Mohon tunggu...
Angra Bramagara
Angra Bramagara Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Orang biasa yang sedang belajar menulis, dan belajar menggali ide, ungkapkan pemikiran dalam tulisan | twitter: @angrab

Selanjutnya

Tutup

Money

Kenapa Nilai Tukar Dolar Tetap Tinggi?

2 Oktober 2015   23:40 Diperbarui: 3 Oktober 2015   01:07 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gangguan pasokan dolar dari luar negeri

Saat ini, nasib berkata lain. The FED mengambil ancang-ancang untuk menaikkan suku bunganya. Sebelumnya suku bunga yang ditwarkan The FED sangat rendah bahkan mendekati nol persen dengan tujuan untuk menggerakan ekonomi Amerika Serikat, membuka lapangan kerja yang banyak, karena bunga kredit yang murah. namun lama-kelamaan persediaan dolar di pasar semakin banyak, yang mengakibatkan terjadi kenaikan harga produk dan jasa. Membanjirnya produk China yang menawarkan harga murah membuat gaduh Amerika Serikat. Produk-produk Amerika mulai tidak laku karena harganya yang mahal, konsumen lebih memilih produk buatan China yang memiliki fungsi yang sama dengan produk dari Amerika namun dijual dengan harga yang murah.

Oleh karena itu, The FED berancang-ancang memutuskan untuk mulai menaikkan suku bunganya, agar inlasi turun, sehingga harga barang asal Amerika turun, bisa bersaing dengan produk China. Dengan manaikkan suku bunga berarti The FED akan menarik dolar dari banyak negara, sehingga persediaannya di pasar dunia akan semakin berkurang. Bagi para investor dunia, kenaikan suku bunga ini begitu menguntungkan. Sehingga mereka mulai menarik investasi simpanan dolarnya dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia, untuk disimpan di Amerika.  Bagi Indonesia, karena tingkat konsumsi di Indonesia semakin berkurang akibat adanya kebijakan pembatasan import dan pencabutan subsidi BBM yang sedikit banyak akan mempengaruhi pergerakan ekonomi Indonesia yang selama ini didukung oleh faktor konsumsi maka diyakini semakin membuat investor merasa yakin untuk menarik invetasi dolarnya dari Indonesia. Indonesia tidak lagi menggikurkan, dibandingkan tawaran suku bunga dari The FED. Semakin banyak yang menarik investasi doalarnya dari Indonesia maka semakin berkuranglah persediaan dolar di Indonesia.

Apalagi saat ini, harga komoditas andalan ekspor indonesia seperti minyak bumi, batubara, dan sawit mengalami penurunan yang begitu drastis. Sehingga supplai persediaan dolar di Indonesia semakin bekurang. Sedangkan banyak pihak di Indonesia masih sangat membutuhkan dolar untuk mengimport (terutama BBM), membangun infrastruktur yang bahan-bahan pembangunnya masih banyak menggunakan produk teknologi luar negeri,  maupun membayar utang luar negeri yang sudah jatuh tempo.

Strategi menarik dolar ke Indonesia

Saat ini pemerintah semakin berusaha untuk menarik dolar sebanyak-banyaknya dari luar negeri agar persediaan dolar di Indonesia kembali banyak. Namun tetap mempertahankan visi sebagai bangsa mandiri yang berbasis produksi. Pemerintah mengeluarkan beberapa paket kebijakan ekonomi bagi dunia usaha agar jangan ragu dan sesegera mungkin berinvetasi ke Indonesia terutama invetasi yang berbasis produksi dan ekspor, dan berusaha menggenjot pariwisata Indonesia.

Pariwisata diyakini sebagai cara mudah untuk mendapatkan banyak dolar dari kunjungan banyak wisatawan asing ke Indonesia. Sebenarya pemerintah bisa saja melakukan cara singkat lainnya yaitu berutang pada instansi keuangan internasional untuk pasokan persediaan dolar di Indonesia, namun opsi ini sepertinya tidak akan dipilih karena berisiko menggadaikan negara seperti kejadian masa lalu. Kalaupun berhutang, tujuannya bukan sebagai pemenuhan persediaan dolar di Indonesia namun untuk hal-hal yang produktif, dan  tanpa ada "syarat khusus". Diharapkan utang untuk hal-hal produktif tersebut akan mengghasilkan banyak dolar bagi Indonesia di masa depan, sehingga mampu melunasi utang luar negeri yang pernah dilakukan sebelumnya.     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun