahkan kecolongan dalam memilih bawahannya.

Badan intelijen selalu dipersepsikan sebagai badan yang juga menjalankan fungsi pencegahan mulai dari sabotase informasi, menculik, bahkan menghilangkan nyawa orang secara diam-diam dengan menggunakan skenario tertentu. Badan intelijen bergerak secara diam-diam "underground", sehingga kalau ada agen yang ketangkap saat melakuan tugas nya, padahal tugas yang dilakukan itu untuk negara sebagai fungsi pencegahan agar ancaman tidak menjadi kenyataan, maka agen itu tidak diakui sebagai bagian dari intelijen. 

Begitulah kehidupan dunia badan intelijen. Tidak tahu, apakah BIN juga menjalankan tindakan pencegahan seperti itu? Jika BIN juga diberi "wewenang" untuk melakukan itu, yang menjadi pertanyaan adalah kenapa mafia-mafia itu tetap bisa berkeliaran? terlihat dari  permasalahan ekonomi dan sosial masyarakat tidak kunjung selesai yang dari dulu begitu-begitu saja masalahnya.     

Harapan pada KaBIN yang baru, semoga mampu memastikan serta meningkatkan kerja sistem informasi agar lebih efektif dan efisen, dimana mampu mendapatkan informasi yang sangat banyak secara cepat dan akurat, dan  mampu mengintegrasikan informasi dari berbagai lembaga intelijen lainnya, serta mampu menghasilkan analisa yang handal secara cepat, juga jangan melupakan ancaman dari serangan asimetris, terutama dari para mafia yang ada di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun